Mengajarkan Empati pada Anak Saat Wabah Corona

8 komentar


Hari ini merupakan minggu kedua kampanye #dirumahsaja digalakkan pemerintah. Wabah virus covid-19 ini memang tidak main-main. Setelah puluhan terdeteksi di Indonesia, hanya dalam 
beberapa hari, jumlah suspect virus corona mencapai ratusan.

Dilansir dari cnn Indonesia, per 21 Maret 2020, jumlah pasien positif corona mencapai 450 orang. 38 diantaranya meninggal, dan 20 dinyatakan sembuh. Angka ini diprediksi akan terus bertambah. Disusul kebijakan presiden untuk melakukan tes massal.

Menjelaskan bagaimana kondisi saat ini kepada anak, sebenarnya cukup mudah. Dibanding memberikan penjelasan kepada para orang tua yang sudah lebih dulu termakan hoax. Grup-grup keluarga sudah terkontaminasi dengan berita hoax yang dibagikan berantai dengan media yang sama. Whatsapp.

Seperti misalnya, membawa takdir dan malaikat izroil sebagai alasan untuk tidak takut pada wabah corona. Ini yang paling banyak dan massif menurut saya. sempat geram, dan memberikan pengetahuan sebaik dan segamblang mungkin. Tapi toh tetap saja, wacana serupa masih beredar.
Sebagai orang tua, saya sempat khawatir. Selain masalah kesehatan, sebenarnya saya lebih takut jika anak-anak nanti akan berada di posisi orang-orang penyebar wa blash yang tidak bertanggung jawab. Pesan-pesan tidak berempati, dan egois pada diri sendiri.

Makanya, saya lebih memilih mengedukasi anak saya sendiri. Moment wabah virus covid-19 ini sebenarnya bisa dijadikan wahana pembelajaran yang tepat. Mengajari anak punya rasa empati pada orang lain. Memosisikan diri, berada atau merasa pada keadaan orang lain. Orang yang terkena virus, keluarga yang ditinggalkan, dokter dan perawat yang berjuang di garda depan dll. Membangun rasa empati sangat penting. Agar tidak terjebak pada egoisme yang justru menjadi boomerang bagi diri sendiri.

Nah, ini saya punya beberapa tips mengajarkan anak empati, saat terjadi wabah corona.

Gunakan masker (tidak egois)

Menggunakan masker pelindung tidak hanya untuk melindungi diri sendiri. Ini juga berfungsi untuk menghindari orang lain terkena virus yang sama oleh si pemakai. Saya terbiasa bilang ke mas Zafran saat sakit batuk untuk memakai masker.

“Kenapa pakai masker buk”

“Biar kalau batuk, ludahnya gak nyemprot kemana-mana. Kasian temenmu kalau ikutan batuk”

“Ooo…”

Fokus pembicaraan bukan pada diri sendiri. Tapi dampak ke orang lain. Tanpa mengesampingkan kesehatan sendiri. semoga kamu dapat pesannya ya mas J

Menghindari kerumunan (hak sehat)

Libur 2 minggu membuat si masnya pengen pergi keluar rumah. Ke pasar, atau mall dekat rumah.

“Kita gak boleh keluar rumah dulu. Bermain dan belajar dirumah”

“Kenapa?”

“Karena, biar virus corona-nya gak pindah-pindah”

“Jadi aku sudah kena corona?”

“Ya gak gitu. Kamu mungkin sehat, tapi, bisa jadi kamu bawa virus buat orang lain. Jadi lebih baik dirumah dulu”

Memberikan pemahaman, bahwa hak sehat kita juga ‘dibatasi’ oleh hak sehat orang lain. Jadi, jangan egois.

Berdoa

Berdoa tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk semua orang yang sedang berjuang melawan virus. Shalawat yang banyak. Shalawat nariyah, tibbil qulub, atau apapun sebisanya. Seimbangkan ikhtiar fisik dan spiritual.

Semoga wabah virus covid-19 ini segera berakhir. Membuat semua orang bersatu, bukan saling menjatuhkan. Menyebarkan berita baik dan menenangkan. Saling merangkul untuk kekuatan bersama. Ati ayem, awak tentrem, virus ora gelem (hati damai, badan sehat, virus enggan datang).

Buibu, ada pelajaran apa buat anak-anaknya?




8 komentar

  1. sedih ya mom lihat berita2 tentang corona.
    aamiiin, semoga segera berlalu ujian ini, semoga kita semua bisa belajar dan mengambil hikmah dari ini semua. aamiiin yaa robbal alamiiin

    BalasHapus
  2. Mksh ilmunya memang selain menjaga pola hidup sehat mendekatkan diri kepada Alloh SWT lebih penting dan utama Krn Beliau adl dzat yang Maha Tahu dan pencipta seisi jagat raya. Ambil sisi positifnya juga barangkali teguran agar kita semakin Deket dg keluarga jaga diri sendiri keluarga dan orang lain tentunya. Semoga wabah ini segera berlalu seiring bertambahnya korban sehingga korban tidak bertambah lagi di minggu2 berikutnya. Sudah cukup kebimbangan kerisauan dan kesedihan yg melanda negeri ini. Tidak tanggung2 virus Corona yg dtg bertubi2 seakan2 gak ada ampun utk negeri ini. Dokter dan perawat yg sl l berada d garda paling depan mjd korban. Mau kmn lagi kita memohon pertolongan selain hy kepada Nya Rabb yang Maha Sempurna dan Adil atas segala yg terjadi di bumi dan di langit. Jauhkan kami dari wabah mematikan ini ya Alloh ..kami ingin menghirup udara bebas di Ramadhan nanti sehingga semakin khusyuk dlm menunaikan kewajiban2 kami. Aminyra😭

    BalasHapus
  3. Amin.... Iya mbak doa dan berserah itu wajib. Ikhtiar juga tidak boleh lewat. Lalu tawakal. Semoga wabah ini segera berakhir amin...

    BalasHapus
  4. intinya kita gak boleh bohongin anak ya mba, biarkan aja mereka tau apa adanya yang sedang terjadi. biar mereka gak salah pemahaman.

    karna ada aja kan orang tua yang suka bohongin anaknya, bilang gak susai keadaan yang sebenarnya. padahal memori anak kuat dan mereka bisa ingat sampai mereka besar nanti

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak setuju banget. sebisa mungkin dijelasin sesuai usia. biar mereka ngerti harus gimana :-)

      Hapus
  5. betul sekali, emapti perlu apalagi saat wabah ini

    BalasHapus