Ngobrol menstruasi sama anak #zafranask

4 komentar
source: freepik

“Ibuk gak sholat?”
“Gak”
“Kenapa?”
“Lagi menstruasi”
“Apa itu”
“Keluar darah dari lubang pipisnya ibuk”
“OO… terus?”
“Jadi gak boleh shalat dulu”

Ini pertanyaan mas Zafran saat saya tidak bergegas sholat magrib. Biasanya, dia yang heboh sendiri kalau magrib tiba. “Ayo sholat”. Begitu katanya sambil mencari sarung buat siap-siap ke mushola.

Saat ini Zafran usia lima setengah tahun. Sudah TK B. Pertanyaan ‘sulit’ semacam ini sudah sering ditanyakan. Saya jawab sebisanya. Maklum, ibuk juga masih terus belajar nak. Tapi, saya tidak mau memberikan penjelasan ngawur mengenai ini. Terlebih tentang perempuan.

Saya ingat dulu waktu SD, seorang teman perempuan sedang haid dan tembus. Anak laki-laki ceng cengin dengan kata-kata yang merendahkan alih-alih memberi tahu dengan baik.

“Heh, tembus, tembus, yek”

Pengalaman itu membuat saya trauma. Saat tahu haid, kelas 6 SD, saya malu. Gak nyaman, takut tembus, takut di ceng-cengin. Pokoknya, gak PD. Meskipun saat itu saya langsung dibacakan buku Risalatul mahid sama ibuk saya. Cerita tentang ini saya tulis di bawah. Kita lanjut dulu... 

Pertanyaan berikutnya saat saya membeli pembalut.

“Apa itu buk?”
“Pembalut”
“Kayak pempes punya adik ya?”
“Iya”

Hahahaha… begitulah jawaban singkat saya. Jawaban mamak mamak males mikir. Duh!

Pertanyaan sudah mulai jauh. Sepertinya butuh cari waktu yang tepat untuk menjelaskan ini. Karena bagi saya, menjelaskan urusan menstruasi ini tidak hanya pada anak perempuan saja. Anak laki-laki juga harus tahu. Tentu, ini bukan hal tabu untuk dibicarakan.

Saya tidak mau anak saya melakukan perundungan pada anak perempuan lain terkait menstruasi ini. Bayangan saya, jika anak sudah tahu apa mestruasi, dan bagaimana ini terjadi, ia akan belajar lebih menghargai. Bahwa menstruasi bukan momok. Atau sesuatu yang menjijikkan. Menstruasi adalah fitrah perempuan.

Lain hari, Zafran bertanya lagi

“Adik gak mens?”
“Iya, nanti, kalau sudah besar. Adik juga akan mens kayak ibu”
“Mbak Nike?” (anak tetangga sebelah)
“Iya mbak Nike juga. Nanti kalau sudah besar”
“Kalau aku?”
“Kalau laki-laki gak mens, laki-laki di sunat” (jawaban spontan saya. Ini penjelasan yang saya dengar dari kecil. Kalau ‘sakitnya’ anak perempuan itu mens dan melahirkan. Sedangkan laki-laki sunat.  Saya agak anu sebenernya dengan penjelasan ini hahaha)
“Ooo… gitu”

Setelah mendapat pertanyaan ‘sulit’ ini. saya mulai mencari cara untuk menjelaskan lebih jauh. Tentu dengan bahasa sederhana.

Dan ketemulah dengan buku Ensiklopedia Junior tentang tubuh kita keluaran BIP. Saya sangat suka dengan buku ini. Terutama di pembukaan awal. Bahwa kita semua berbeda.
Kita semua berbeda
Warna kulit kita berbeda. Hitam, putih, kuning, coklat dan seterusnya. Pemahaman awal ini tentu penting untuk memberikan penjelasan, apa saja yang berbeda secara fisik dari miliaran peduduk dunia.

Buku Ensiklopedia Junior tentang Tubuh Kita
Isinya seperti ini
Isi buku Ensiklopedia Junior, Tubuh Kita
Bahasan pertama di buku ini tentang bagian tubuh. Laki-laki dan perempuan itu berbeda secara fisik. Bagian tubuhnya berbeda. Mulai rambut, kuku, vagina, penis, paha, payudara dll.
Bagian tubuh manusia
Saya khawatir, jika bagian-bagian tubuh ini tidak dijelaskan sebagaimana mestinya. akan berdampak perundungan atau bahkan pelecehan. Misalnya, menyebut penis dengan titit. Atau payudara dengan memek. Penyebutan ini biasanya digunakan dengan konotasi negatif. Perundungan terhadap fisik perempuan atau laki-laki menurut saya berawal dari sini.

Bahwa payudara perempuan bukan untuk bahan lelucon. Besar atau kecil. Kenceng maupun gombyor. Payudara adalah salah satu bagian tubuh perempuan. Jika sudah menikah dan punya anak, fungsinya untuk menyusui. Dan tidak boleh dipegang oleh sembarang orang.

