Pengalaman Vaksin Lengkap Sinovac

25 komentar


“Mbak, sesuk neng puskesmas vaksino, lek ditanya pekerjaannya opo jawab ae pedagang”, kata bu Agung, tetangga rumah yang sudah vaksin di Puskesmas. (mbak, besok ke puskesmas vaksin, kalau ditanya pekerjaannya apa jawab aja pedagang).

Saya putuskan untuk mengambil vaksin dari desa. Karena jatah vaksin dari kantor suami belum ada kejelasan. Sementara, paksu sering keluar kota untuk urusan kantor. Jadi, biar saya tenang, datanglah saya ke Puskesmas desa Pepe untuk vaksin.

Sesampainya di puskesmas, saya bertanya ke pak satpam.

“Pak, kalau mau vaksin parkir dimana?”

“Vaksinnya habis bu”

“Loh ya, baru kemarin dikasih tahu ada pak”

“Iya habis bu, belum tahu ada lagi kapan. Nanti tak kasih tahulah bu kalau sudah ada”, jawab pak satpam sambil senyum cengengesan.

Pulanglah saya dengan senyum kecut.

Saya sebenarnya bukan termasuk golongan rentan yang mendapat jatah vaksin. Informasi dari desa setempat, banyak lansia, atau orang yang diprioritaskan untuk divaksin, tapi tidak diambil. Lebih tepatnya, takut efek samping setelah divaksin.


Kabar hoax yang banyak beredar di masyarakat, membuat banyak orang enggan untuk melakukan vaksinasi.

“La lek aku vaksin mbak, mengko mumet, panas malah gak iso nyambut gawe, terus aku mangan opo?!”, (kalau saya vaksin mbak, nanti pusing terus malah gak bisa kerja, nanti makan apa) kata bu Farida pekerja yang membantu saya di rumah.

Barangkali, orang-orang yang tidak mau divaksin punya pemikiran sama dengan bu Farida. Alhasil, vaksin yang tersedia, diberikan kepada orang yang mau saja. Meskipun tidak masuk prioritas untuk mendapat vaksin. Contohnya, tenaga medis, guru, lansia, pelaku ekonomi seperti pedagang, atau pekerja yang banyak bersentuhan di ruang publik.

Vaksin Pertama

Kira-kira sebulan kemudian, tepatnya sebelum hari raya Idul Fitri tahun ini, suami sudah mengantongi jadwal vaksin pertama dari kantor. Paksu bekerja di sebuah perusahaan Event Organizer di Surabaya. Mobilitasnya tinggi. Sering keluar kota.


Jadi, suami termasuk orang yang mendapat prioritas untuk vaksin. Sedangkan saya, juga mendapatkan jatah karena tinggal serumah, karena resiko penularan tinggi.

Lokasi suntik vaksin pertama berada di kantor Gubernur Jawa Timur, jalan Pahlawan 110 Surabaya. Kira-kira 200an orang mendapat jatah vaksin hari itu.

Saya sempat deg-degan saat memasuki ruangan. Maklum, sudah lama tidak bersentuhan dengan jarum suntik. Terakhir, waktu Caesar anak kedua 3 tahun lalu.

Sebelum disuntik, penerima vaksin harus melewati serangkaian proses. Ada 5 tahapan yang harus dilewati.

1. Verifikasi Data

Setelah memasuki ruangan, data akan diperiksa. Data yang dibutuhkan antara lain, KTP, Kartu BPJS, dan Kartu Keluarga. semua data tersebut dikoordinir oleh kantor suami. pengecekan dilakukan apakah data yang diterima sesuai dengan orang yang akan menerima vaksin.

2. Cek Kesehatan

Untuk memastikan kondisi badan fit saat menerima vaksin, petugas melakukan pengecekan suhu tubuh dan tekanan darah. Suhu tubuh tidak boleh lebih dari 37°C. tekanan darah dibawah 180/110MmHg.

Nah, karena deg-degan, tekanan darah saya tinggi, 190/110MmHg.

“Punya riwayat darah tinggi bu?”, tanya petugas vaksin

“Gak dok, saya malah darah rendah”

“Kok ini tensinya tinggi ya sampai 190, istirahat dulu sebentar ya, nanti tensi lagi”, kata petugas

Setelah kira- kira 10 menitan, saya dipanggil kembali untuk cek tekanan darah. Sayapun sudah merasa siap untuk divaksin. Hasilnya, tensi saya 120/110MmHg. Artinya, aman buat divaksin.

3. Tanda Tangan

Tahap selanjutnya adalah tanda tangan nokta persetujuan. Di tahapan ini petugas memberikan beberapa pertanyaan. Antara lain, kondisi fisik saat itu, apakah punya penyakit bawaan atau komorbid, tidak sedang batuk atau flu.

Kemudian petugas menyodorkan form digital untuk ditandatangani sebanyak 2 kali, setelah sebelumnya centang sana sini.

