“Children learn as they play. More importantly, in play, they learn how to learn” O. Fred Donaldson
Anak-anak dan bermain
adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bermain bagi mereka adalah belajar
yang sesungguhnya. Ini saya rasakan betul. Anak pertama saya, Zafran (5th)
sangat senang bermain. Kadang dia malah malas sekolah, karena mainan tak
sebanyak dirumah.
Suatu hari, dia mendapati
mainan lego besar di sekolahnya. Tapi, belum dibuka dan katanya gak boleh
dimainin. Curhatlah dia pas pulang ke rumah.
“Buk, disekolahan sebenernya
ada lego banyak, tapi gak boleh dimainin”
“Kenapa?”
“Kata bu guru nanti susah
beresinya”
Terkejutlah saya, apa iya
bu guru melarang bermain dengan alasan itu. sayapun berinisiatif bertanya pada
guru kelas tentang mainan tersebut. Kata bu guru, mainan itu memang baru, dan
baru akan dipakai minggu depan. Syukurlah…
Sejak saat itu, si sulung
ini bersemangat ke sekolah. Katanya legonya banyak jadi bisa main
banyak-banyak. Hehehe. Oke.
Dirumah, mainan yang
masih sering dipakai memang lego. Saya sengaja beli lego agak banyak untuk
melatih imajinasinya membuat sesuatu. Hasilnya, betul juga si anak mulai
membuat macam-macam benda sesuai keinginannya. Mulai senapan, gedung, kantor
polisi, helicopter dll. Tentunya dengan bentuk sesuai imajinasinya.
macam-macam bentuk lego |
Suatu hari, lego yang dia
bikin berbagai rupa itu copot saat dipindahkan. Nangislah dia. Pelan-pelan saya
kasih masukan. Mungkin saja lego itu kurang seimbang, atau kurang kuat. Awalnya
dia gak mau tahu, tiap kali bentuk yang dibuatnya rusak, selalu marah dan
nangis. Tapi lambat laun, dia mulai ngerti dan belajar.
“Buk, ini kurang
seimbang, coba aku bikin lagi”
Good job bro, selamat
belajar :-*
Selain lego, Zafran juga
punya seabrek mainan. Dari beli sendiri, dibeliin embahnya, tantenya, paling
banyak dibeliin ayahnya hahaha. Ada robot, kereta api, pistol mainan, boneka
tangan, puzzle, dan banyaklah macemnya.
Menginjak 5 tahun, saya
mulai membatasi beli mainan baru. Ini juga saya tekankan ke ayahnya. Tau
sendiri kan bu, kalau bapaknya anak-anak kadang suka gemes juga lihat minan
cowok dan berlanjut dibeli dah tu. Padahal dirumah juga ada. Aturan ini karena
Zafran sudah masuk sekolah. Selain itu, uang untuk membeli mainan dialokasikan
untuk menabung dan beli buku tiap bulan.
Berhasil?! Belum,
pelan-pelan memang. Kadang dia masih merengek minta mainan baru seperti
temanya. Kadang saya luluh juga masih membeli mainan. Dengan syarat, dia belum
punya. Kalau sudah punya, big no untuk beli lagi.
Suatu hari, saya
berinisiatif untuk membuat mainan sendiri. Kardus menjadi pilihan saya karena
mudah didapat dan murah. Kebetulan, samping rumah ada tetangga yang berjualan
kebutuhan sehari-hari. Kardusnya banyak yang tidak terpakai. Saya belilah
kardus disitu. Kondisinya masih bagus dan bersih.
Mas Zafran exited banget
membuat mainan sendiri. Hampir tiap hari dia punya ide membuat macam-macam
mainan kardus. Ini dia cerita dibalik ide mainan kardus buatan mas Zafran dan
ibunya.