Demikian juga dengan penis. Tidak untuk dipertontonkan atau bahan guyonan. Penis adalah salah satu bagian tubuh laki-laki. Fungsinya beragam. Sebagai saluran kencing, alat reproduksi. Bagian ini ada diantara pangkal paha. Tidak boleh dipegang oleh sembarang orang.

Sekalian juga saya kasih tahu tentang mana-mana bagian tubuh yang tidak boleh dipegang oleh orang lain. Di sekolah sudah diajarkan sih dengan lagu. Seperti ini. Sila klik gambar, sudah saya link-kan ke youtube-nya.

Animasi kujaga diriku
Terkait ini, sejak dini, saya mengajarkan rasa malu sama Zafran. Sehabis mandi, dia harus masuk kamar dengan pintu tertutup untuk ganti baju. Karena malu kalau kelihatan badannya. Begitu juga dengan Inara. Meskipun masih kecil, saya tidak biasakan dia untuk pergi keluar dengan hanya pakaian dalam atau kaos saja. 

Oiya, ini tadi rekomendasi buku Risalatul Mahid yang saya singgung di atas. Buku ini dibacakan ibu saya saat kelas 6 SD. Pertama kali saya menstruasi. Isinya tentang haid, nifas, istikhadoh dll. Lengkap. Bahasanya pakai arab pegon. Bahasa jawa halus. Kayaknya yang bahasa indonesia sudah banyak. Bukunya seperti ini.
Risalatul Mahid. source: google
Isinya kurang lebih seperti ini
Isi buku Risalatul Mahid. source: google
Ini mungkin bisa dijadikan buku pegangan untuk menjelaskan haid kepada anak perempuan. Nanti untuk Inara, anak kedua saya. Tapi, menurut saya, anak laki-laki juga perlu tahu. Karena dia akan menjadi bapak dari seorang anak perempuan. Minimal suami dari seorang istri. Plus, jika sudah tahu tentang apa dan bagaimana menstruasi itu, harapannya, dia tidak akan melakukan perundungan kepada anak perempuan. Khususnya tentang menstruasi. Lebih baik lagi jika bisa memberitahu bagaimana seharusnya.

Menurut saya, aksi perundungan terhadap anak perempuan terkait menstruasi ini, salah satu penyebabnya karena kurangnya pemahaman yang jelas. Ditambah stereotipe yang beredar kemudian dibuat bahan becandaan. Lengkap sudah.  

Untuk Zafran, saya memang belum perkenalkan ke buku ini. Menurut saya masih terlalu berat di usianya. Dia juga belum bisa paham dengan kalimat panjang. Jadi, jelaskan sepotong sepotong saat dia ingin bertanya.

Bersyukur, Zafran ini anaknya cerewet sama hal baru. Selalu bertaya ini itu. Ibunya sering kewalahan menjawab. Bismillah ya mas, kita belajar sama-sama.

Yah, itu tadi pengalaman menjawab pertanyaan tentang menstruasi dari anak laki-laki saya. Ilmu saya sebagai ibu masih seujung kuku. Tapi semoga bisa terus istiqomah belajar bersama. Insyaallah jadi amal jariyah saya nantinya. Amin..

Buibu anaknya pernah bertanya begini? Atau pertanyaan ‘sulit’ lainnya? Share yuk di komentar

Salam,



Menghadapi kehamilan pertama

8 komentar
pict by: pixabay

Beberapa hari ini saya gelisah dengan notifikasi email dari mbak Andien dengan Bentang Pustaka. Iya, Andien Aisyah, penyanyi idola saya. Sejak anak kedua, saya mulai mengikuti Instagram mbak Andien. Terutama seputar kehamilan pertamanya sampai melahirkan seorang bayi laki-laki lucu bernama Kawa.

Di akun instagramnya, mbak Andien ingin berbagi kisah melalui tulisan seputar masa kehamilan sampai melahirkan buah hatinya. Siapa saja yang berminat, bisa isi data via mailchimp. Saya langsung isi dong. Kemudian, email pun berdatangan. Ada tiga. Email kedua membuat saya terhenyak. Ternyata, apa yang saya lihat di Instagram mbak Andien selama ini keliru.

Yang terlihat memang kehamilan yang menyenangkan, disertai foto-foto ciamik nan instagramable. Fase mual muntah yang dilewati dengan bahagia dan masih banyak lagi moment selama hamil yang ditunjukkan di Instagram pribadinya. Nyatanya, semua tak seindah feed Instagram. Mbak Andien gak bahagia?!. Gak, bukan begitu. Tapi ada proses yang harus dilalui saat mengetahui dirinya hamil Kawa. Proses menuju bahagia versi mbak Andien. Dan itu, gak mudah.

