4 Kegiatan Tak Lumrah Biar Betah Dirumah

2 komentar

Sebenarnya tema tips betah dirumah ini agak anu di telinga saya. Ya, saya adalah ibu rumah tangga yang setiap hari di rumah. Mengerjakan kegiatan A samai Z di rumah. Jadi, kalau memang harus di rumah karena kebijakan pemerintah, bukan hal yang baru buat saya.

Tapi, kondisi menjadi tidak biasa karena pandemi covid-19. Suami musti work from home. Anak juga belajar dan bermain di rumah. Sedangkan data kurva penderita covid-19 masih belum menunjukkan penurunan signifikan.

Tiap hari seperti dihantui virus mematikan. Mau keluar rumah, musti pakai masker. Apalagi saat pulang. Cuci tangan, Ganti baju, mandi dan bersihkan barang-barang yang baru saja dibawa keluar.

Kalau suami harus ke kantor, hati rasanya was-was terus. Saat saya ke pasar pun tidak tenang. Apalagi lihat orang gak pakai masker. Langsung jaga jarak 1 meter.

Kondisi was-was saat keluar rumah ini membuat saya jauh lebih nyaman saat berada di rumah. Berasa aman. Semua bisa kita kontrol sendiri.

Tapi, karena kebijakan #dirumahsaja ini sudah berlangsung kurang lebih 2 bulan. Bosan adalah hal wajar. So, melakukan kegiatan dirumah untuk membunuh bosan musti dilakukan. Daripada mati gaya, lalu uring-uringan gak jelas.

Ini beberapa kegiatan tak lumrah yang saya lakukan bersama keluarga

1. Cari cacing

Saya punya peliharaan. Ikan cupang. Saya jatuh hati sama ikan ini. Selain mudah merawatnya, dia juga punya daya tahan tubuh cukup lama untuk bertahan hidup. Makan cuma 2 hari sekali. Bisa pakai pelet atau cacing tanah.
Ikan cupang. dokpri
Istimewanya, Dia bisa gak makan 3 hari dan masih bisa bertahan hidup. Jadi, saya masih bisa tenang kalau lupa kasih makan. Si cupang ini juga bisa bertahan selama 7 hari untuk kemudian mati tanpa makanan. Ya Allah kejam banget ya aku.

“Buk, ikannya mati” kata mas Zafran sambil nunjuk botol kaca bekas tempat cupang tadi.

Belum juga saya mau jawab, si anak ngomong lagi

“Makanya to buk, klo gak bisa ngerawat gak usah beli. Kan kasian ikannya” omelnya.

Duh, keknya pernah denger ini saran L
Cari cacing depan rumah. dokpri.
Kegiatan nyari cacing ini juga melibatkan anak-anak. Kalau saya lagi bosan dengan DIY atau lagi males beresin rumah, alternatifnya ya ini. Berburu cacing tanah buat makan cupang. Seru lo, coba deh dirumah.

2. Movie marathon (bukan drakor)

Ini kegiatan saat malam tiba. Anak-anak sudah tidur, saatnya gegoleran sama suami nonton film. Bukan drama korea. Saya tidak suka.


Sempat sih terlintas ingin lihat gara-gara rame banget di timeline media sosial. Tapi urung, karena musti berseri-seri. Itu lo yang judulnya Married Couple or something. Saya takut ketagihan dan malah tak melakukan hal lain untuk bersenang-senang.

Alasan lain saya tidak suka drakor adalah, saya kesulitan mengenali pemeran drama. Menurut saya, mukanya sama semua. Jadi seringkali bingung, ini tadi siapa, kok sudah disini lagi hahahaha.

Mon maap ya drakor holic, bukan maksud menjelekkan. Ini soal selera saja.

3. Bikin mainan kardus

Ini kesukaan saya sejak SD. Membuat mainan dari kardus. Anak pertama saya, Zafran, seneng banget bisa buat mainan sendiri. Kita bisa berkolaborasi untuk sebuah project besar bernama DIY mainan kardus.

Baca juga: Makin Kreatif Saat Pandemi


Tank dari kardus bekas. dokpri
 Tutorial dan hasil mainan kardus bisa di lihat di ig saya @rizqillahzaen.

