Tampilkan postingan dengan label tips. Tampilkan semua postingan

Web/Aplikasi Bermanfaat Saat Di Rumah Saja

51 komentar


Selama masa pandemi covid-19, kegiatan paling banyak saya lakukan adalah masak dan ngadep laptop. Update blog atau sekedar baca-baca berita. Sebelumnya, memang cukup susah. Karena suami bekerja. Jadi di rumah cuma ada saya dan anak-anak.

Cukup susah untuk membagi waktu antara anak-anak dan menulis. Karena kalau si anak udah pengen nempel sama ibunya, saya musti mengurungkan niat untuk melakukan hal lain. Fokus sama anak yang lagi aktif-aktifnya.


Nah, saat pandemi gini, suami work from home. Anak-anak bisa main dulu dengan ayahnya. Saya bisa masak atau kembali ke laptop.

Ini ada beberapa aplikasi atau web yang sering saya gunakan dalam rangka di rumah saja. Karena saya lebih banyak menulis di blog, aplikasi atau web yang saya gunakan ya untuk menunjang kegiatan tersebut.

Apa saja?

1. Ipusnas

Ini aplikasi baca buku yang paling gampang. Tinggal download aplikasinya, bisa langsung baca buku gratis. Saat ini saya sedang baca bukunya Desi Anwar berjudul Faces and Places. Saya selalu tertarik pada tulisan tentang bagaimana orang memandang orang lain secara personal.

Apalagi, orang yang sama sekali berbeda dengan latar belakang si penulis. First impression matter barangkali ya. Semoga bisa belajar dari apa yang dituliskan mbak Desi Anwar. Presenter tv favorit sejak kecil.


Belum selesai sih bacanya. Tapi sudah jatuh cinta sejak kalimat pertama. Suka dengan story tellingnya mbak Desi Anwar. Pengalaman emang gak pernah bohong. Salim.

2. Aplikasi untuk monetisasi blog

Cara untuk mendapatkan uang dari blog itu banyak. Salah satunya dengan promosi afiliasi dengan beberapa situs penyedia jasa afiliasi. Seperti vira.id, sosiago, dewaweb, rajabacklink dll. Saya masih dalam tahap mempelajari cara kerja situs-situs ini. Mumpung punya banyak waktu untuk di depan laptop cukup lama.  

Saya sudah join sih dengan sosiago. Tapi belum pernah lolos bidding. Situs-situs yang saya sebutkan di atas fungsinya sama, menjual jasa para blogger kepada pemilik perusahaan yang membutuhkan jasanya. Caranya berbeda-beda. Nanti saya cerita kalau sudah mempelajari semuanya hihihi.

3. Canva
canva
Ini sangat penting untuk mendukung blog saya. Saya selalu pakai ini untuk membuat cover tulisan. Atau infografis sebagai pelengkap artikel. Cara pakainya mudah sekali. Recommended untuk pemula juga. Bisa juga pakai hp. Tapi saya lebih suka pakai laptop karena lebih jelas saja buat bikin ini itu. Kalau pakai hp mata kayak mau copot. Maklum faktor U.

4. Freepik

Penyedia foto dan template gratis. Punya banyak pilihan tema. Bisa pilih orientasi juga. Mau vertical, horizontal, square atau panoramic. Pilihan warna juga ada. People include atau people exclude ada juga. Filter ini sangat membantu untuk mempercepat pencarian sesuai kebutuhan.

freepik
Sebenarnya masih banyak situs penyedia foto atau template gratis lainya seperti pixabay, pexels, flick, unsplash dll. Tinggal pilih sesuai kebutuhan. Tapi, freepik paling mudah dan banyak pilihannya sih menurutku.