Email dari mbak Andien dg Bentang Pustaka. Cerita kehamilannya akan dibukukan.  
Terimakasih sudah berbagi mbak J

Setelah membaca cerita mbak Andien, saya jadi teringat pengalaman hamil anak pertama. apa yang saya rasakan hampir sama. Senang karena sudah dikasih kepercayaan menjadi calon ibu. Tapi juga cemas, takut, gelisah, atau saya tidak tahu apa yang sedang saya khawatirkan sebenarnya.

Tulisan mbak Andien akan saya sertakan di akhir cerita.

Kehamilan pertama saya memang ‘tidak direncanakan’. Setelah menikah, saya masih ingin menikmati masa-masa manten anyar. Belum lagi, kerjaan di kantor juga lagi asyik. Ya, pekerjaan saya sebagai wartawan saat itu sedang seru-serunya. Memasuki tahun kedua bekerja. Sudah enjoy dengan suasana kerja. Menikmati banyak pertemanan baru. Mulai menyukai deadline. Dan berbagai pengalaman-pengalaman baru disana.

Dan saat tahu kalau saya hamil, blash! Tiba-tiba seperti hilang arah. Seperti takut, cemas, bahagia, campur seneng, tapi juga gelisah. Nyampur jadi satu.

Masuk trimester pertama, saya mual muntah hebat. Flek juga. Bahkan, waktu itu, memutuskan untuk tidak puasa Ramadhan selama sebulan penuh karena kondisi ini.

Tapi, saya masih sangat beruntung. Karena keluarga memberikan support saat itu. kebetulan saya masih tinggal sama orang tua. Suami, mendukung saya resign dari kantor. Ibu saya juga begitu.

Berbeda dengan mbak Andien yang tetap bekerja, saya memutuskan resign karena kondisi kesehatan tak memungkinkan bekerja berat. Satu yang saya sesali saat itu sebenarnya. Saya tak tahu harus berbuat apa saat mengandung anak pertama. Membaca buku tentang ibu hamil juga sekilas saja. Referensi mengenai tahap persiapan melahirkan juga nol. Yang saya ingat waktu itu bahwa, melahirkan itu sakit. Begitu kata orang-orang. Dan itu sampai masuk ke dalam alam bawah sadar saya. Sakit.

Begitu seterusnya, sampai saya melahirkan Zafran dengan operasi caesar. Bayi terlilit usus hampir 3 putaran. Saat sudah HPL pun saya tak merasakan apa-apa. Tapi tiba-tiba keluar darah begitu saja. Tidak ada rasa sakit atau mules layaknya orang mau melahirkan.

Dan qodarullah, anak saya selamat. Meskipun setelah lahir, dokter mendeteksi kelainan di bagian kelamin. Dalam dunia kedokteran disebut Hipospadia.


Jadi tambah lagi tantangan menjadi ibu.

Tapi satu yang saya pelajari. Bahwa semua  orang pasti punya masa-masa sulit dalam hidupnya. Bedanya, tinggal bagaimana menghadapi. Peran orang sekitar juga sangat berpengaruh. Agar kita gak merasa sendiri menghadapi ‘perbedaan’ atmosfir. Dari bekerja, jadi ibu rumah tangga.

Satu lagi. menerima diri sendiri. Iya, menerima bahwa kondisinya memang berbeda. Berkompromi dengan diri sendiri itu susah! Kita mungkin bisa memberikan nasehat panjang kali lebar kepada orang lain dengan kondisi sama. Tapi, coba ngaca, lalu ngomong sama diri sendiri. Ah susah pemirsa!

But, time heals

Saya banyak belajar dari waktu yang menempa kesabaran. Sedikit demi sedikit, beradaptasi dengan keadaan. Tak lupa suami mengingatkan untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah dianugerahkan.

And, life finds a way…

Anak saya sudah dua :-) 


Ini saya sertakan email kedua dari mbak Andien yang menurut saya relate banget dengan yang saya alami saat itu.







Jadi, sudah siapkah kamu menghadapi kehamilan?! share yuk...

Salam,





Produktif versi irt

14 komentar


Saya pernah bekerja sebagai jurnalis tv di salah satu stasiun tv lokal di Surabaya. Kebayang kan, bagaimana ritme kerja seorang wartawan tv. Kejar-kejaran deadline tiap hari. Menembus macetnya Surabaya. Apalagi liputan TKP, bikin jantung nyut nyutan. Ambil gambar, nulis naskah, kadang voice over, repeat. And I’m very very happy with that. Dulu, gak bisa membayangkan bisa lepas dari rutinitas itu semua.

Dan walla! tahun ketiga bekerja, saya menjadi ibu rumah tangga. Resign kerja sekitar 7 tahun lalu. Memutuskan berhenti karena kehamilan pertama agak bermasalah.