Membuat mainan sendiri membuat saya bernostalgia. Dulu, saat masih SD saya senang membuat mainan dari barang bekas. Kardus bekas mi instan, botol air mineral, kain perca, sampai ranting pohon. Bisa jadi bermacam-macam benda. Seperti pigura, kotak pensil, mainan masak-masakan dan lain-lain.   


Kegiatan ini juga mengobati rasa rindu kampung halaman. Maklum, tahun ini kita bakalan gak mudik sesuai anjuran pemerintah.


Koleksi mainan kardus Zafran. dokpri
Jadi, bebikinan kayak gini tu bikin saya senang, anak juga gembira. Lengkap kan. Jadi betah deh dirumah.


4. Jualan

Saya punya online shop baju anak. Usaha ini sudah berjalan sekitar 2 tahunan. Pas anak kedua lahir, kegiatan ini berhenti. Saya musti fokus ngasuh dua anak tanpa bantuan IRT. Yasudah, saya selesaikan dulu urusan anak.


Nah, saat pandemi ini saya mulai berjualan lagi. Bukan baju sih, tapi masker kain. Masker kain menjadi kebutuhan ‘pokok’ saat pandemi.


Seperti biasa, saya minta bantuan ibu di Tulungagung untuk menjahitkan masker anak. Baju di online shop saya dulu juga jahit dari Tulungagung. Kebetulan ibu punya usaha konveksi. Jadi pas kan ya.

Alhamdulillah, saya dapat pesanan masker untuk salah satu SMK di Tulungagung. 2000pcs masker. Selain itu, ada juga masker kain katun dengan corak lucu-lucu. Koleksinya bisa dilihat di @zhaf.kids


Masker anak dan dewasa by zhaf.kids
Saya jadi betah dong di rumah. Semua kegiatan jualan, bisa di lakukan via klik. Trus dapet duit lagi. #emakemakdetected.

Itu tadi 4 kegiatan tak lumrah untuk betah di rumah. Intinya sih, seneng, bahagia, betah itu ada di diri kita. Gak perlu di cari tapi di gali. Barangkali kita selama ini cuma abai dengan sekitar, seolah semua tampak membosankan. Padahal, seru juga lo melakukan hal-hal kecil yang menurut orang lain tak lumrah.

Coba pikir, lumrah gak bahagia dan betah di rumah cuma gara-gara berhasil dapet cacing di depan rumah? atau ngoprek kardus bekas mi instan? atau tidak nonton drakor barangkali?

Ini bukan pilihan sulit. Kata orang lah yang bikin rumit. You deserve happy in your own way.

Mau nyari cacing sama saya? yuk sini. Kamu betah dan bahagianya ngapain bu? sharing yuk…

 








Serba Virtual Pasca Pandemi Siapkah Kita?

7 komentar


Tidak ada yang bisa memprediksi pasti kapan pandemi virus covid-19 ini bakal berakhir. Sejumlah penelitian mengungkapkan, virus covid-19 sudah masuk fase melandai di kurva. Tapi inipun tidak bisa jadi patokan. Apakah virus akan benar-benar hilang. Kita hanya bisa berusaha menghadapinya untuk saat ini.

Seminggu belakangan, saya membaca kabar bersliweran di timeline instagram maupun twitter. Virus corona di Indonesia akan berakhir pada Juni mendatang. Sayapun juga berharap demikian. Mari gunakan patokan ini saja untuk terus menumbuhkan optimisme di tengah kondisi yang serba tak menentu ini. Tapi tetap terus waspada pada sekitar. Tidak lengah, tidak pula spaneng. Pas.

Lalu, jika pandemi ini berakhir, apa yang akan kamu lakukan? Saya berandai-andai, jika ini berakhir, kebiasaan yang sudah dilakukan selama pandemi ini mungkin bisa bertahan. Menjadi kebiasaan baru.

Kenapa?

Dalam Islam, memulai kebiasaan baru bisa dilakukan dengan melakukannya selama 40 hari berturut turut. Jika sudah lewat waktu tersebut, maka, kebiasaan baru bisa terbentuk. Bahkan, kita tidak merasa sedang melaksanakan sesuatu yang baru. Ini akan menjadi tindakan yang lumrah dilakukan.