5. Web blogger network

Salah satunya Blogger Peremuan Network. Saya juga lagi ikut BPNRamadan 2020. Salah satu event BPN agar para member blogger konsisten untuk menulis di blog setiap hari. Dengan tema yang ditentukan oleh BPN selama bulan ramadhan. Semoga terus semangat ya aku. Hehehe

web blogger perempuan
Ikut dalam komunitas blog itu sangat menguntungkan. Selain memperluas network, kita juga bisa menambah ilmu tentang tulis menulis. Banyak juga ilmu yang dibagikan. Seperti copy writing, monetisasi blog, writerpreuner dll. Bisa diikuti secara online maupun offline.

Saya ikut beberapa komunitas jejaring blogger. Seperti Komunitas Emak Blogger, Bloggercrony, Estrylook Community, Indosesia Sosial Blogger dan 1minggu1cerita.

Buat kamu yang ingin belajar blogging, bisa kepoin akunnya. Selamat belajar. J

Nah, itu tadi web atau alikasi yang sering saya gunakan saat berada di rumah saja. Semoga bermanfaat. Kalau kamu, pakai apa bu? sharing yuk…





Langkah Sederhana Bantu Sesama (Pandemi Virus Covid-19)

2 komentar


Tadi pagi, tv rumah menyala. Biasanya, mas Zafran sudah nonton kartun di tv. Tapi, pagi ini beda. Ada pidato presiden Jokowi di layar kaca. Nimbrunglah saya. Masih tentang pandemi dan langkah-langkah pemerintah untuk menanganinya. Beberapa hal yang saya garis bawahi seperti ini.

Presiden Jokowi mengucapkan terimakasih kepada masyarakat yang telah memberikan bantuan secara swadaya untuk orang–orang yang terdampak virus covid-19. Presiden juga menghimbau masyarakat untuk terus ikut serta dalam menangani dampak pandemi saat ini. Karena pemerintah, tak akan bisa bekerja sendiri.

Beliau juga menyatakan, bahwa bantuan suka rela masyarakat inilah yang membuat bangsa Indonesia kuat menghadapi krisis dalam bentuk apapun. Gotong royong dan saling membantu menjadi langkah yang harus terus dijaga dalam menghadai situasi saat ini.

Dengan begitu, bapak Jokowi yakin, kita bangsa yang besar ini, mampu melewati krisis ini dengan baik. Dengan dukungan seluruh masyarakat Indonesia.

Yes pak, not all heroes wear capes

Kita pun bisa memberikan bantuan. Sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bukan hanya secara materi, bantuan moril pun bisa menjadi cahaya bagi yang membutuhkan.   

Lalu, apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu sesama saat kondisi pandemi seperti saat ini?

1. Bagikan informasi yang valid

Di era media sosial saat ini, membantu sesama bisa menjadi hal yang susah susah gampang. Selain akses informasi yang masing timpang di beberaa daerah, pembuat berita bohong, juga tumbuh subur. Entah apa tujuannya. Saya masih gak habis pikir.

Oke, barangkali mereka tidak tahu jika yang disebarkan adalah berita tidak benar. Nah, ini yang menjadi tugas kita, untuk saling mengingatkan dalam kebaikan.


Whatsapp blash yang beredar di grup-grup keluarga, membuat nyali ciut, panik, parno, bisa diredam dengan berita-berita yang menggembirakan. Pasien sembuh, para penyintas corona yang bisa bangkit lagi, dan hal-hal positif lainnya. 

Bukan untuk menggampangkan. Tapi agar masyarakat yang punya akses informasi terbatas, bisa memanfaat keterbatasan itu secara maksimal. Dengan mengkonsumsi berita-berita bermanfaat dan valid.

Mengedukasi masyarakat juga menjadi bagian dari tanggungjawab bersama. Keluarga, tetangga, kerabat dekat, bisa menjadi langkah awal untuk di edukasi. Dengan memberikan informasi yang benar dari sumber yang terpercaya.  

Hindari membagikan berita-berita yang belum jelas asal usulnya, apalagi pakai sumber #darigrupsebelah. Saring, sebelum sharing.