Ya gimana lagi harus milih dong anak atau kerjaan. Saya pilih anak. Berat sekali di awal. Kehilangan networking, tak bisa aktualisasi diri, ‘diem’ dirumah, gak dikejar deadline lagi hahay.

Ritme kerja yang awalnya begitu cepat, tiba tiba musti duduk syantik sambil nyamil kacang godog. Berjibaku dengan urusan rumah yang tak ada habisnya. Kalau perlu nambah 30 jam sehari. Sekali dua kali sih nyaman, lama-lama bosen juga.


Oke, ini tidak bisa dibiarkan. Rasa bosan, insecure, merasa tak berguna, dan tidak melakukan apa-apa, harus dihilangkan. Ganti dengan kalimat-kalimat positif seperti ‘Saya ibu yang baik’. ‘Saya ibu dan istri yang hebat’. ‘Saya punya kendali atas diri saya’. ‘Saya cantik pake daster’. ‘Saya bisa melakukan pekerjaan rumah plus ngurus anak tanpa drama’. Berhasil??? Gak.

Pikiran negatif selalu nemplok. Apalagi kalau sudah capek dan merasa give up dengan apa yang dikerjakan sehari-hari. Seperti gak selesai selesai. Gak ada hari libur. Rehat adalah mitos. Nyisir rambut aja musti ada jadwal. Dan seabrek to do list yang harus diselesaikan. Malah lebih gila ya ritme kerjanya dari jadi wartawan hehehe.

Nah, akhir-akhir ini saya kembali terganggu dengan istilah produktif ala ibu rumah tangga atau bahasa kerenya stay at home mom (SAHM). Dari beberapa grup ibu-ibu dengan berbagai platform (blogger, komunitas menulis, bisnis), produktif refers to cuan, cuan, repeat. Artinya, ibu rumah tangga juga musti bisa menghasilkan duit meskipun cuma dari rumah. Ya gak salah sih, saya juga pernah mikir begitu. Apalagi saat baru resign. Mau minta duit ke suami kayaknya berat gitu.

Ya meskipun saya punya privilege untuk memilih, tetap saja, insecure itu ada.

Awalnya saya manggut-manggut saja. Tapi trus kok jadi kayak saya dikejar target penghasilan ya. Apalagi setelah mulai aktifin lagi blog yang udah tiga tahun berlumut. Mantengin lomba-lomba blog, ikut campaign kerjasama brand, dll. Anak? Dikantongin dulu hihihi.

Oke, kalau mengacu pada arti harfiahnya, menurut KBBI daring, produktif berarti mampu menghasilkan, mendatangkan manfaat, memberi hasil. Let’s ceck this out first

source: KBBI daring
Menjadi SAHM itu, pagi bangun masak. Beresin rumah yang berserakan mainan. Nglipet baju, sementara si kecil mengeluarkan baju dari lemari. Remah-remah makanan yang tak kunjung bersih, disapu berulang kali. Muncul ide mau nulis tema ini dan itu. baru mau ngetik, tangan diglendotin manja ala tarzan. Pernah begini bu? pernah dong. Kita tos dulu.

Dari hal itu saja, coba sebutkan mana yang tidak menghasilkan, mana yang kurang mendatangkan manfaat, dan mana yang tak ada hasil. Kalau nemu, tulis di komentar hehehe.

Well, saya gak sedang menyalahkan pandangan orang tentang produktif ala mereka. Tentang uang misalnya. Sah sah saja dong kalau punya anggapan seperti itu. Ini hanya pandangan saya saja, yang kadang merasa insecure dengan anggapan-anggapan yang jamak beredar.

Jadi, bukan saya tak setuju, hanya saja, perlu pendekatan yang lebih personal di tiap orang. Bukan hanya soal uang. Menghargai hasil ‘non materiil’ pun juga perlu didengungkan. Ini bukan juga soal pengakuan. Hanya agar, ibu-ibu di luar sana, bisa menghargai proses belajar mereka eh saya dirumah. Yang ‘hanya’ Kasur dapur dan sumur. Itu pelajaran gak ada berhentinya lo. Sehari 24 jam, setahun 365 hari.

Bahwa saya juga sedang belajar. Menyelesaikan masalah tanpa drama. Merapikan rumah tanpa kendala, dan tentu, untuk semua penghuni rumah yang nyaman sentausa.

Lalu, apa yang saya lakukan?!

Berhenti membandingkan!

Ini jadi cukup sulit karena naluriah. Coba deh, pernah gak dalam sehari kita gak membandingkan diri kita sama orang lain?!. Dari hal kecil saja, misalnya kita dengan 'tidak sengaja' membandingkan kemampuan anak kita dengan orang lain. seperti, "Kok anakku belum bisa baca ya, padahal anak itu sudah". Atau, "Mukaku kucel ya, gak kayak mbak Syahrini glowing kemana mana".