- Pom bensin
Dulu, pernah kita balik
dua kali ke pom bensin, gara-gara Zafran belum lihat penjual bensinya nuangin
bensin ke mobil. Dia menangis sepanjang perjalanan dan minta balik buat beli
bensin lagi. Setelah dikasih tahu ini itu endebra endebre dan tidak mempan,
pasrahlah kitorang sebagai bapak dan ibu yang agak-agak gak tahan lihat anak
cranky. Muter balik ke pom bensin terdekat hanya untuk lihat mas-mas penjual
bensin nuangin bensin ke dalam mobil. Hahaha
Ide bikin pom bensin mini
ini juga dari mas Zaran. Doi sudah bisa naik sepeda roda dua, dan selalu
bertingkah ala-ala naik motor kehabisan bensin. Selang air depan rumah sukses
membuatnya jumawa sama teman-teman sekompleks. Karena punya pom bensin sendiri.
Setelah ide muncul, kita
buatlah pertamini. Pom bensin mini yang sekarang udah ada di gang-gang masuk perumahan. Tugas pembuatan
kita bagi-bagi. Saya yang bikin blueprint (udah kayak mo bikin gedung ye buk
hehehe), mas Zafran potong-potong. Doi juga bagian nulis. Biasanya saya bikin
garis putus-putus lalu ditebali sama dia. Yup, kerjasama yang baik big bro!
- Mesin kasir
Anak saya ini meski
umurnya sudah 5 tahun, tapi belum ngerti duit. Alhamdulillah… hehehe. Dia belum
paham mana duit seribu, mana dua ribu. Belakangan, karena tiap sore ada
pedaganga bakso dan bakpao depan rumah, doi jadi ngerti itu duit berapaan. Nah,
sekalian belajar tentang duit, doi minta juga dibikinin mesin kasir kayak
mbak-mbak Indomaret.
Seperti biasa, tugaspun
dibagi, dia bagian gunting, tulis-tulis, plus rakit. Kali ini sudah bisa tulis
sendiri. Good job. Mesin kasir ini juga dilengkapi dengan pemindai barcode. Dia
seneng sekali denger suara ‘tit’ saat kasir memindai barang belanjaan. Mesin
kasir ini juga dilengkapi dengan suara ‘tit’ via mulut hehehe.
Barang-barang yang dijual
beraneka ragam. Mainanya disusun sedemikian rupa seperti super market mini.
Pemindai barcode ini tidak bisa berfungsi kalau gak ada barcodenya (yaiyala…).
Zafran mulai melihat ada kejanggalan.
“Buk, ini harusnya
barangnya tu ada garis-garis itu lo, trus nanti biar bisa ‘tit’ gitu”
“Oooo… barcode”
“Iya… apa?? barcode??”
“Iya, yang garis-garis
bunyi ‘tit’ itu barcode namanya”
“Ooo… bikinin ya buk”
Bikinlah barcode ala-ala.
Ini yang bikin ibunya. Alasanya doi gak bisa nulis kalau kecil-kecil dan
mepet-mepet.wkwkwk…
- Mesin ATM
Mesin Anjungan Tunai
Mandiri atau ATM ini ada dua macam. Satu ATM gesek, satunya lagi ATM gak gesek
wkwkwk. “Itu lo yang masukin kartu terus duitnya keluar” gitu katanya mas Zafran.
Baiqlah, dengan bantuan mbah google, saya mulai mencari bentuk ATM kardus. Dan jadilah.
Untuk melengkapi mesin
kasirnya, Zafran juga mita ATM gesek. Biasanya dia memang suka iseng mencetin
ATM gesek di meja kasir kalau lagi ngantri bayar. Bikinlah kita. Dia seneng
banget sampae sekomplek tahu klo dia punya ATM gesek.
- Microphone
Cerita dibalik ini
membuat saya terharu. Mas Zafran ini dulu rajin banget ke mushola deket rumah. Sekarang
udah mulai loyo sih, tapi gapapa, ibunya gak boleh capek ngingetin. Jarak mushola
dan rumah deket banget. Cuma beda serumah aja. Nah, tiap kali iqomah, dia
selalu merhatiin temenya yang pegang mic. Ceritalah dia pas pulang.