2. Beli secukupnya

Jangan melakukan panic buying. Barangkali, kulkas kita bisa penuh dengan berbagai ide food preparation. Tapi, orang lain diluar sana, masih ada yang bingung besok bisa makan atau tidak.


Belilah secukupnya, jangan membuang makanan. Olah makanan yang ada di kulkas, sampai benar-benar habis dan harus membeli kembali. Belajar mengolah makanan sisa juga bisa loh. Don’t be greedy. Langkah ini bisa membantu orang lain untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3. Membuat donasi

Awali dengan memberikan donasi kepada orang terdekat terlebih dahulu. Tetangga, kerabat dekat atau sanak saudara. Kenapa? Karena kita lebih tahu apa yang mereka butuhkan saat ini.

Pernah dengar kan berita tentang pengembalian bantuan sembako di Kelapa Gading Jakarta? Warga mengembalikan bantuan dari pemerintah DKI. Karena dinilai, masih ada yang lebih membutuhkan bantuan tersebut. Sungguh mulia hati mereka ini.

Jika ingin melakukan donasi via online, pastikan lembaga yang membuat punya kredibilitas. Saat pandemi seperti sekarang ini, banyak sekali penggalangan dana yang dihimpun oleh masyarakat. Cek dulu sebelum berdonasi. Supaya, apa yang kita berikan bisa tepat sasaran, dan tidak disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

4. Jaga kesehatan

Percayalah, menjaga kesehatan sendiri di situasi pandemi seperti ini sungguh sangat membantu. Karena dengan menjaga diri sendiri, artinya juga menjaga kesehatan banyak orang.

Caranya, bisa dengan olahraga, makan makanan bergizi, istirahat cukup, jangan lupa bahagia. Mumpung masih WFH, manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Bisa dengan menjalani hobi yang tertunda, tapi tetap di rumah saja.


Jika memang terpaksa keluar, pakai masker, tetap jaga jarak, dan jangan lupa cuci tangan.

Nah, itu tadi hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk membantu sesama saat menghadapi pandemi covid-19. Kita semua, bisa membantu, sama seperti, kita semua bisa terinveksi virus ini. Langkah kecil ini semoga bisa membantu orang-orang di sekitar kita.

Kita semua berharap, virus covid-19 segera bertemu ‘jodoh’ anti virusnya. Lalu, kita bisa beraktivitas di luar tanpa was-was. Memulai kehiduan normal, dengan kebiasaan baru. Yang lebih baik tentunya.

Ada yang kurang? sharing yuk…






5 Tips Mengatur Waktu Kerja Agar Lebih Efektif

4 komentar

Boros tidak hanya soal uang. Hal penting lainnya yang bisa dikaitkan dengan boros adalah waktu. Boros waktu ini bisa dibilang sesuatu yang jarang disadari. Pernah kan tiba-tiba bilang “kok sudah sore aja, padahal kerjaan belum beres”. Atau “perasaan tadi barusan mulai, kok sudah gelap aja”. Itu berarti kita, eh saya sudah tidak aware dengan waktu yang dihabiskan dalam sehari.

Apalagi bagi pekerja di kantor. Waktu sehari kadang tidak cukup untuk mengerjakan tugas. Kadang, musti lembur atau bekerja saat weekend.

Tulisan ini sebenarnya saya tujukan untuk suami. Suami saya bekerja di sebuah perusahaan event organizer. Jadwal pekerjaannya seringkali amburadul. Sering lembur, atau bekerja di akhir pekan.

Baca juga: TipsKomunikasi Dengan Pasangan

Bukan tanpa alasan. Ritme kerja EO memang tidak bisa diprediksi. Apalagi kalau deadline event sudah mendekati hari H. Malam jadi siang, siang bisa merem seharian. Selain tak bagus untuk kesehatan, bekerja semacam ini menurut saya juga mengganggu produktifitas.