Apalagi jaman medsos kayak gini. Acara banding membandingkan jadi lebih mudah. Tinggal klik.  Tapi buibu, filter itu harus ada. Penting. Dan percayalah, SAHM yang punya cita-cita rumah tertata tanpa drama, sama ambisiusnya dengan liburan pake jet pribadi tiap bulan, meneruskan S2 dengan beasiswa ke LN, atau membangun gedung bertingkat. Jadi, gak ada critanya cita-cita yang terlalu rendah, atau terlalu ambisius dalam hal ini. Sama.

Kalau perlu, unfollow akun yang bikin insecure. Mereka-mereka yang ciamik di Instagram, bisa jadi, punya problem lebih besar dari sekedar nginjek lego anak pagi-pagi buta.

Bikin support system

SUAMI. Ini support system paling dekat dengan buibu. Komunikasikan dengan suami apa saja yang menjadi kekhawatiran ibu-ibu. Apa juga yang bikin ibu ngomel mrepet tiap hari. Cari solusi. Atau kadang, saya cuma butuh dipeluk tiap hari. Rasanya capek amblas. Dan segala babibu hari itu luruh. Apalagi ada tambahan, skinker yang habis apa sayang? Wkwkwkwkwkw

Kenapa bikin? Bukan nyari?. Karena sebenernya, jawaban solusi itu ada di sekitar kita. Gak kemana mana. Tinggal gimana membangun komunikasi yang baik.


Sadari batasan diri

Saya pernah ingin melakukan semua hal dalam satu waktu. Online shop baju, jual camilan via aplikasi, ngurus rumah, anak sehat, dan semua baik-baik saja. Apa yang terjadi? Gak ada yang kepegang! Jadi, mending fokuskan mana yang mau dibenahi dulu. Anak! Ya memang sekali lagi, saya punya privilege untuk memilih. Bahkan, pilihan itu sendiri adalah sebuah privilege. Tapi, mengetahui kemampuan diri sendiri itu penting. Bikin saya gak greedy. Lebih menerima diri sendiri. Tentu, bisa lebih fokus tujuan utama yang telah ditetapkan.

Bersyukur

Ini melegakan. Apapaun yang saya kerjakan saat ini, dalam kondisi apapun, di posisi manapun. Terima, syukuri. Dengan begitu, saya merasa lebih waras. Bisa berfikir terbuka dan membenahi apa-apa yang dirasa gak pada jalurnya.

Setelah itu semua bisa dilalui. Maka, saya bisa mendefinisikan produktif, sesuai posisi saya sekarang. lebih nyaman, sesuai porsi dan enak menjalankan semuanya. No drama-drama club. 

Produktif versi kamu apa bu? share di komentar ya J

Salam, 











Management amplop ala IRT

10 komentar
manajemen amplop. gif by canva
Mengelola keuangan rumah tangga itu butuh ilmu. Latihannya, seumur hidup. Ujiannya bisa kapanpun. Kadang, bongkar pasang teori. Nyesuain tips-tips keuangan ala mastah sama kondisi diri sendiri. Kalau gak pas ya bongkar ulang. Paling gak, begitu selama ini saya terapkan. Gak ngoyo harus begini harus begitu. Mulai gak pusing juga sama pakem 40, 30, 20, 10. 40% kebutuhan hidup, 30% cicilan, 20% dana darurat dan investasi, 10% kebaikan. 

Kenapa? soalnya, tiap orang punya kondisi berbeda. Baik penghasilan, lingkungan, dan tentu gaya hidupnya. Tak bisa dipaksa sama. Angka-angka tadi cukup dibikin acuan saja. Jika ada tanda-tanda keluar jalur, berarti ada yang harus dibenahi. 

Baca juga: Membangun Habit Investasi 

Sayapun, masih suka bongkar pasang untuk besaran kebutuhan. Apalagi makin lama, kebutuhan berubah dan bertambah. Seperti anak sekolah, si adik mulai toilet training, biaya setrika baju dll. Tapi satu hal yang saya pelajari dari pengelolaan keuangan selama ini. Disiplin. Mulai dari disiplin mencatat, disiplin mengalokasikan anggaran, dan disiplin untuk tetap konsisten melakukannya.

Manajemen amplop ini adalah pengalaman pribadi saya. Sudah saya lakukan kurleb 4 tahunan ini. Hasilnya, bagus untuk melatih disiplin dan mengubah mindset keuangan saya. Dan terpenting, saya enjoy melakukannya. 


Saat ini, mungkin sudah banyak aplikasi ‘berbasis’ amplop. Alokasi dana masuk bisa langsung dibagi-bagi sesuai kebutuhan via klik. Tapi, mungkin saya masih menganut sistem tradisional. Saya lebih nyaman melihat uang di dalam amplop, daripada melihat angka di layar gawai. Nafsu saya lebih terkontrol untuk tidak beli ina inu, saat melihat duit fisik menipis. Beda banget kalau lihat angka. Kayaknya tangan gatel buat top up hahaha.