Saya percaya ini. Semoga, social atau physical distancing yang selama ini kita lakukan, telah membentuk kebiasaan-kebiasaan baik untuk terus dilakukan meskipun pandemi telah berakhir.

Salah satu yang tidak bisa dipungkiri adalah kehidupan berbasis teknologi. Kebijakan work from home, membuat para pekerja, bekerja remote dari rumah.

Kali ini, saya ada cerita sedikit tentang orang-orang yang sedang belajar memulai kebiasaan baru berbasis teknologi. Sebenarnya ini bukan hal baru. Kita sudah mulai bersentuhan dengan aplikasi online jauh sebelum virus covid-19 ini merebak.

Tapi kondisi pandemik ini beda. Ternyata, tidak semua orang siap untuk tidak bertatap muka. Apalagi belum semua instansi baik pemerintah maupun swasta siap dengan kondisi ini.

Nah, Saya punya cerita lucu tentang ini.

Suatu hari, saya sedang ngobrol dengan teman lama via wa. Tentang work from home (WFH) yang sedang digalakkan pemerintah. Sebut saja bunga, bukan nama sebenarnya. Sebagai seorang ASN, bunga juga melakukan kebijakan WFH dengan penyesuaian. Seperti jadwal masuk yang disusun bergilir, protap kebersihan saat masuk kantor dll.

Si bunga ini mengeluh. WFH di lembaganya masih sangat sulit diterapkan. Kenapa? Karena kantor pemerintahan masih menggunakan metode yang sangat jadul untuk pengurusan berkas. Seperti tanda tangan asli, cap stempel basah (saya ngakak waktu dia bilang gini. Terakhir dengar stempel basah itu waktu SD klo gak salah hihihihi).

Nah, kalau sudah begini, bagaimana mau WFH? Wong aturannya masih jadul.

Lalu saya bilang dong dengan sok tahunya “Berarti ini moment bagus kan, buat belajar mengubah sistem jadi serba elektronik nantinya?”

“Au ah” jawabnya. Saya ngakak lagi, barangkali dia sedang sumpek dengan pekerjaan yang serba ‘baru’.

Itu satu. Ada juga cerita lain tak kalah lucunya.

Suami saya, sedang mengurus relaksasi kredit motor beberapa hari lalu. Setelah browsing via online, dia gak menemukan cara untuk daftar relaksasi di salah satu perusahaan leasing. Datanglah ke kantornya.

Sesampainya disana, banyak sekali antrian. Karena sudah menerapkan social distancing, antrian mengular sampai parkiran. Panas banget.  Gak tahan, akhirnya suami mengurungkan niat untuk antri. Bertanyalah dia ke satpam.

“Pak, tiap hari antriannya begini?”

“Iya mas ada yang datang jam 5 pagi malah”

“Duh gusti… saya mau daftar restrukturisasi caranya gimana ya pak?”

“Ooo… daftar online dulu mas, kalau gak daftar online, nanti gak bisa diproses. Setelah daftar online, baru kesini lagi mas”

Pak satpam menunjukkan tata cara pendaftaran online.

“Oke”

Suamipun pulang. Mendaftar online dirumah.

Besoknya ke kantor leasing lagi. Untuk melakukan proses selanjutnya. Ternyata, proses selanjutnya adalah, mengambil formulir untuk diisi di rumah. Formulir yang diambil, tidak berisi satupun keterangan yang telah diisi via online.

Jadi cuma form kosongan gitu. Lalu ngapain musti daftar online bambang...! Duh jadi ikut emosi.

Setelah itu menunggu kabar selanjutnya via telpon. Setelah mendapat telepon, suami diminta kesana lagi untuk melakukan kesepakatan relaksasi. Dijelaskan pilihannya, lalu seminggu lagi disuruh datang untuk tanda tangan berkas.

Jadi total ada 5 kali kedatangan fisik ke kantor tersebut. Setiap pulang, selalu saya suruh mandi dan ganti baju. Sesuai protap covid-19 dirumah. Wow, sudah berasa tenaga medis saya.

Lucu kan ya?!

Barangkali, untuk kantor pemerintahan dan kantor swasta seperti ini masih butuh adaptasi untuk melakukan pelayanan via online. Cukup menantang memang jika semuanya dilakukan tanpa tatap muka. Selain sistemnya belum jalan, masyarakat pun belum semua mendapatkan akses internet secara merata.