Nah, ini ada beberapa artikel yang saya baca. Tentang stop wasting time at work. Saya terjemahkan bebas. Beberapa saya tambahi sesuai pengalaman.

1. Minimalisir gangguan

Media sosial bisa menjadi ‘suspect’ pertama gangguan dalam bekerja. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah mematikan notifikasi media sosial saat bekerja. Termasuk juga email. Bukan berarti dalam 8 jam bekerja anda tidak terhubung dengan media sosial. Tetapi, pilih waktu dimana anda harus benar-benar konsentrasi mengerjakan satu pekerjaan. Fokus disitu. Setelah selesai, barulah mulai ‘menjalin hubungan’ kembali.

2. Kerjakan hal terpenting dulu

Ini perlunya membuat catatan pekerjaan dari yang terpenting sampai yang tidak begitu urgent. Artinya, pekerjaan mana yang menawarkan manfaat lebih, bisa masuk di prioritas utama. Menetapkan prioritas pekerjaan ini butuh kejujuran pada diri sendiri. Kadang memang, banyak sekali pertimbangan untuk segera menyelesaikan pekerjaan tanpa tahu mana yang seharusnya lebih dulu dikerjakan.

Sebagai selingan, bisa juga mengerjakan hal yang paling disenangi terlebih dahulu. Ini bisa membuat semangat bekerja. Pastikan tujuannya lebih realistis. Lalu, mulailah bekerja.

3. Belajar bilang ‘tidak’

Anda bukanlah robot yang bisa mengerjakan semua pekerjaan dalam satu waktu. Di tempat kerja, pasti sudah ada pembagian divisi. Sesuai dengan tugas masih-masing. Jadi, jika pekerjaan yang ditawarkan tidak sesuai dengan job desk, bilang ‘tidak’. Semakin banyak anda menerima pekerjaan yang ditawarkan, semakin sedikit waktu untuk menyelesaikan masalah.

Baca juga: Gengsi MintaMaaf, Begini Caranya

Menjadi penting untuk mengatakan tidak. Tapi pelajari juga bagaimana cara mengatakan tidak. Jelaskan apa yang sedang anda kerjakan, dan prioritas apa yang sedang ingin anda capai. Ini bisa membantu untuk mengatakan ‘tidak’ pada pekerjaan yang diberikan.

4. Buat suasana meja kerja senyaman mungkin

Tiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda. Ada orang yang nyaman dengan meja kerja yang berantakan. Ada juga yang merasa bersemangat dengan meja kerja yang rapi dan tertata apik. Silakan sesuaikan dengan kenyamanan masing-masing. Jika perlu beri foto keluarga atau orang tersayang. Agar kalau mau lembur, jadi mikir-mikir lagi. “Ah, enakan dirumah sama anak-anak”. Lalu, segera menyelesaikan pekerjaan di meja. Begitu kira-kira hehehe.

5. Kurangi meeting

Meeting biasanya dilakukan untuk menjaga komunikasi. Manfaatkan moment ini untuk berbagi pengumuman, bertukar pembaruan, dan mengatasi masalah yang muncul. Pastikan semua yang bekerja mendapatkan apa yang mereka butuhkan.

Meeting juga bisa sebagai ajang tukar pikiran. Apakah ada hal-hal atau cara yang mungkin lebih baik untuk menyelesaikan tugas yang ada.

Waktu ideal untuk melakukan meeting yang efektif dan efisien adalah 30 menit. Untuk memastikan semuanya berjalan sesuai tujuan bersama. Koordinasi selanjutnya bisa menggunakan wa atau media lainnya.

Semakin panjang waktu meeting, bisa terjadi seperti ini

infografis: www.atlassian.com
Itu tadi beberapa tips yang bisa digunakan agar waktu bekerja di kantor tidak terbuang sia-sia. Jika sudah terbiasa melakukan, biasanya, akan terasa lebih ringan. Eh, ini tidak hanya untuk pekerja di bidang EO saja. Bisa diterapkan untuk semua pekerja kantoran nine to five.