Tapi, ada juga uang bulanan di atm. Biasanya, untuk keperluan bayar cicilan dan tagihan bulanan. Kenapa? karena lebih mudah dan murah bayar tagihan bulanan via marketplace. Dapet cashback pula. Sisanya, untuk kebutuhan belanja bulanan. Seperti makan, transport kerja suami dan biaya sekolah anak. Karena saya belanja di pasar, bukan mini market. Biaya sekolah anak juga pake buku spp. Semua saya masukkan amplop dengan rincian detail seperti ini:

1. Belanja makan

Untuk belanja makan, saya kelompokkan per minggu. Bukan per bulan. Menurut saya ini lebih hemat, dan bisa mengontrol belanja mingguan. Saya juga lebih memilih belanja mingguan untuk ke pasar. Karena tak sanggup belanja bulanan. Biasanya, bakal bingung masak apa saking banyaknya belanjaan di kulkas. Atau, bahan baku malah banyak yang rusak karena kelamaan di kulkas. So, belanja mingguan lebih pas di saya.
Manajemen amplop. gif by: canva
Amplopnya saya bagi jadi 4. Minggu 1, minggu 2, minggu 3, dan minggu 4. Ini khusus untuk belanja makanan sehari-hari. Untuk camilan anak, beda lagi. Karena kalau masuk, di 4 amplop itu, bisa bocor semua.

2. Biaya transport kerja suami

Ini saya masukkan amplop transport kerja. Biayanya bisa dihitung dari kebutuhan bensin dan makan siang. Karena suami saya kerja di EO dengan jadwal kerja ‘amburadul’. Kita sepakat untuk menambahkan biaya lain-lain. Seperti makan malem kalau pas lembur, pengen beli camilan fancy (gorengan), atau beli parfum.

3. Uang pendidikan

Biaya seperti SPP dan nabung sekolah. kalau saya ada dua. Karena Zafran sekolah plus ngaji sore. Jadi biaya SPP dan nabung untuk sekolah dan biaya jariyah plus nabung untuk ngaji sore. Jika ada keperluan lain-lain seperti iuran kegiatan mendadak di sekolahan, biasanya saya ambilkan dari uang tabungan. Jadi gak masuk itungan per bulan.

4. Belanja kebutuhan dapur

Seperti gas dan galon. Ini biasanya yang bikin bocor. Dulu, saya gak hitung ini rinci, kebobolan sudah. Sekarang saya sisihkan sendiri. Oiya, ada juga buat air untuk masak. saya beli air khusus untuk masak. karena air pdam gak sreg buat di masak. sedangkan air pompa keruh dan berwarna.
Oiya, ada juga sabun mandi, sabun cuci, minyak, beras, pembersih kamar mandi, pembalut, masuk di amplop ini.

5. Biaya Silaturahmi

Ini sengaja saya sisihkan untuk keperluan 'jalan-jalan'. Kadang jalan-jalan beneran, kadang sekalian jalan-jalan. 


Seperti nikahan temen, jenguk bayi, tetangga sakit atau ultah temen anak. Kenapa gak dikasih nama dana tak terduga? Biar saya mikirnya, bulan depan kita jalan-jalan. Padahal belum tentu juga hahaha. Suka-suka sih, pakai cara yang bisa membangkitkan ghiroh menyisihkan cuan, sekecil apapun. Nama menentukan mindset J

6. Tabungan dan investasi

Sebaiknya, masukkan ini di tabungan yang berbeda dari gaji. Bikin tabungan baru. Langsung masukkan setelah gajian, biar gak gatel buat make. Lebih baik lagi kalau auto debet. Ini sebenernya buat warning saya juga. Masih belum bisa intens menyisihkan. Karena satu dan lain hal. Tabungan ini untuk dana pendidikan dan dana darurat.

Ada juga yang menyisihkan tabungan dan investasi ini di belakang. Artinya, saat semua dana dibagi ke pos masing-masing, dan masih ada sisa, maka masukkan ke amplp ini. beda-beda sih tiap orang. Sesuaikan saja dengan kemampuan.

7. Sedekah

Jangan lupakan ini. Kalau perlu rinci. Uang sedekah hari jumat saat jumatan. Uang kaleng untuk pembanguanan masjid kompleks, dll. Silakan disesuaikan. Semoga bisa bermanfaat untuk sesama.

Yup itu rincian amplop yang saya bagi tiap bulan. Buibu bisa menyesuaikan sendiri dengan kondisi masing-masing. Yang pasti, berapapun penghasilannya, uang akan tetap habis. Jika tidak dikelola dengan baik. Cukup gak cukup itu bukan soal nominal. Tapi cara mengatur cuan itu, biar segala kebutuhan bisa terpenuhi. 

