Menyapih Bisa Bikin BB Anak Naik?

3 komentar


Berat badan (BB) anak sepertinya menjadi masalah tiap buibu dengan balita. Rasanya, pengen deh naikin BB anak semudah bikin garis ke atas kurva tumbuh kembang. Tapi, kenyataannya tidak begitu Maria. Ada drama dibalik tiap usaha. Segala cara dan jurus sudah dikeluarkan sekuat tenaga.

Nah, ini adalah pengalaman saya menyapih Inara (2). Sekaligus menaikkan BB-nya yang sudah diambang garis kuning kurva.

Baca juga: Menghadapi Fase Terrible Two Si Kecil

Kok bisa? Begini ceritanya.

Sewaktu panas demam kapan hari, saya pergi ke dokter. Setelah diperiksa dan mendapat diagnosa, saya curhat tentang BB Inara. Singkat cerita, saya disarankan oleh dokter untuk segera menyapih Inara.

Baca juga: Pertolongan Pertama Anak Kejang Demam

Kenapa? dokter melihat BB Inara sudah memprihatinkan. Hiks… Padahal, saya kepingin Inara lepas asi dengan sendirinya. Seperti masnya yang butuh waktu 2,5 tahun untuk bisa lepas sendiri. Tapi, kondisi Inara berbeda.

Baca juga: Kunjungan Ke Dokter? Ini Yang Perlu Disiapkan

Usia inara saat itu 2 tahun kurang 3 bulan. Pengennya ngasi terus. Sedangkan produksi asi saya sudah tidak sebanyak dulu. Kata dokter, di usia Inara, asi hanya memberi 30 persen asupan yang dibutuhkan tubuh. Sisanya, didapat dari makanan yang dikonsumsi setiap hari. Sedangkan Inara maemnya susah sekali. Sebenarnya juga sudah saya kasih susu formula sebagai tambahan. Tapi, minumnya tak lebih dari 200 ml per hari. Seringan kurang, itupun minumnya agak maksa.

Masalahnya, kalau pas lapar, dia lebih memilih nenen daripada mengunyah makanan. Lalu bablas tidur. Nah, ini yang membuat BB seret naiknya. Sudah makannya susah, asinya gak cukup, susunya sedikit masuk. Lengkap sudah.

Fyi, berat badan Inara 8,5 kg. Padahal usianya sudah 21 bulan. berat badan ini sudah masuk garis kuning di kurva tumbuh kembang. Masuk -2sd, berdasar kurva pertumbuhan WHO. Galau dong saya.

Menurut dokter, jika BB inara stagnan di angka tersebut selama 2-3 bulan, musti ada pemeriksaan lebih lanjut. Apakah ada infeksi atau TB. Lemes saya dibilang gitu bu.

Akhirnya, saya ikuti saran dokter untuk segera menyapih inara. Dokter menyarankan untuk mengurangi nenen di siang hari. Malam hari, bisa dikurangi secara berkala.

Lalu, bagaimana saya menyapih Inara dengan indikasi seperti di atas?

Sounding

Sering sekali saya bilang, asinya ibu sudah habis nak, Inara sudah besar, kalau sudah besar minum susu, kalau minum susu yang banyak bisa naik sepeda kayak mas.

Di awal-awal sounding, lumayan berhasil. Tapi saat malam tiba, dia mulai ‘sakau’. Dan saya tidak tega. Seminggu pertama, gagal sapih.

Sabar

Ini selalu dibutuhkan dalam situasi apapun. Sabar menunggu dia paham sudah waktunya lepas dari asi ibuk. Saya gagal di minggu-minggu pertama saat menyapih. Lalu, intensitas nenen siang hari sudah berkurang banyak. Meskipun malam hari, dia masih saya kasih Asi saat bangun malam dan rewel.

Jangan dipaksa

Ini tidak bisa. Saya ‘terpaksa’ memaksanya lepas dari asi agar mau makan banyak. Salah satunya dengan mengoles minyak telon di puting payudara saya. Ini saya lakukan sekitar 3-4 kali. Setelah itu, saya kasian. Lalu, gagal sapih lagi.

Kalau lihat mukanya melas gitu saya jadi lembek buat ngasih asi lagi. Tapi yasudah, dua-duanya memang musti punya tekat kuat buat ‘pisah’.

Setelah drama minyak telon, saya tidak mencoba cara lain. Seperti dikasih lipstick atau butrowali yang pahit itu. Saya betul-betul kasihan melihatnya. Dia sampai hafal kalau mau minta nenen. “Pedes buk” sambil menatap saya dengan berkaca-kaca. Kayak kucing Garfield sama tuannya. Ya gak tegalah klo begitu.