Nah pak, semoga bisa diterapkan ya. Selamat bekerja. Ada yang kurang?









Tulisan ini guna memenuhi minggu tema 'Boros' untuk  #1mingu1cerita

Sumber bacaan: 

https://medium.com/the-crossover-cast/stop-wasting-time-at-work-7-productivity-tips-to-help-you-get-it-done-d7fc8d9dc3fd

https://www.atlassian.com/time-wasting-at-work-infographic

https://gethppy.com/hr-infographics/wasting-time-work


Kunjungan Ke Dokter Anak? Ini Yang Perlu Disiapkan

2 komentar


Kemarin, saya pergi ke dokter anak. Dua anak saya sedang sakit berjamaah. Penyakitnya hampir sama. Batuk pilek, disertai demam tinggi.

Untuk Inara, flunya sudah seminggu lebih. Saya pikir common cold biasa. karena memang cuaca sedang tidak menentu. Lama-lama, suaranya ilang dong. Jadi suaranya kayak mbak Reza Artamevia. Serak-serak berat. Lalu, badannya mulai sumeng.

Sedangkan masnya, nyusul batuk berdahak. Grok-grok. Kayak ada biji kedondong dalam tenggorokan. Tangan saya gatel pengen ngluarin tu dahak membandel. Batuknya bebarengan dengan flu juga. Beberapa hari kemudian, badannya panas

Oke fix, kita ke dokter sekeluarga.

Sebelum ke dokter saya biasanya melakukan persiapan terlebih dahulu. Hal ini saya lakukan agar hasilnya bisa maksimal dan memuaskan.

Nah, agar kunjungan ke dokter ini bisa efektif, efisien, hati tenang, anak tentram, saya melakukan hal ini

1. Obserasi keluhan anak

Sebisa mungkin pastikan mengingat berapa lama anak sakit. Keluhan apa yang paling mengganggu. Berapa suhu badan anak. Serta obat apa saja yang sudah diberikan untuk meredakan sakit yang di derita. Biasanya memang dokter akan menanyakan hal tersebut.

Ini akan mempermudah dokter melakukan diagnosa. Jika dokter yang dituju berbeda dengan dokter biasanya karena satu dan lain hal, jangan lupa membawa rekam medis. Atau catatan tentang riwayat penyakit yang di derita anak.

Ingat buibu, kita yang paling tahu dengan kondisi anak. Dokter ‘hanya’ membantu memberikan diagnosa dari keluhan yang kita sampaikan.

Saya biasanya akan cerita detail. Dokternya saya ‘paksa’ mendengarkan saya tanpa jeda, sesaat setelah bertanya “Anaknya kenapa bu”. Kalau ditulis bisa 1000 kata.

2. Cari informasi tentang penyakit anak

Kelemahan saya saat anak sakit adalah over thinking. Biasanya saya akan mencari tahu penyakit anak via google, atau akun-akun dokter hits yang bersliweran di Instagram. Lalu, melakukan diagnosa sendiri. Jadinya, saya panik sendiri.

Nah, agar saya jadi tenang, saya biasanya menanyakan temuan-temuan yang sudah saya baca tadi. Misalnya, dua anak saya ini punya riwayat alergi. Maka, saya menanyakan ke dokter apakah perlu tes alergi, agar saya tak perlu bolak-balik dokter gara-gara anak-anak kecentok makanan pemicu alergi.

Menurut saya ini penting, agar saya lebih tenang, dan bisa merawat keduanya tanpa khawatir berlebih.

Baca juga: Mata Anak Berair dan Belekan? Begini Kata Dokter

3.Catat pertanyaan

Daya ingat saya itu payah. Biasanya saya sudah punya list pertanyaan yang saya siapkan dari rumah. Saya ingat-ingat betul apa saja pertanyaan yang akan saya berikan pada dokter. Tapi, waktu sampai di ruangan dokter, eh, lupa. Jadi, bagi yang punya kelemahan serupa, sebaiknya, dicatat.