Tapi, sepertinya, kita semua sedang belajar menuju ke arah sana. Mengurangi kehadiran fisik, tapi tetap melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab. Semangat ya.

Lalu, kebiasaan baru apa yang akan muncul?

Masih tentang teknologi. Kali ini seputar kesehatan. Olahraga.


Hayo, siapa disini yang jadi rajin olahraga? Saya gak, tapi suami iya hehehe. Suami dulu pernah ikut lari half marathon yang diselenggarakan di Surabaya. Saat pandemi kayak gini, gak mungkin dong, menyelenggarakan lari marathon lagi. Yang ikut aja bisa ribuan.

Tapi, sekarang ada yang namanya virtual run.

Apa itu?

Virtual run adalah kegiatan olahraga solo yang bisa dimulai kapan saja dari rumah. Ada waktu yang ditentukan dan dapat diakumulasi pada jangka waktu.

Menurut laman Lari.in, ayo lariin kotamu, virtual run sudah digelar sejak Januari 2020. Dan masih akan terus berlanjut hingga Juni.

Bagaimana cara kerjanya?
  • Mendaftarkan diri di laman penyelenggara, dengan cara download aplikasi. Bisa android atau ios.
  • Isi data dan tentukan kategori yang dipilih (10K dan 19K)
  • Lakukan pembayaran
  • Laporan hasil lari akan ditampilkan di aplikasi sesuai ketentuan penyelenggara.
  • Pengiriman medali dilakukan pasca pengumuman pemenang via aplikasi
  • Medali diterima. Bisa foto selfie lalu upload ke media sosial sesukanya. Ahay!

Mudah bukan?! Bisa ikut kompetisi sehat tanpa harus bertemu banyak orang.
Jika kamu pengen ikutan, bisa cari informasinya di google ya. Lengkap. Ini hanya gambaran saja, bagaimana kompetisi lari yang sedang hits beberapa bulan belakangan bisa tetap diselenggarakan. Dengan metode virtual.

Welcome to the new world

Kalau tadi tentang menjaga kesehatan, ini tentang pekerjaan berbasis virtual. Tentang penyelenggara event. 

Begini ceritanya

Suami bekerja di salah satu perusahaan event organizer di Surabaya. Tahu kan, bisnis EO dan segala tetek bengek dunia MICE (Meeting, Insentive, Convention, Exhibition) menjadi salah satu yang mendapat imbas besar covid-19.

Ya mau gimana lagi, tidak boleh ada kerumunan. Mau buat event apa coba.

Nah, Kementrian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif mengadakan pelatiah virtual event. Bertajuk Best Practice And Idea.

Ini adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendukung para pelaku industri event di Indonesia selama masa darurat covid-19. Intinya, ada dua tahap yang musti dilalui. Webinar, dan project riil, event online.

Ada syarat dan ketentuan yang harus dilakukan untuk ikut dalam virtual event ini. Salah satunya mampu berbahasa inggris minimal level intermediate. Kenapa? Karena keynote speakernya semua dari luar negeri.

Keuntungannya, dapet ilmu gratis tentang virtual event, uang saku, sertifikat internasional, networking, dan kesempatan untuk mewujudkan event online impian.

Berniat ikut?

Sila ke web resmi kemenparekraf. Semoga bermanfaat J

Itu tadi cerita gado-gado saya. Tentang kondisi saat ini dan persiapan kedepan. Saya membayangkan, semua aspek kehidupan nantinya bisa ditunjang secara virtual.

Memang, sebelum terjadinya virus covid-19 ini, kita sudah terbiasa dengan yang online-online gitu. Transportasi, makanan, informasi, kesehatan, bisa diakses sekali klik. Tapi kali ini sungguh berbeda.

Dunia seakan-akan sedang menuju abad baru yang tengah kita persiakan sendiri. Pelan tapi pasti. Agar kita, eh saya gak terlalu gagap menghadapi. Ini bukan pilihan. Tapi konsekwensi peradaban. Mari hadapi bersama.