Ada yang punya tips manajemen keuangan lain? Sharing di kolom komentar ya… J

Camilan home made untuk anak alergi

2 komentar

sumber: pixabay
Membuat camilan sendiri untuk anak-anak itu butuh effort lebih. Melawan malas tak berkesudahan. Apalagi bayang-bayang anak gak suka, jadi halangan terbesar buat masuk dapur. Tapi, kekhawatiran itu seketika buyar, saat anak mulai kecentok makanan pemicu alergi. Buntutnya bisa panjang kali lebar. Batuk grok grok, mbeler sepanjang hari, atau diare. Biasanya karena jajan sembarangan. 


Dua anak saya ini lagi seneng-senengnya ngemil. Si sulung, Zafran, usia 5,5 tahun dan adiknya, Inara, baru 1,5 bulan.  Zafran ini sebenernya sudah mulai toleran dengan makanan-makanan tertentu. Seperti telur. Dulu, tiap kali makan telur, mukanya langsung bentol bentol merah. Sekarang sudah gak. Tapi, alerginya pindah ke coklat. Kalau makan coklat, batuklah berkepanjangan. 

Sementara Inara, karena masih kecil, makanan yang masuk masih under control. Etapi, kalau masnya lagi makan apa gitu, ini bocah 'harus' ikutan makan. Jadi, bisa dibayangkan ya bu, gimana kondisi rumah kalau dua anak ini lagi 'berbagi' alergi.  

Masa cemal cemil ini dimulai saat mata baru melek. Tiap bangun pagi, biasanya mereka lari ke belakang. Buka kulkas buat nyari camilan. Biasanya memang kalau pagi saya sediain buah. Pisang, tomat, papaya, mangga atau buah yang lagi musim. Selain murah, gizinya juga oke.

Untuk buah, sebenarnya juga gak bisa sembarangan. Anak dengan bakat alergi biasanya gak bisa makan buah yang ada getahnya. Pisang, mangga atau pepaya, adalah buah bergetah. Akibatnya bisa panjang. Zafran biasanya batuk. Itu terjadi saat usianya 2 tahunan. Kalau sudah begitu, saya hentikan makan buah.

Berbeda dengan Zafran, Inara lebih kebal. Meskipun dia juga punya bakat alergi, tapi masih oke makan buah bergetah. Gak ada reaksi alergi. aman.

Saat ini usia keduanya memasuki fase ‘jajan sesukanya’. Di depan tempat ngaji atau depan sekolah, biasanya sudah berderet abang-abang penjual camilan aneka bentuk, warna dan rasa. Gak setiap hari bisa mantau satu-satu. Kadang masih suka kecolongan. Nyamil sembarangan ini sering berbuntut panjang. Batuk grok-grok lebih dari seminggu. Atau flu yang tak berkesudahan.

Nah, semingguan ini saya sedang bersemangat bikin camilan buat anak-anak. Bisa juga buat bekal sekolah Zafran. Biar doi gak jajan sembarangan. Tentu yang bebas dari makanan pemicu alergi. Biar gak ada drama setelah nyamil.

Saya bikin 3 jenis. Ini sungguh rekor terbaru buat saya. Sedang rajin dan telaten di dapur. Apalagi kalau anak-anak suka apa yang sedang saya masak. makin senenglah saya umek di dapur.

Resep cemilan ini saya dapet random. Ada yang dari ig, ada dari cookpad. Syaratnya cuma 3. Mudah, murah dan bahannya tersedia di pasar deket rumah. Emak-emak lyfe.

1. Ongol-ongol Bihun

Ini resep pertama yang saya bikin, dan berhasil, trus enak juga. Bahannya juga gak susah dicari. Selain enak, ongol-ongol ini juga kaya gizi. Ada karbohidrat dari tepung tapioka, kalori dari bihun jagung, serat dari agar-agar, vitamin C dari nanas. Dan lemak dari kelapa parut.
ongol-ongol bihun

