Berdamai dengan hobi suami

2 komentar


Punya hobi itu perlu. Bisa jadi penting malah. Apalagi buat yang bekerja nine to five. Mengerjakan sesuatu sesuai kesenanganya, memiliki pengaruh baik. Bagi kesehatan jiwa dan raga.

Tapi, setelah berumah tangga, menjalankan hobi tidak sesederhana saat melajang. Ada ‘batasan-batasan’ yang terbentuk dengan sendirinya. Waktu, dan kesehatan finansial bisa jadi pertimbangan utama untuk menekuni hobi yang sudah ada.
otw Gunung Slamet
Seperti suami saya. belakangan dia mulai naik gunung lagi. Setelah sekian lama terkendala waktu dan budget. Saya sih tidak keberatan dengan hobi ini. Cuma, yang kadang bikin naik darah itu, saat suami sudah beli-beli peralatan gunung yang gak murah. alasannya buat investasi. Bisa diwariskan sama anak nanti. ya Allah pak, itu pas anakmu gede, gunung-gunung di Indonesia udah pake lift naiknya.

Belakangan, suami juga lagi hobi kopi kopian. Beli grinder sendiri di rumah. Dipakenya bisa sebulan sekali. Beli biji kopi dengan nama aneh-aneh. Tiap kali nyoba, bikin saya diare 3 hari. Duh!
Grinder dan aneka kopi 
Suatu hari, saya pernah posting di facebook tentang hobi suami. Beberapa teman lama yang juga sudah berkeluarga dan punya hobi, pada nyamber. Intinya, mereka-mereka ini butuh ‘pelampiasan’ di tengah carut marut pekerjaan. Ada yang hobi koleksi gundam, pesawat remote, burung, mancing dan lain lain. Hiburan katanya. Uang yang dipakaipun punya istilah sendiri. ‘Duit lanang’. Artiya, duit ‘bebas’ setelah kebutuhan primer selesai.

Saya gak masalah sih sebenarnya asal ada komunikasi yang baik dengan pasangan masing-masing. Gak mau kan, kalau pengennya seneng, malah kena omel sana sini.

Nah, saya ada tips nih, bagaimana caranya biar bisa berdamai dengan hobi suami.

1. Komitmen pra nikah

Ini dulu yang saya lakukan dengan suami. Paksu bilang kalau nanti sudah menikah, dia tetap diperbolehkan naik gunung. Saya setuju. Toh saya juga suka naik gunung. Asal, jangan lupa sama tanggungjawab. Bagi saya ini penting disepakati dari awal, agar saat sudah berumah tangga, urusan hobi ini sudah khatam.

2. Selesaikan tanggungjawab

Hobi adalah kebutuhan sekunder. Maka, jika ingin terus menekuninya, kebutuhan primer musti selesai dulu. Itu yang dilakukan suami. Meskipun kadang, saya sempat ngomel. Mending kan duitnya dipake buat investasi. Tapi balik lagi di komitmen awal.

3. Beri dukungan

Tentu setelah kesepakatan di awal selesai, saatnya memberikan support. Misalnya, saat naik gunung, si bapak dikasih bekal bumbu jadi. Jadi pas masak di gunung, biar gak ribet. Atau minjemin Tupperware untuk makan dan masak. Tapi ingatkan untuk kembali seperti bentuk semula. Kalau tidak, suruh ganti! Tupperware bagi emak, harga mati!

Hindari untuk memakai wadah sekali pakai. Pendaki biasanya lebih aware dengan lingkungan. Stop membuat sampah.


4. Saling terbuka

Ini agak susah. Kebanyakan, paling gak dari obrolan di facebook tadi, suami yang punya hobi itu prinsipnya begini. Lebih baik minta maaf daripada minta ijin. Wah, bisa berabe. Tapi betul ini. beberapa kali suami ketahuan beli peralatan gunung. Tiap kali ditanya harga, bilangnya murah. Tapi terus ngaku juga sih belakangan. Tapi tetap saja bikin kesel.

Keterbukaan ini juga gak melulu soal budget yang dihabiskan. Tapi bisa juga sharing tentang waktu yang tepat buat menekuni hobi. Jika komitmen dan komunikasi baik, maka selanjutnya bakal oke.

