Tulisan ini awalnya mau
ngomongin tentang tips ngobrol sama suami. Setelah dipikir pikir, kok kayaknya,
istri aja ya yang berjuang buat komunikasi. Padahal, makna komunikasi itu kan
dua arah. Jadi dua-duanya musti ada usaha untuk menyamakan frekwensi. Biar apa?
ya biar yang ingin disampaikan bisa dipahami lawan bicara. Baik suami atau
istri. Jadi, setelah selesai
beberapa paragraf nulis ini, saya ubahlah jadi, komunikasi dengan pasangan. Keknya
lebih oke.
Sebelumnya, saya juga mau
disclaimer dulu. Saya ibu rumah tangga nyambi olshop dan ngeblog.
Suami saya pekerja
kantoran. Latar belakang ini perlu saya sampaikan lebih dulu. Karena, beda
peran, pasti tipsnya juga gak sama. Misalnya, jika suami dan istri sama-sama
bekerja diluar.
Tapi pada setuju dong buibu
atau pak bapak, kalau komunikasi itu penting banget. Apalagi yang sudah
berkeluarga dan punya anak. Jangan sampai karena kesibukan masing-masing,
komunikasi hanya dilakukan dengan mata batin. Seperti, “mustinya ngertilah”, “harusnya
sudah tahulah” atau, trawangan lain yang bisa dipastikan banyak miss-nya
daripada benernya.
By the way, meskipun
tulisan ini dibuat oleh istri, yaitu saya, tapi semoga juga bisa mewakili hati
bapak-bapak untuk berkomunikasi dengan istrinya. Intinya sama kok, kerjasama
kedua belah pihak untuk saling mengerti dalam menyampaikan sesuatu.
Sebelum lanjut ke
tipsnya, saya mau curhat dikit boleh dong buibu.
Jadi begini…
Ngobrol dengan suami itu
susah susah gampang. Mungkin ini juga yang dirasakan suami waktu ngobrol sama
saya, istri tercintanya. Susah susah sulit hehehe. Ada saja yang bikin gak klop
atau bahkan berujung pada debat kusir. Bukannya menyampaikan uneg-uneg, eh malah
dapat masalah baru. Duh!
Ternyata, ‘Isi’ kepala
antara laki-laki dan perempuan memang beda. Laki-laki lebih menggunakan logika
sedang perempuan pake perasaan. Tentu, ini ngaruh ke model komunikasi keduanya.
Suami saya misalnya, suka
to the point, gak bertele-tele, langsung ke pokok masalah. Sedangkan saya,
biasanya musti ada muqoddimah dulu bareng sejam dua jam, lalu inti, dilanjut
penutup wkwkwk. Dikira pidato.
Semakin kesini, saya
pikir, kita butuh solusi. Supaya komunikasi tetap berjalan dengan baik. Apa
yang disampaikan, bisa difahami bersama. Tak ada yang merasa tidak didengarkan,
atau merasa superior dari yang lain. Perasaan-perasaaan semacam ini juga
berpengaruh pada proses komunikasi yang ingin dibangun.
Lalu, apa saja yang musti
diperhatikan saat mau berkomunikasi dengan pasangan (suami atau istri)
1. Berbeda
Sadari dari awal, bahwa
otak perempuan dan laki-laki itu berbeda. Ini akan mengurangi anggapan bahwa
‘saya paling benar’ atau ‘kamu pasti salah’ dalam sebuah komunikasi. Karena
suami itu unik, demikian juga istri. Perbedaan ini given, bukan yang dibuat
buat. Jadi, pastikan saling mengisi, memahami bukan menghakimi.
foto: google |
Memahami bahwa kita berbeda ini juga bisa menipiskan superioritas. Jangan pernah beranggapan bahwa ‘saya paling berjasa’ atau ‘kamu tak berkontribusi apapun’. Ini sungguh akan membuat komunikasi sia-sia belaka. Sekeras apapun mencoba, hasilnya nihil. Karena komunikasi dengan pasangan bukan soal siapa yang menguasai podium atau bagian tepuk tangan. Ini soal menyamakan persepsi, menyampaikan rasa, lebih jauh, menyelesaikan masalah, jika ada.
2. Dengarkan
Mendengar adalah koentji.
Dalam status hubungan apapun, mau mendengar itu penting. Tanpa ada niat untuk interupsi
atau menjawab. Iya, hanya dengan mendengar. Give
him or her attention. It means alot.