Kamu sudah siap? Sudah melakukan kebiasaan baru selama 40 hari? punya bayangan apa kedepan pasca pandemi? Sharing yuk…







3 Tips Mudah Agar Anak Mau Pakai Masker

12 komentar


Memakai masker menjadi kebiasaan baru di rumah. Sebenarnya, anak saya, mas Zafran (6) sudah lebih dulu terbiasa memakainya. Karea kalau sudah batuk, saya biasa memakaikan masker agar tak menular ke teman sekolahya. Ya memang, membuat anak mau pakai masker saat keluar rumah itu menjadi tantangan tersendiri.

Jangankan untuk anak-anak, orang dewasa saja masih suka ngeyel untuk pakai masker saat keluar rumah. Sebabnya banyak. Mulai gerah, tidak nyaman, dan sederet alasan lain untuk tidak mengindahkan himbauan pemerintah.

Padahal, pemakaian masker sangat penting untuk mencegah penularan virus covid-19. Yah, virus ini memang benar-benar membuat seluruh manusia di dunia harus melakukan kebiasaan baru. Apalagi penyebarannya sangat cepat. Kita dipaksa beradaptasi dengannya.

Dilansir dari laman kompas.com (4/04/2020), menurut Stephen Morse, ahli epidemologi di Columbia University, ada penularan signifikan oleh orang-orang yang tidak menunjukkan gejala. Satu kelomok potensial ini adalah anak-anak. Sebab, sejauh ini, anak-anak yang paling jarang mudah terserang virus corona. Akan tetapi, beberapa dari mereka mungkin mendapatkan infeksi ringan. Sehingga kemudian menyebarkan virus ini.

Barangkali ini juga yag membuat pemerintah meliburkan sekolah. Anak-anak memiliki potensi besar sebagai carier virus tanpa gejala.

Lah, anak-anak mau pergi kemana? Kan disuruh belajar dan bermain di rumah saja?

Iya bu, tapi, meskipun sekolahnya masih libur sejak awal april lalu, kadang, masih keluar juga. Ngaji atau bermain bersama temannya. Kadang-kadang, ikut pergi juga ke pasar kalau saya lagi belanja mingguan. Anak-anak juga bisa bosan kan?!

Anak ibu, gitu juga gak sih?!


Nah, ini pengalaman saya memperkenalkan anak untuk memakai masker saat harus keluar rumah.

1. Beri penjelasan

Menjelaskan kepada anak tentang kondisi pandemi covid-19 ini butuh usaha lebih. Sekali dijelaskan mereka bakal iya-iya ngerti. Tapi kalau sudah kecentok pengen keluar, penjelasan panjang lebar di belakang tadi bisa menguap entah kemana.

Memang begitulah anak-anak. Untuk memberinya pemahaman yang utuh, butuh 1-200 kali mengingatkan. Sampai akhirnya paham dengan apa yang kita sampaikan. Jangan bosan mengingatkan ya bu. (Ngomong sama kaca) J
Sumber: doc. pribadi 
Yang perlu dihindari, jangan memberi penjelasan yang menakutkan. Jika ada kejadian yang menurut dia seram, berikan pengertian bahwa kita bisa mencegahnya.

Misalnya, “Corona itu virus yang berbahaya lo mas, bisa bikin orang mati juga. Tapi, kita bisa mencegahnya, dengan makan makanan sehat, olahraga, dan pakai masker kalau keluar rumah”

Bukan

“Kalau keluar gak pake masker, mati lo mas”

Hehehehe…

2. Beri contoh

Monkey see monkey do. Begitu kira-kira istilah untuk menggambarkan cara belajar anak. Mereka adalah spons yang bisa menyerap habis informasi di sekitar. Baik ataupun buruk.
Sumber: doc. pribadi
Jadi, jika ingin anak mau menggunakan masker saat harus keluar rumah, berikan contoh juga. Dengan menggunakan masker saat keluar rumah. As simple as that.

3. Gunakan masker dengan motif lucu

Ini akan membuat anak senang memakai masker. Apalagi gambarnya sesuai dengan kesukaan mereka. Masker kain bisa dibuat sendiri. Sekarang juga sudah banyak yang menjual masker kain dengan motif lucu.

Seperti ini, kamu bisa beli dan lihat koleksi lainnya disini.

Sumber: doc. pribadi

Pemerintah memang menghimbau untuk menggunakan masker non medis. Selain karena masker medis mulai langka karena banyaknya permintaan, masker medis memang hanya untuk tenaga medis. Sehingga, tenaga medis tidak kekurangan masker saat menangani pasien yang terjangkit virus corona.