5. Ikut terlibat

Sejak SMA saya memang suka naik gunung. Suami malah ikut organisasi pecinta alam. Jadi, kalau saya diajak naik gunung, ayo aja. Bahkan, kami pernah nekat naik gunung sama batita. Anak kedua saya. Saat itu usianya baru 5 bulan.
Gunung Bromo

Melibatkan diri ke hobi suami ini bisa menguntungkan juga lo. Bisa saling melengkapi. Saat diajak suami naik gunung, saya jadi punya bahan tulisan buat blog. Punya stok beberapa angle tulisan.

Untuk suami yang hobi mancing misalnya, si istri bisa jadi hobi masak hasil pancingan. bisa nyambung kan?!. Coba deh cari sisi menarik apa yang bisa melengkapi hobi suami. Atau sebaliknya. Barangkali, istri punya hobi yang bisa dilengkapi dengan kegemaran suami. Bukankah begitu hakikat berumah tangga?! Melengkapi satu sama lain.

6. Cari solusi

Jika ada masalah, pastikan segera mencari solusi. Misalnya, printilan naik gunung yang savety use itu gak murah. Tapi sekarang, orang naik gunung sudah punya banyak kemudahan. Persewaan barang untuk naik gunung sudah banyak. Tinggal pilih mau spek seperti apa. Naik gunung aman, nyaman, duit bisa lama dikantong.

7. Minta kompensasi

Jika beli printilan naik gunung atau kopi kopian tidak bisa ditahan lagi, minta kompensasi. Ini penting buibu. Misalnya, jika suami beli biji kopi lagi, saya minta dibelikan satu buku sebagai kompensasi. Atau, kalau lagi beli peralatan gunung lagi, saya minta dibelikan makeup atau skinker. Biar impas hehehe.

8. Kembangkan
ig explore_nuswantara
Beberapa bulan lalu, suami sudah mulai punya ide untuk mengembangkan hobi naik gunungnya menjadi bisnis. Dengan membuat open trip. Masih tahap awal sih, tapi ini rencana bagus untuk mengubah hobi jadi cuan. Jika kamu punya rencana untuk naik gunung, bisa kepoin ig @explore­_nuswantara. Di sana, ada catatan perjalanan saat mendaki gunung. Seperti Bromo, Semeru dan lain-lain. Beberapa tips dan trik saat naik gunung juga ada. Jangan lupa follow J

Nah, itu tadi 7 tips berdamai dengan hobi suami versi saya. Apakah istri tidak punya hobi? Punya dong… intinya sama kok. Tips di atas juga berlaku buat istri yang punya hobi. Jangan sampai, hobi yang awalnya untuk refresh otak, berubah jadi bencana. Bisa jadi, karena komitmen dan komunikasi yang salah antara kedua belah pihak.

Lalu, suamimu hobi apa buk? sudah ngomel hari ini? eh, sudah berdamaikah? Hehehe. Sharing yuk…

Salam, 





6 topik obrolan santai dengan suami (we time)

6 komentar


Punya waktu berdua saja dengan pasangan membutuhkan usaha lebih. Apalagi jika sudah punya anak. Musti pintar bagi waktu. Ritme kerja suami yang acak adul, pekerjaan rumah tangga yang tak pernah ada habisnya, butuh jeda. Waktu dimana kita hanya berdua. Suami dan istri.

Apalagi saya dengan satu anak batita dan si sulung yang masih mau masuk SD tahun depan. Intensitas ngobrol santai suami istri semakin berkurang. Ini sudah pertanda tidak baik. Maka, mencari waktu untuk ngobrol we time, sangat penting. Selain untuk menambah bounding, we time, juga berfungsi untuk me refresh otak kedua belah pihak. Suami yang stress dengan pekerjaan kantor, atau istri yang bosan dengan pekerjaan rumah.

Tapi, ada rambu-rambu yang perlu diperhatikan. Jangan sampai obrolan we time malah bikin stress berdua. kenapa? salah memilih topik bahasan. Maunya santai, malah bikin bete. Jangan sampai ya.


Nah, saya punya tips seputar tema obrolan yang tepat untuk menghabiskan we time dengan pasangan. Ini dia, topik obrolan yang bisa jadi pilihan untuk me-refresh suasana.

1. Hindari ngobrol tentang pekerjaan

Usaha meluangkan waktu barang sebentar ini, jangan sampai nambahin stress. Berkeluh kesah tentang pekerjaan di saat ‘honeymoon’ justru merusak suasana. Sebisa mungkin, masalah kantor, jangan dibawa kerumah. Selesaikan pada tempatnya. Tidak mau kan, kalau justru yang muncul malah emosi, kesel dengan ini itu, malah lupa bersenang-senang dengan pasangan. So, cari topik lain yang menyenangkan.