Ini juga menghindarkan saya dari ‘rugi’ periksa ke dokter. Maksudnya, saya harus mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan sejelas jelasnya tentang kondisi anak. Maklum, saya orangnya parnoan. Jadi, saya pasti punya banyak pertanyaan. Jika sudah terjawab. Saya akan merasa lega. Kalau sudah lega, gak jadi rugi kan saya. Ini namanya efektif dan efisien.  

Beberapa pertanyaan yang saya tanyakan ke dokter antara lain:

Apa diagnosa penyakit anak

Apa penyebab sakitnya

Apa yang harus saya lakukan untuk mencegah penyakit datang kembali

Obat apa yang harus selalu ada di rumah. Ini lebih karena dua anak saya alergi. Jadi kalau pas kecentok makanan pemicu alergi, saya bisa melakukan tindakan cepat agar efek alergi tidak menjalar kemana-mana.

Apakah saya perlu tes alergi? (pertanyaan ini saya dapat saat browsing dan ngobrol sama komunitas ibu-ibu dengan anak alergi di wa grup). Ini perlunya mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai penyakit yang di derita anak.

Jawabnya

Dua anak saya kena radang tenggorokan. Dan harus mendapat antibiotik. Menurut dokter, batuk pilek yang di derita karena alergi. Saya harus mulai lagi dari nol untuk mengeliminasi makanan yang dikonsumsi. Maklum, saya lupa, makanan apa yang bikin mereka berdua duet sakit.

Obat anti alergi, musti ada dirumah. Selain parasetamol.

Menurut dokter, saya tidak perlu melakukan tes alergi. tes alergi melalui cek darah atau sayatan di tangan bisa dilakukan saat usia anak 5 tahun. tapi, itu tidak perlu dilakukan. selain mahal, tes alergi diperuntukkan untuk anak dengan riwayat alergi parah. Untuk anak saya, termasuk alergi ringan. Batuk, pilek demam. Jadi, eliminasi makanan adalah cara paling mudah dilakukan.

Baca juga: Camilan HomeMade Untuk Anak Alergi

Kenapa tes alergi dilakukan minimal di usia 5 tahun? karena alergi pada anak di bawah usia tersebut biasanya masih berubah-ubah. Dan bisa sembuh saat usia bertambah. Jadi, semacam ‘percuma’ melakukan tes alergi di bawah usia tersebut. Ini berlaku untuk anak dengan alergi ringan seperti anak saya. kalau sudah mencapai tingkat parah, segera konsultasikan ke dokter.

4. Tanya detail obat apa yang diberikan

Biasanya saya akan bertanya obat apa saja yang akan diberikan. Berapa lama obat tersebut diberikan. Jika tidak habis, apakah masih bisa dikonsumsi lain kali. Berapa lama obat tersebut bisa bertahan sesaat setelah dibuka. Apakah jika sudah sembuh, obat harus terus diberikan. Untuk obat panas misalnya. Apakah perlu antibiotik? Jika perlu kenapa?

Menurut saya ini penting. Agar saya lebih aware dengan obat-obatan yang dikonsumsi.

5. Minta kontak dokter

Biasanya dokter akan memberikan informasi kontaknya. Agar bisa berkonsultasi tentang perkembangan anak saat masa pengobatan. Jangan lupa tanyakan, sms seperti apa yang bisa mengingatkan dokter dengan anak ibu. Biasanya, dokter kan banyak pasien. Siapa tahu ada beberapa nama anak yang sama dengan nama anak buibu sekalian.

Kemarin, saya berkunjung ke dokter Martha, SpA. Beliau praktek di RS Mitra Keluarga Waru Sidoarjo. Orangnya cerewet. Saya suka. Meskipun agak galak.