Pemerintah kemudian menghimbau masyarakat untuk memakai masker kain. Masker kain yang terbuat dari katun. Bisa dicuci ulang, sehingga lebih hemat.

Begini efektifitas masker kain untuk pencegahan penularan virus covid-19.

Sumber: twitter @ismailfahmi,  Founder Drone Emprit and Media Kernels Indonesia

Nah, untuk menggunakan masker ini juga ada tata caranya lo. Menurut laman resmi Gugus Tugas Perceatan Penanganan Covid-19, ada hal-hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan masker kain.
  • Sebelum memasang masker, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir (minimal 20 detik) atau jika tidak tersedia, gunakan cairan pembersih tangan (minimal alkohol 60%)
  • Pasang masker menutup hidung, mulut sampai dagu, pastikan tidak ada sela antara wajah.
  • Jangan buka tutup masker. Jangan menyentuh masker. Jika memang harus menyentuh, cucilah tangan pakai sabun dan air mengalir terlebih dahulu.
  • Ganti masker yang basah dan lembab dengan masker baru. Masker kain dapat digunakan beberapa kali dengan mencucinya setelah pemakaian 4-6 jam.
  • Jika harus keluar rumah lebih dari waktu tersebut, bawalah masker tambahan sebagai pengganti.
  • Untuk membuka masker, lepas dari belakang. Jangan menyentuh bagian depan. Masker kain bisa langsung dicuci dengan detergen.
Nah, itu tadi pengalaman saya menyuruh anak pakai masker saat harus keluar rumah. Ada pengalaman lain tentang masker ini? sharing yuk…









Sumber:  
https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/04/180200923/anak-anak-bisa-jadi-pembawa-corona-tanpa-gejala-ini-penjelasannya.
https://www.covid19.go.id/2020/04/02/ketahui-cara-tepat-menggunakan-masker/

Pengalaman Isolasi Mandiri Dan Pentingnya Social Distancing

2 komentar


Sepulang dari kantor, suami mengeluh badannya meriang. Sebelumnya, memang sudah batuk pilek.

“Badanku kok meriang ya” kata suami.

Saya kasih termometer. Hasilnya, 38 derajat celcius. Jantung saya sudah mau copot. Pandemi virus covid-19 ini membuat saya spaneng klo ada orang rumah yang sakit. Apalagi ciri-cirinya mirip gejala virus corona.

“Sesek gak?” tanya saya

“Gak, tapi kepala pening” jawabnya

Duh!

Saat itu juga, saya suruh suami tidur di kamar depan. Alat makan dan minum saya pisah. Jaga jarak sama anak-anak. Gak boleh dekat-dekat.

Besoknya, suami pergi ke rumah sakit. Tanpa saya temani, padahal, jalan sempoyongan. Gak mungkin juga saya temani karena anak-anak gak ada yang jaga. Mau dititipin ke siapa juga. Terpaksa, ke rumah sakit sendiri. Tiap menit saya wa nanya kabar.

Sampainya di IGD rumah sakit, langsung diperiksa dengan protap covid-19. Petugas berbaju APD lengkap. Cek Suhu badan, rontgen, dan ditanya tentang riwayat perjalanan.

Setelah selesai diperiksa, dokter memperlihatkan hasil rontgen. Ada sedikit flek di paru-paru. Suami memang punya riwayat bronchitis saat kecil. Tapi sudah sembuh. Sebulan lalu baru berhenti pakai vape.

Setelah rangkaian pemeriksaan selesai, dokter menuliskan resep. Parasetamol, obat sinus, obat batuk dan vitamin. Suruh istirahat dirumah. Jika dalam 3 hari belum membaik, cek ke dokter paru.

Setelah pulang, saya tetap memberlakukan aturan yang sama. Tidur terpisah, jangan dekat anak-anak. Untuk menghindari penularan. Meskipun dokter menyatakan, suami hanya sakit biasa. Sinusnya kambuh. Makanya demam disertai pening kepala. Yakan kalau anak ketularan batuk pilek, saya jadi pusing kuadrat.