3. Suasana
Untuk membangun
komunikasi yang baik tentu diperlukan waktu dan suasana yang pas. Tidak perlu
harus ke alam terbuka dengan dua kursi taman, sambil minum teh hangat. Ya kalau
bisa sih gak papa. Tapi, di meja makan juga oke. Atau pas lagi masak, lalu
ngobrol tentang anak atau kerjaan asik juga. Yang pasti, buibu sendiri yang
tahu kapan waktu yang pas buat ngobrol tentang sesuatu. Keluh kesah pekerjaan
rumah, tentang anak, pekerjaan, dan seabrek to
do list yang musti dikomunikasikan dengan pasangan.
Lihat juga mimik muka
pasangan, kalau memang sedang tidak mood
buat ngobrol suatu tema, bisa di switch
dengan tema lain atau akhiri saja perbincangan. Ganti dengan joke-joke ala bapak-bapak atau obrolan
ringan lainnya. Kek gini wkwkwkwk
4. Distraksi
Hindari ngobrol sambil nonton
tv atau pegang hp. Singkirkan semua yang berpotensi mendistraksi komunikasi.
Fokus pada pasangan. Bahasa tubuh juga sangat berpengaruh, apakah komunikasi
ini akan berjalan lancar atau tidak. Seperti, sambil nyender di pundak suami,
pegang tangan atau tatap matanya saat ngobrol. Duh, jadi pengen hihihihi.
5. No texting
brillio.net |
Hindari ngobrol serius
via text. Wa, line, sms atau apapun berupa tulisan. Karena salah tanda baca,
bisa berakhir bencana. Salah nempatin titik sama koma aja bisa beda arti.
Meskipun sekarang sudah tersedia berbagai macam emoticon. Itu tidak bisa
menggantikan senyum tulus, ngakak wekaweka atau bahkan derai air mata. Usahakan
bertatap muka. Sekesel apapun kita. Semakin cepat diobrolin semakin baik. Daripada
dipendem bakal jadi penyakit.
Ngobrol via text bisa
dipake buat “pak, nitip nasi goreng ya, pedes karet dua” atau “are u oke?”
kalau bapaknya udah ngeluh gak enak badan sejak mau berangkat ngantor atau
istri lagi mens hari pertama. Rasanya nyes bu, pak. Atau kata-kata so sweet seperti “buk, aku pulang cepet,
ada maem dirumah?” (ini sweetnya dimana ya wkwkwk).
Dari kelima tips tadi,
mana yang paling susah bu? eh digantilah pertanyaannya. Mana yang paling
mudah?. Lakukan. Siapa dulu? Kamu. lalu? Kamu. trus? Ya kamu. siapa lagi ah
elah. Siapapun yang membaca ini suami atau istri, atau yang mau jadi suami atau
istri, mulailah dari diri sendiri. Hindari berpikir ‘saya paling banyak
berusaha’ atau ‘kamu tidak melakukan apa-apa’. Perasaan seperti ini, percaya
deh, gak akan membawa kita kemana mana kecuali bencana yang lebih besar.
In relationship, when communication starts to fade, everything else follows.
Buat buibu atau pak bapak
yang lagi berusaha untuk memperbaiki model komunikasi atau yang sedang
bermasalah dengan komunikasi dengan pasangan, semangat ya. Karena ini bukan
lagi tentang aku kamu, ini tentang kita.
Baru kali ini lihat his and her brain. Hahaha menarik ya betapa berbedanya laki dan perempuan. Sudahlah manusia ini complicated, berbeda pula dari gendernya. Pe er banget buat mengkompromikan perbedaan.
BalasHapusyup, karena sudah dari sononya ya mbak beda. musti belajar lagi cari 'celah' hehehe
BalasHapusHehe iya banget mom. Berbeda lelaki dan wanita. Sampai detik ini ku Masih belajar :'' aku tipe yg Kalo cerita ngalor ngidul, bisa menceritakan hal yg sama beberapa Kali XD
BalasHapushehehe... tos ya kita mbak visya :-)
HapusAku udah bilang klo pola pikir cewe cowo beda , suami udah tau itu. Tp dia malah nyuruh aku rubah pola pikir aku ini. Coba belajar pake logika jgn pke perasaan terus. Gituu. Wkwkwk
BalasHapusselamat berjuang ya um buat nyatuin frekwensi :-)
Hapus