Beliau memberikan kontak via sms. Entah kenapa di jaman sekarang, dokter Martha lebih memilih berinteraksi dengan pasien via sms, alih-alih wa atau line. “Sms saja ya bu”. Begitu beliau berkata sambil menyodorkan kartu nama. Tak lupa mimik wajah seolah berkata “Sms aja! Jangan telpon!” hahahaha. Tapi, beliau selalu merespon dengan baik.
gift: Animasi.org

Yang perlu diingat, dokter juga manusia. Jadi, jika tidak ada sesuatu yang darurat, hubungilah di jam kerja. Menurut saya lebih baik.

Tapi, saya tidak tahu apakah semua dokter akan melakukan treatment serupa terhadap pasiennya. Barangkali, kebijakan rumah sakit juga berbeda.

6. Bawa perlengkapan bayi dan anak

a. Baju ganti dan printilan anak
Saya biasanya membawa popok sekali pakai untuk Inara. Sedangkan masnya, saya bawa celana dalam dan celana ganti. Siapa tahu, saat menunggu giliran periksa, Inara BAB atau masnya pipis di celana karena nahan pipis.  

Selain itu, bawa juga mainan kesukaan anak untuk mengalihkan perhatian saat anak bosan menunggu. Biasanya butuh 30 menit sampai satu jam menunggu giliran periksa.

b. Bawa bekal camilan
Dua anak saya ini ngemilnya juara. Biasanya saya akan bawa camilan yang mudah dibuat. Seperti roti selai, sosis goreng, kentang goreng, biskuit, atau jagung manis. Tidak lupa air putih. Sudah kayak mau piknik ya bu. Karena kalau dua anak ini rewel, bisa dipastikan mereka lapar dan butuh camilan.

Ada sih, kantin rumah sakit, tapi mahal. Selain itu, tidak semua boleh dimakan anak alergi kayak mereka berdua. Paling aman dan hemat ya bawa sendiri dari rumah. Anak senang, ibu tenang.:-)

Nah, itu tadi persiapan yang perlu dilakukan saat pergi ke dokter. Bisa jadi berbeda dengan yang biasa buibu lakukan. Ada yang kurang? Sharing yuk…








Menghadapi Fase Terrible Two Si Kecil

Tidak ada komentar


Bulan depan, anak kedua saya, Inara, genap dua tahun. Sudah mulai pinter kalau punya keinginan. Maunya ini itu. kalau tak cocok, atau saya salah mengartikan keinginannya, nangis dah tu. Tantrum is my middle name. Begitu sepertinya tagline hidup Inara sekarang.

Ditambah lagi, saya sudah mulai menyapih. Ini juga lagi dilatih toilet training. Wow sekali momentnya. Ditunggu ya tulisan tentang ini. J

Nah, ternyata, ini adalah fase yang lumrah terjadi pada anak-anak. Namanya, terrible two. Fase yang biasa terjadi pada anak usia 2 tahun. Bisa kurang atau lebih.

Menurut psikolog anak Wikan Putri Larasati MPsi, yang saya kutip dari Hai Bunda, “Biasanya diberi istilah demikian karena pada usia ini anak memiliki karakteristik umum. Seperti sering berkata ‘tidak’ karena dia nggak mau menurut kata orang tua. Lebih sering marah terkadang sampai temper tantrum, memaksakan keinginnanya, dan sebagainya”.

Pinteret.com


Oke baiq nak.. let’s make it easy for us

Masih menurut Wikan, dalam fase ini anak usia 2 tahun dipengaruhi oleh tugas perkembangan yaitu autonom. Maksudnya, pada usia ini anak-anak sedang belajar mengontrol segala sesuatunya sendiri dan tidak lagi bergantung pada orang lain seperti pada fase sebelumnya yaitu bayi.

Lalu, apa yang saya lakukan saat ini bocah mulai bertingkah?

1. Sabar

Begitu kata banyak artikel. Ya, ini memang wajib sih dilakukan pada fase apapun. Orang tua musti punya banyak stok sabar.