Tiap malam, saya sering terbangun, seperti mendengar suara orang sesak nafas. Lalu pergi ke kamar depan buat cek kondisi suami. Tapi ternyata suami tidur pulas. Begitu seterusnya sampai kurang lebih seminggu. Saya terlalu parno untuk hal ini.

Alhamdulillah, setelah 3 hari istirahat di rumah dan mengkonsumsi obat, kondisinya mulai membaik. Batuk pilek mulai reda. Panasnya berangsur turun. Tapi tetap saya karantina.

Paling gak sampai 14 hari. Ya meskipun rumah saya gak sebesar punya mbak Nia Ramadhani ya buk, tapi tetap bisa jaga jarak. Anak-anak udah kebelet main sama ayahnya. Saya larang. Pintu kamar ditutup. Buka kalau mau makan atau ke kamar mandi. Anak-anak tetap dirumah, gak boleh main diluar.

Syukurlah, Setelah obat habis, suami sembuh. Sudah bisa beraktifitas kembali. Bermain sama anak-anak, dan bantuin saya nyuci hahaha.

Itu tadi cerita saya menerapkan isolasi mandiri saat suami sakit. Langkah ini sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan. Memang suami saya tidak terjangkit virus corona. Tapi tetap saja, batuk atau flu bisa menular ke orang lain kan.

Jika kondisi tubuh sedang tidak baik, usahakan di rumah saja. Istirahat dan lakukan isolasi mandiri. Pantau sendiri kondisi kesehatan. WHO juga memberikan tata cara isolasi mandiri. Contohnya seperti infografis di bawah ini.
sumber: WHO
Inilah pentingnya melakukan social distancing. Untuk menjaga diri dari menularnya penyakit. Meskipun di rumah, saya juga menerakan social distancing saat suami sakit. Agar saya, dan anak-anak tidak ikut ambruk berjamaah.
__

Penerapan social distancing sangat penting. Terlebih di masa pandemik seperti saat ini. Social distancing sendiri berarti menjaga jarak aman dengan orang lain untuk menghindari tertularnya penyakit. WHO menyarankan untuk menjaga jarak dengan orang lain minimal 1-2 meter.

Melakukan social distancing bukan berearti memutus tali silaturahmi ya. Kita bisa menggunakan media lain untuk tetap keep in touch dengan orang-orang tersayang.


Barangkali ini juga yang menjadi alasan beberapa waktu lalu, WHO mengubah istilah social distancing menjadi physical distancing. Jadi, walaupun kita diminta untuk menjaga jarak, kita tidak sedang diminta untuk berhenti bersosialisasi dengan keluarga, teman atau kerabat secara sosial.

Kita bisa tetap berhubungan dengan mereka meskipun tanpa bertemu secara fisik. Caranya? Bisa video call, telepon, atau bertukar kabar via chat.

Apa manfaat social atau physical distancing?

Virus corona dapat menular lewat cairan. Menjaga jarak aman bisa mencegah penularan. Untuk menambah kewaspadaan, anggalah diri kalian sebagai carier virus. Ini akan membuat kita lebih berhati-hati saat harus berhubungan dengan orang lain.

Dengan terus konsisten melakukan social distancing, semakin ringan pula beban tenaga medis yang saat ini terus bekerja untuk menangani mereka yang sakit. Semoga, ikhtiar ini akan membuat kondisi normal kembali.

Bagaimana cara melakukan social distanding?

Sebaiknya, ikuti himbauan pemerintah untuk di rumah saja. Tapi, jika memang harus bekerja di luar, pastikan melindungi diri dengan baik.

Seperti, tidak bergerombol lebih dari 5 orang, tidak pergi ke kerumunan, menggunakan masker, dan menerakan hidup bersih. Mencuci tangan secara teratur setelah melakukan aktifitas diluar. Segera mandi sesaat setelah sampai di rumah. Jangan sentuh apapun di rumah, sebelum membersihkan diri.


Hindari berjabat tangan, cium pipi atau berpelukan saat bertemu dengan teman atau keluarga. Ini untuk mencegah virus menular. Siapa tahu, di tangan, pipi, baju atau benda-benda yang sering tersentuh tangan, kena cairan dari kita. Sebaiknya, hindari bersentuhan secara fisik.

Masih aman kan di rumah? atau ada yang lagi sakit? Semoga lekas sembuh ya….