2. Jangan ngobrol tentang kondisi keuangan

Ini bikin pusing part 2 setelah obrolan tentang pekerjaan. Karena ngobrol masalah duit di saat yang tidak tepat, bukan solusi yang di dapat. Bisa jadi debat kusir tak berujung. Kalau maunya relax, cari topik yang sekiranya gak pake mikir tapi bisa ngalir.

Nah ini…

3. Ngobrol tentang hobi

Ini bisa menjadi topik pilihan saat berdua dengan pasangan. Sharing tentang hobi masing-masing yang sering tertunda. Misalnya, suami saya sedang gandrung dengan kopi. Mulai dari cara menyeduh kopi kekinian, sampai cara tanam biji kopi yang bagus. Serta deretan nama jenis kopi yang masih asing buat saya. atau hobi lamanya, naik gunung. Apa saja yang dirasakan setelah naik gunung. Spot gunung mana saja yang oke buat keluarga dengan anak kecil. Kisah menarik apa saja yang pernah dialami saat naik gunung.
Lagi ngobrol kopi kopian di warung kopi hits di Tulungagung

Sedangkan saya, saat ini sedang menekuni dunia blog. Hobi tulis menulis yang sudah sejak lama saya geluti. Ngobrol tentang ini bisa sangat menyenangkan. Saya dan suami bisa saling sharing dan dukung atas hobi masing-masing

4. Ngobrolin milestones anak

Ini biasanya tanpa ditanya saja sudah ngalir dengan sendirinya. Ngobrolin tentang perkembangan anak tak pernah ada habisnya. Cari ropik yang membahagiakan. Misalnya, si anak sudah pinter ini itu. mulai bisa begini begitu. menanyakan hal-hal baru. Selingi dengan cerita lucu nan menggemaskan tenang kelakuan anak. Ah, menyenangkan sekali.

5. Ngobrol receh media sosial

Ini sering saya lakukan. Ngobrol unfaedah ternyata juga ada manfaatnya. Bisa ngakak sampai perut sakit. Seperti mbak Nia Ramadhani yang gak bisa ngupas salak, sampai lagu absurd untuk orang tua yang belakangan viral di lini masa. Ah, topik macam gini sebenernya bisa banget buat bumbu kemesraan sama suami. Bikin selera humor naik level. Kalau sudah begitu, kita lanjut menertawakan diri sendiri. Hahaha.

6. Tentang sex

Naini, biasanya sih langsung connect tanpa buffering hahaha… awalnya sih agak malu-malu buat saya ngobrolin tentang sex. Ini gak melulu seputar Kamasutra ya, tapi kapan waktunya saya siap. Atau si bapak juga lagi oke moodnya. Kalau gak dibicarakan dengan gamblang, takutnya ada salah satu pihak yang merasa terpaksa, sedangkan pihak lain, lagi pengen-pengennya. Jadinya gak imbang. Intinya, jangan sampai ada salah satu pihak yang ‘terpaksa’ melayani. Dengan alasan apapun. Bagi saya ini sudah tidak sehat.

Itu tadi buibu tips dari saya. Curi-curi waktu ini bisa kapan saja dan dimana saja. Yang penting, komunikasi dengan pasangan jangan sampai lupa. Ada yang punya tema lain? Sharing yuk…

Salam, 




Telogo Sewu, tempat wisata ramah anak

4 komentar

Saat mendengar namanya, saya pikir ini tempat rekreasi alam. Telogo Sewu. Tapi ternyata, ilmu cocokologi saya keliru. Telogo sewu adalah tempat wisata kolam renang plus outbond.

Ini adalah kali pertama pengalaman saya mengajak dua anak untuk ikut outbond. Selasa (12/11/09) kemarin, TK-nya mas Zafran mengadakan outbond di Telogo Sewu. Sengaja dilaksanakan saat weekdays. Untuk menghindari lonjakan pengunjung di area wisata. Praktis, ayahnya tidak bisa ikut. Adik saya yang biasanya menemani juga berhalangan. Alhasil, saya memutuskan menghandle dua anakonda sendiri. Zafran (6y), dan Inara (20m)

Persiapan seperti biasa. Bawa banyak cemilan. Biasanya saya bawa bekal nasi untuk makan. Tapi karena ini di handle sendiri, saya memilih praktis saja. Makan di tempat wisata atau bawa banyak camilan. Dua anak saya ini ngemilnya banter. Ibunya juga sih, soalnya, Inara masih ASI. Satu lagi, jangan lupa bawa ilmu parenting yang paling penting. Sabar. :-)