Begini cara bikinnya

Bahan-bahan:
  • 1 keping bihun jagung
  • 1 buah nanas blender
  • 250g tepung tapioka
  • 200g gula pasir
  • 100gr kelapa parut
  • ¼ sdt garam
  • 1sdt vanili (saya skip karena pas gak ada)
  • 1bks agar-agar plain
Cara membuat:
  • Rebus bihun hingga lunak. Potong-potong, sisihkan.
  • Kukus parutan kelapa dengan sedikit garam dan daun pandan. Sisihkan (fungsinya agar kelapa tak mudah basi.
  • Campur dulu gula dan agar agar plain (agar tidak menggumpal jika dicampur bahan lain). Campur tepung tapioka, vanili, garam, di tempat berbeda. Lalu campurkan, campuran gula dan agar-agar tadi. Aduk sampai rata. Jangan sampai bergerindil.
  • Masukkan bihun dalam adonan. Aduk rata.
  • Bagi adonan menjadi 3. Tambahkan pewarna makanan. Karena dirumah Cuma ada 1 warna, hijau, saya pakai 1 warna aja hehe
  • Masukkan ke loyang atau wadah yang telah diolesi minyak terlebih dahulu.
  • Kukus selama 35 menit dengan api sedang. Jagan lupa lapisi penutup kukusan dengan lap kain agar uap air tak masuk di adonan.
  • Setelah matang, dinginkan. Potong-potong sesuai selera. Lumuri kelapa parut. Sajikan.
ongol-ongol bihun frozen
Satu adonan ini bisa jadi 3 kali sajian. Setelah dingin dan dipotong potong, saya masukkan plastik untuk disimpan di freezer. Begitu juga dengan kelapanya. Simpan di tempat terpisah dari ongol-ongol. Camilan tadi bisa ditaruh plastik ukuran ½ kg. Saya bagi jadi 3. Sisanya dimakan saat itu juga. Jika ingin ngemil, saya buka plastiknya dan tinggal kukus lagi. Jangan lupa kukus juga kelapanya. Rasanya sama kok. Gak ada yang berubah dari saat awal matang. 

2. Pisang Karamel

Resep ini saya dapat dari ig. Pisang karamel. Karena anak-anak sangat suka pisang. Plus sesuatu yang kriuk kriuk. Ini bisa masuk dua-duanya. Pisang plus kulit lumpia yang kresss.

pisang karamel
Bahan-bahan: 
  • Kulit lumpia, saya pakai kulit pastry. Karena susah nyari kulit lumpia di pasar.
  • Pisang gepok
  • Gula
  • Minyak untuk menggoreng

Cara buat
  • Siapkan kulit pastry. Potong pisang memanjang jadi 4 bagian. (tergantung besar pisang. Saya pakai yang sedang). Letakkan di atas kulit pastry, taburi gula pasir. Gulung, rekatkan dengan air.
  • Goreng dengan minyak panas sampai kecoklatan.
  • Simple, mudah, rasanya juga enak. Anak-anak suka. Untuk penyimpanan, bisa pakai container tertutup. 
pisang karamel frozen
Simpan saat belum di goreng. Letakkan di freezer. Jika ingin nyemil, keluarkan dari freezer, lalu goreng. Kriuknya tahan lama lo bu. seneng banget lihat hasilnya.



3. Kulit lumpia isi

Ini bikinnya gak sengaja. Saya pakai resep sendiri. Kapan hari bikin tumis su’un. Tapi gak habis. Akhirnya saya bikin isian kulit lumpia. Sisa kulit pastry pisang karamel. Bahan tumis su’un seperti ini.

kulit lumpia isi

Bahan bahan:
  • Satu ikat su’un
  • 3 siung bawang putih
  • Sosis sapi sesuai selera
  • Secukupnya merica bubuk
  • Secukupnya garam dan gula
  • 2 batang seledri

Cara memasak
  • Rebus su’un hingga matang. Tiriskan. Campur dengan 1 sendok minyak. Aduk rata. Sisihkan.
  • Geprek 3 baput lalu tumis hingga harum. Masukkan sosis yang sudah diiris-iris sampai matang.
  • Masukkan su’un, gulgar, merica dan daun bawang. Tes rasa.
  • Siapkan kulit pastry. Isi kulit pastry dengan tumis su’un. Bentuk sesuai selera. Saya bikin kecil kecil biar habis sekali makan buat anak.
  • Rekatkan dengan air. Goreng di minyak panas. Sajikan. Bisa ditambah mayones atau saus tomat.
  • Untuk penyimpanan. Lakukan sebelum di goreng. Jadi bisa di bikin stok frozen.

Tiga adonan di atas, habis dalam seminggu. Jadi, bisa di selang seling camilannya tiap hari. kalau mau ongol-ongol, tinggal keluarkan dari freezer lalu kukus. Begitu juga dengan 2 sisanya.

Kulit pastry itu bisa buat macem-macem camilan. Bisa dikreasikan sendiri. Misalnya siomay goreng atau basah. Bisa cari resepnya di cookpad.

Anak-anak suka. Oiya, pastikan lagi bahan-bahan yang digunakan sudah toleran di tubuh anak ya bu. seperti nanas pada ongol-ongol. Ada juga anak yang alergi pada buah ini.

Untk sosis pada campuran lumpia isi, saya pakai sosis daging. Lebih aman. Karena daging ayam, masuk tabel allergen yang diberikan dokter.

Wah ribet ya bu. gak juga, kalau sudah nemu ritmenya. tinggal tik tok aja sama mood dan suasana. Anak senang, ibu tenang, suami riang. 

Kalau buibu udah pernah bikin camilan apa buat buah hatinya? Share di bawah ya..

Salam,