4. Vaksin

Proses selanjutnya, suntik vaksin. Sebelumnya, saya bertanya apa jenis vaksin yang dipakai.

“Sinovac bu, dari Biofarma”, kata petugas ramah.

Oh, aman pikirku.

“Tahan sedikit ya, tarik nafas panjang” kata petugas menenangkan

Sepertinya petugas melihat gelagat saya agak kaku saat mau disuntik. Ya maaf bu, grogi.

Sebelumnya, saya sempat melakukan survei kecil-kecilan tentang beberapa jenis vaksin. Bu Agung, tetangga saya di cerita awal, mendapat vaksin Astra Zeneca di Puskesmas. Sehabis vaksin, ia harus menenggak parasetamol agar tidak berlanjut demam seperti suaminya. Maklum, ibu-ibu haram hukumnya sakit.

Sedangan vaksin jenis Sinovac, dari beberapa sumber yang saya baca relatif tidak memiliki efek samping. Kalaupun ada, levelnya di bawah Astra Zeneca. Seperti lapar, tangan pegal, ngantuk atau pusing.

Tentu ini tergantung kekuatan fisik masing-masing ya. Masih perlu penelitian lebih lanjut lagi.

5. Sertifikat Vaksin

Setelah selesai, saya disuruh menunggu untuk mendapat sertifikat vaksin. Sertifikat ini yang nanti akan digunakan untuk mendapat vaksin tahap dua. Jadwalnya, satu bulan setelah vaksin pertama.

Sertifikat juga bisa didownload. Para penerima vaksin akan mendapat sms yang berisi pemberitahuan tentang sertifikat vaksin dari pedulilindung.id. Tinggal klik, langsung bisa ditampilkan sertifikat vaksin, lengkap dengan akses data berupa barcode.


Sebaiknya, tidak usah mengunggah sertifikat vaksin di sosial media. Kalaupun perlu, tutupi data pribadi seperti nomor KTP dan barcode yang tertera. Biar data kita gak dipakai orang yang tidak bertanggungjawab. Kan gak asik habis vaksin, terus unggah sertifikat, besoknya tiba-tiba dapat telpon tagihan dari pinjol. Sungguh ending yang ‘mengharukan’.

Efek Samping Vaksin Pertama

Beberapa saat setelah menerima suntikan, saya tidak merasakan efek berarti. Tangan agak kemeng saja karena disuntik. Oh iya, lapar. Tapi masih dalam tahap wajar. Mungkin karena lama menunggu antrian tanpa konsumsi (rolling eyes).

Sedangkan suami juga merasakan hal yang sama, ditambah ngantuk berat.

Vaksin Kedua

Tepat satu bulan setelah vaksin pertama, saya dan suami mendapat jadwal vaksin kedua. Lokasinya sama di kantor Gubernur Jatim.


Kali ini, saya sudah lebih siap dibanding vaksin pertama. Gak pakai drama deg-degan dan harus menunggu tekanan darah turun karena ketakutan. Duh memalukan. 

Tahapan vaksin kedua ini sama persis dengan vaksin pertama, 4 tahap. Bedanya, ada pertanyaan tambahan apakah ada efek samping saat mendapat vaksin pertama. Sayapun menjawab tidak.

Efek Samping Vaksin Kedua

Nah, untuk vaksin kedua ini saya merasakan efek samping yang cukup mengganggu. Tangan kiri bekas suntikan rasanya pegel, kemeng luar biasa. Sampai meringis saat digerakkan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Sehari setelah vaksin, tangan sudah normal kembali.

Selain itu, kepala pusing. Kalau jalan, bumi seperti bergoyang. Meskipun gak sampai jatuh. Perut juga berasa mual. Padahal lapar. Jadi saya siasati dengan makan sedikit tapi sering, biar gak muntah.

Efek lain yang susah ditahan, ngantukkkkkkk.

Eh tapi, saat sampai dirumah, saya masih sempet masak nasi goreng sesuai request anak mbarep. Rasa pusing dan kantuk ternyata masih bisa dikontrol kok. Dengan kata lain, emak-emak dilarang mbliyut mbliyut. Baiq….

Suami juga merasakan efek yang sama. Bedanya, doi gak masak nasi goreng sambil merasakan bumi bergoyang. Tapi, langsung cap cus ngantor sampai malam. Beda sensasi aja sih.


Efek ini saya dan suami rasakan sesaat setelah vaksin. Besok harinya, kondisi sudah normal kembali. Pekerjaan rumah siap menanti.

Itu tadi pengalaman vaksin lengkap saya dan suami. Semoga, ikhtiar ini bisa mengurangi resiko penularan sekaligus menjaga kesehatan. Biar gak gampang ambruk. Kalaupun boleh berharap lebih, pandemi covid-19 segera berakhir. Kita bisa beraktifitas tanpa was was. Seger waras.