“Buk, aku pengen iqomah
pake mic di mushola”
“Loh ya bilang sama
temenmu mas kalau mau iqomah, biar gentian”
“Tapi aku malu, bikini sendiri
buk, nanti aku biar bisa iqomah dirumah aja klo ibuk mau shalat”
“Wokey” sambil ngelap
mata yang berkaca-kaca hiks…
- Foodbot
Ini ceritanya robot
dengan mesin pembuat makanan. Awalnya Zafran minta dibikinin Bumblebee dari
kardus. Mamak tak syanggup mas. Jadilah idenya saya belokin ke robot aja. Robot
yang bisa bikin makanan. Dia setuju. Beginilah penampakanya. Rambutnya ala-ala Naruto
hahaha.
Foodbot ini sekaligus
buat belajar membaca. Di badan robot ada huruf abjad lengkap. Jika mau makan
pisang misalnya, tinggal pencet huruf P-I-S-A-N-G. lalu, bunyi ‘tit’ via mulut
sebagai tanda, pisang bisa dikeluarkan dari badan robot. Seru ya. Belajar sambil
bermain.
- Palang pintu kereta api
Waktu kecil, mas Zafran
ini gandrung dengan kereta api. Kalau lagi mudik ke Tulungagung, pasti kita
nyempetin buat nunggu kereta dateng di doplangan (palang pintu kereta). Kalau lagi
hoki, kereta biasanya lewat lebih dari sekali. Kalau lagi apes, nunggu sampai
setengah hari gak ada kereta lewat. Dan pulang dengan manyun.
Nah, karena perumahan ini
jauh sama stasiun kereta api, jadi kita bikin sendiri aja, palang pintu kereta
api. Masnya sudah punya kereta Thomas and friends. Dan ibunya suruh hafalin
nama-nama temenya Thomas. *sigh…
- Pemanggang craby patty
Ini terinspirasi dari
spongebob. Doi pengin banget punya panggangan kayak sis pons kuning itu.
jadilah ibunya bikin pemanggang ala-ala spongebob. Puterannya dibuat dari tutup
botol bekas. Crabby patty dari kardus yang dibentuk bulat. Dia sendiri yang
guntingin. Spatula dari bekas pisau kue ulang tahun.
Oiya, untuk merakit, si
sulung ini sudah mulai bisa pakai lem tembak. Musti hati-hati merakitnya. Karena
beberapa kali kena tangan dan panas. Gakpapa, namanya juga belajar. Keep going
bro.
- Simulasi petir
Mas Zafran ini takut
petir. Tiap kali denger petir, dia selalu peluk saya dan gak mau dilepas. Akhirnya
saya belikan buku tema petir. Berceritalah saya, kenapa bisa ada petir, dan
cara berlindung jika ada petir. Tujuanya biar dia gak takut lagi. Tapi ternyata,
masih aja takut hahaha.
Nah, akhirnya dia punya
ide tu buat bikin simulasi petir pakai kardus. Semangat sekali ngerjakannya. Mulai
dari bikin pola, mewarna, temple, sampai presentasi. Senengnya saya bu, ini
anak idenya gak habis-habis. Ibunya musti terus upgrade ilmu biar gak mati gaya
klo ditanya ini itu.
Yup, itu tadi beberapa
mainan kardus yang berhasil saya rekam. lainya masih banyak tapi gak ke foto. Maklum ya, kadang, ini anak suka risih kalau
saya foto-foto. Baru akhir-akhir ini dia mulai minta difotoin kalau selesai
bikin sesuatu. Semoga bermanfaat ya bu. sebenarnya bikin-bikin DIY begini juga
membantu saya untuk lebih sabar. Anak juga belajar banyak tentang proses. bisa klik disini untuk tahu Manfaat apa yang didapat saat bebikin mainan sendiri.
Selain mainan di atas, ada beberapa mainan lain yang juga kita bikin. ini dia :-)
Mainan kardus ini juga seru untuk main sama-sama. kayak gini
Selain mainan di atas, ada beberapa mainan lain yang juga kita bikin. ini dia :-)
walkie talkie |
bengkel |
tempat parkir |
car wash |
one stop taking car (parkir, car wash, bengkel) |
tameng captain america |
pesawat dari popsicle |
kang bensin laris manis :-) |
one stop shopping centre :-) |
Kalau ibu, udah bikin apa
aja nih buat anak-anak dirumah?! Sharing yuk,
Tidak ada komentar