Nah, sebagai IRT Full-time, mengatur emosi butuh trik khusus. Apalagi tanpa bantuan ART. Kenapa? kalau anak lagi marah tantrum misalnya, saya tidak bisa ‘berganti peran’ dengan orang lain. Harusnya ini dilakukan untuk meredakan sejenak emosi saya. Tapi karena tidak ada orang dewasa lain, saya minta tolong masnya. Mas Zafran (6). Saya baru bisa berganti peran saat weekend, atau kalau si ayah gak pulang malem.

Kadang, masnya yang peluk saat dia nangis. Sambil dielus. Seringnya diem, tapi kadang gak mau juga. Atau masnya lagi gak mood buat jadi guardian angel.

Tapi ya bagaimanapun yang namanya sabar itu ada latihannya ya. bukan ada batasnya J


2. Modifikasi pilihan

Sekarang, kalau disuruh apa-apa, bilangnya selalu emoh. Kalau diberi pilihan iya atau tidak, dia bilang tidak. Padahal, posisi kata ‘iya’ sudah ada di belakang. Biasanya kan anak kecil kalau dikasih pilihan, milihnya kata yang dibelakang kan ya. Etapi ini anak punya pilihan cadangan. Enggak.

“Adik mau maem?”

“Nggak”

Cara lain

“Adik mau maem sama nasi apa mi?”

“Nggak”

Model baru

“Dik, temenin kucing maem yuk?”

“Ayo” tapi tetap gak mau maem, jadi cuma liatin kucing maem

Baaaaaiiiiqqqqqqqqqq. Kembali ke aturan no 1. Sabar.

3. Ajak ngobrol

Saya memang sudah terbiasa ngajak ngobrol anak. Sejak dia masih bayi. Ya memang belum ngerti. Tapi saya yakin dia paham kok. Memorinya akan diputar ulang saat dia sudah bisa mengungkapkan keinginan.

Seperti misalnya saat Inara bilang “atut obil” sambil mojok di kamar ketakutan sambil menangis. Awalnya saya gak tahu itu kenapa. Ternyata, dia takut suara mobil yang di gas kenceng. ini sama seperti masnya waktu kecil. Suka takut sama suara kenceng.

Jadi kalau pas ada mobil lewat, saya bilang “Gak apa-apa dik, itu cuma mobil lewat, nanti juga ilang”. Sekarang, dia gak takut banget sampai lari ke kamar buat ngumpet.

Ngobrol sama anak kecil itu susah susah seneng. Gak perlu cari topik yang gimana gimana biar bisa tune in. Beda kalau lagi ngobrol sama suami.


4. Alihkan perhatian

Biasanya, kalau anak lagi rewel di jam tidur, saya gendong sambil jalan-jalan. Ini pilihan terakhir kalau saat di tempat tidur, setelah minum susu, dia masih punya tenaga kuda buat lari sana sini. Biasanya dia bakal rewel. Minta ini dan itu tapi tidak jelas. Bilang mau tidur tapi sambil lari-lari dan nangis.

Jadi, biasanya saya alihkan perhatiannya ke kucing. Atau corat coret pakai krayon. Setelah tenaganya habis, dan dia tidak bisa mengontrol rasa kantuk, doi bakal tidur sendiri.

Jadi, saya musti hafal jadwal tidurnya. kalau memang sedang rewel dan belum jam tidur, kembali ke 
aturan no 1. Sabar.

Cara-cara di atas bisa jadi nggak memberikan efek berarti buat buibu dirumah. Gak apa-apa, tiap anak punya cara masing-masing untuk menyelesaikan masalah hidupnya. Saya hanya perlu mengamati dan terus belajar memahami saja. kalau sudah bisa ‘klik’, biasanya bakal lebih santai.

Ah, semoga fase begini gak lama ya dik. Nanti bisa nambah pinternya. Kalau buibu anaknya lagi di fase apa? sharing dong…