Ada yang sudah vaksin lengkap?! sharing yuk..

Salam sehat.






























25 komentar

  1. Maaf kak kemeng itu apa ya? Duh saya khawatir soalnya akhir bulan ini jadwal Mamah saya vaksin kedua

    BalasHapus
    Balasan
    1. kemeng tu pegel mbk, gimana ya jelasinya hehe... buat angkat tangan gitu rasanya ngilu. oh iya ngilu

      Hapus
    2. Oh gitu. Iya sih Mamah juga pernah bilang begitu. Tapi cuma sehari pegalny

      Hapus
  2. Alhamdulillah udh sukses divaksin semoga memberikan manfaat ya kak :) jadi salah satu usaha juga buat lawan corona nih, biar cepat pulih bumi kita

    BalasHapus
  3. Beluuummm.

    Aku belum ngerasain vaksin. Ow jadi tau deh kalau sudah divaksin ternyata dapat sertifikat rupanya. Makasih banyak untuk sharing pengalamannya ya Mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak dapet sertiikat. sepertinya itu juga berungsi untuk syarat yang sering perjalanan jauh. CMIIW

      Hapus
  4. Aku belum vaksin. Jujur deg2an bgt sih. Overthinking sama kasus2 yg sebenarnya langka, tp malah dipikir wkwkwk. Tapi dirimu alhamdulillah aman ya mba. Aku optimis deh ga boleh takut lagi. Bismillah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aman mbak, pastikan badan fit pas mau vaksin.

      Hapus
  5. Eh, aku baru tau lho kalo vaksin dapet sertifikat juga, hihi.. kemana aja aku nih..

    Semoga sehat selalu ya, mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup, mungkin bisa jadi salah satu syarat perjalanan jau kayaknya mbak. CMIIW

      Hapus
  6. Ya Allah aku seneng bgt rasanya bsa baca bahasa Jawa, hahahah
    Maklum dah lama interaksi dlam bhs jawa efek tinggal di bekasi..
    Sama kyak suami ku mba ngerasain ngantuk juga brti wajar ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehhe.. asli mana mbak? kayake klo laki-laki gt ya efek ngantuknya lebih berasa dan tahan lama

      Hapus
  7. Aku termasuk orang yang menantikan vaksin juga nihh mba, insyaAllah tgl 15 nanti jg vaksin. nice sharing mbaa

    BalasHapus
  8. stay safe and stay healthy ya kak ;D

    BalasHapus
  9. Aku baru selesai vaksin pertama seminggu lalu mbak. Nanti awal Juli jatah vaksin kedua. Duh.. efeknya lumayan ya.. padahal rencana mau naik motor sendiri pas ke lokasi vaksin. Kalau efeknya kaya gitu.. minta diantarin aja deh. Takutnya nanti pusing di jalan. Bahaya .. hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saranku Buat jaga2 aja sih mbak jangan sendirian. Tiap org efeknya beda Sih. Tp mending siap di awal

      Hapus
  10. Alhamdulillah ya tenang udah vaksin. Aku karna di rumah aja jadi belum. Kalau suami sih udh selesai vaksin.

    BalasHapus
  11. Aku juga mau vaksin nih mbak. Deg-degan juga aku sering keluar kota. Ada tips vitamin2 apa yg diminum ga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku selama ini minum prve D3 itu sih mbak. paling madu sama air anget klo pagi. pas berasa mual, maemnya dikit2 aja. yg penting masuk, biar gak lanjut sakitnya.

      Hapus
  12. Aku baru suntik pertama mbaa, Krn kemarin dapetnya AZ :D. Jadi ntr 30 Agustus suntik kedua.

    Efek awal yg aku rasain itu ngantuuuuuuuk, ya ampuuun kayak abis kerja rodi hahahaha. Padahal aku jarang tidur siang yaaa. Ini kok malah bablas Ampe magrib -_-

    Kalo laper malah ga.

    Tapi malamnya aku meriang, Ampe besok jam 11 pagi. Trus agak batuk. Asistenku sama efeknya.

    Tp pak suami yg pake AZ juga dr kantor, efeknya LBH berat, meriang demam 3 hari. Trus ngantuk dan JD laperan :D. Tapi dia ga batuk.

    Aku bersyukur sih vaksin udh tersedia. Berharaaaap banget smua org mau divaksin :(. Udh capek kan Ama oandemi ini. Jangan sampe nyalahin kemana2, liat negara lain udh bisa rame2, padahal disuruh vaksin aja ga mau. Kesel aku Ama yg begitu . :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah kak fanny barengan nih sama mba rizqi udah vaksin. lebih tenang ya. aku belum dapet, gak tau kapan. tapi jujur nih mba aku masih kaya takut gitu, tapi kalo mau vaksin pasti ditanya kan rowayat penyakit dan lain sebagainya? gak asal njuss, pasti ada semacam pertanyaan dan konsultasi dulu

      Hapus