Jika buibu ada yang kurang sreg dengan cara ini, silakan. Panduan buku parenting juga tidak mengizinkan langkah ini. Tapi, saya tahu persis bagaimana situasinya. Tenang, masih under control kok bu. J

Baca juga: Kapok Belajar Ilmu Parenting?

Berhasil!

Butuh sekitar 2 bulan untuk benar-benar lepas dari asi. Kalau mau tidur, biasanya saya gendong. Atau dia sudah bisa minta tidur sendiri, sambil elus-elus perut saya. Good girl J

Nah, semenjak berhasil sapih, maem Inara berangsur membaik. Susu formula sebagai pengganti nenen, berhasil masuk dengan sempurna. Kadang mau pakai gelas, sedotan, atau botol susu. Sering minta dibikinin susu juga. Minumnya gak langsung habis sih, tapi bisa disimpen di kulkas. Barangkali dia butuh jeda.

Kalau mau tidur, biasanya minum pakai dot, tapi gak lama. Karena dia minta buka dan minum langsung. Ah baiklah, jadi ibuk gak perlu sapih dot ya nanti hehehe…

Dan buibu tahu berapa berat Inara sekarang? 9 kilo bu hahahaha. Belum masuk garis hijau sih. Tapi bukankah ini pertanda baik? Sangat baik malah. Saya rasanya pengen sesumbar ke seluruh dunia. Sudah berhasil menaikkan BB anak setengah kilogram. Horay!

Naiknya BB inara juga menjadi sinyal baik. Dia memang kurang asupan. Terutama protein, sebagai booster BB. Bukan karena ada infeksi atau TB. Selama ini maemnya memang susah, atau saya yang kurang aware dengan jadwal makan Inara.

Apa saja yang saya lakukan agar BB Inara naik?

Dokter mengatakan, tidak ada vitamin penambah nafsu makan. Saya hanya harus punya jadwal makan tetap inara. Di sela-sela itu, bisa diberi camilan tinggi protein. Seperti keju, pasta, daging, minus telur. Karena doi alergi. Intensitas minum susu juga ditambah. Kurangi asupan serat seperti sayur dan buah. Tawari makanan setiap 2 jam sekali.

Baca juga: Camilan Home Made Untuk Anak Alergi

Jadi, saya bikin jadwal ala-ala sendiri

Pagi setelah bangun, biasanya saya bikin pasta tambah keju. Dia suka banget. Nanti lanjut sarapan. Biasanya bareng masnya. Iya, anak-anak saya itu kalau pagi bangun tidur sudah nyari makanan. Jadi biasanya saya bikin kentang goreng buat masnya dan pasta buat adiknya. Atau kalau lagi males, bikin roti keju dioles margarin.
Pasta keju
Siang makan olahan daging giling. Saya bikin sendiri. Ditambah sayur yang saya buat untuk sekeluarga. Sore, makan berat juga. Banyakin lauknya. Malam hari, dia juga ikut makan kalau masnya maem. Di sela-sela makan berat, selingi minum susu. Lumayan, tiap minum 180 ml. Sehari biasanya habis 3 botol. Malam hari kalau kebangun, dia juga suka minta susu. Ah leganya.

Setelah berjalan sebulan, BB-nya nambah 0,5 kg dong. Jadi pengen bikin medali sendiri terus dikalungin sendiri buat award. Hihihi.

Baca juga: 6 Tips Menghadapi Mom Shaming

Itu tadi pengalaman saya menyapih anak dengan indikasi seperti di atas. Barangkali tidak semua anak punya kondisi yang sama denga Inara. Jadi, jika BB anak stagnan selama 2-3 bulan, lebih baik konsultasikan ke dokter.

Buibu punya pengalaman sapih atau lagi galau dengan BB anak? sharing yuk…



3 komentar

  1. True banget Kak. Selama mengAsihi makannya bikin pusing 😅 setelah sapih Alhamdulillah lebih lahap 🤗 jd yg masih asi sabar aja dulu kalau anaknya malas makan 🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup, semangat buat buibu yang lagi berjuang dengan BB anak. peluk... :-)

      Hapus
  2. Kak. . Saat Ini aku alamin bgd, bayiku usia 9bln bb dr usia 6bln 7.6 ini malah turun 7.4. Dlu mamnya lumayan mau, asiku deres, tp skrg asiku mulai seret, mamnya bayiku jg ogah2an, aku ksh sufor sma sekali gk mau.. Pusing bgd kak, aku braha sapih smpe bbrp x gagal trus krna gk tega bgd liad dan dngr nangisnya yg kenceng bgd, mmg ini bukan pengalaman prtma, krna ini anak ke3 aku, dan semua asi.. Tp kakak2nya dlu bbnya naik wlpn sdkt2 jd aku gk trlu worry.. Apakah mmg hrs aku lanjutkan ya kak menyapih bayiku diusia 9bln?

    BalasHapus