Baca juga: Camilan Home Made Untuk Anak Alergi

Sebelum berangkat, dua bocah ini saya kasih pengarahan (udah kayak PNS hahaha). Saya biasanya membuat kesepakatan dengan si masnya. 
"Mas, ayah gak bisa ikut. Jadi ibuk sendiri. Nanti, kamu bawa tas sendiri ya. Camilan, baju ganti ada di situ. Ibu bawa peralatan adik. Nanti di sana bantuin ibuk jagain adik ya. Pas ikut outbond, nanti sama bu guru"
"Oke" jawabnya singkat. Mungkin sudah gak sabar pengen berangkat.
Saya dan anak-anak sudah terbiasa ngobrol begini. Adiknya yang belum genap dua tahun juga sudah terbiasa ngobrol, meskipun sepotong sepotong.
Dua anakonda di Telogo Sewu

Baca juga: Ngobrol Menstruasi Dengan Anak #zafranask 

Awalnya saya sempat was-was. Bagaimana caranya dua anak ini bisa nyaman dan aman bermain di sana. Soalnya, kolam renang merupakan tempat favorit anak-anak. Saking demennya seringkali gak lihat kanan kiri. Butuh pengawasan ekstra. Takut kepleset, atau lari-larian di kolam renang dewasa. Tapi ketakutan itu perlahan sirna, setelah tahu kondisi di lapangan.

Begini ceritanya

Berangkat pukul 7 dari sekolah di Sidoarjo, sampai lokasi wisata sekitar pukul 9. Ada 3 bus besar. 2 bus untuk rombongan anak playgroup, sisanya untuk anak TK B, beserta pendamping. Telogo Sewu ini berada di Dusun Klagen, Desa Duren Sewu, Kecamatan Pandaan, Kota Pasuruan.

Saat bus memasuki kawasan wisata, ternyata sudah ada bus-bus besar lain berjajar di tempat parkir. Luas sekali. Bisa kayaknya buat lapangan sepak bola. Saya curiga, bus-bus ini juga mengangkut anak-anak untuk outbond. “Wah, bisa penuh sesak kalau begini” batin saya.

Tapi ternyata anggapan saya salah.

Saat sampai di pintu masuk, anak-anak berbaris rapi untuk mengambil karcis masuk yang sudah disediakan provider outbond. Pintu masuk Telogo Sewu ini menurut saya ‘mengecewakan’. Gak megah sama sekali. Seperti pintu masuk kawasan-kawasan wisata lainnya. Gerbang besar, tulisan mencolok, taman indah di kanan-kiri pintu masuk, atau paling tidak, jalannya tidak berdebu. Ini sama sekali diluar dugaan saya. “Tidak seindah di mbah google” batin saya.

Eits, tapi tunggu dulu, mari kita masuk.

Telogo sewu ini menggabungkan konsep kolam renang alami dan wahana permainan. Konon katanya, air kolam renang disini memakai sumber mata air. Jadi, tidak memakai campuran kaporit. Airnya adem. Saya memang tidak mencium bau kaporit saat memasuki kolam renang.

Yuk mari masuk lebih jauh. Berbagai wahana disediakan Telogo Sewu. mulai dari kolam renang, wahana permainan sampai kawasan outbond. Saya tulis sesuai urutan dari awal masuk.

1. Sepeda air

Di sebelah kanan pintu masuk, kita bisa melihat wahana sepeda air. Cukup luas. Ada 3 sepeda air yang parkir di pinggir kolam saat itu. Wahana ini diberi sekat tembok tinggi. Jadi, tidak perlu takut anak-anak ‘inguk-inguk’ (naik pagar untuk lihat kolam) terus kecemplung kolam hahaha. Harga masuk wahana ini 8 ribu saja. Bisa digunakan untuk 2 orang. Sepeda air ini tidak untuk anak-anak ya buibu. Perlu orang dewasa untuk menjalankannya. Karena selain berat, kolamnya juga dalam.

2. Kolam renang dewasa

Tepat setelah pintu masuk, ada dua kolam renang dewasa. Atapnya menggunakan kain waring hitam. Jadi, kolam tetap rindang, gak panas.

3. Pujasera

Ah, saya lupa foto. Letaknya persis bersebelahan dengan kolam renang anak dan dewasa. Makanannya standar sih seperti pujasera di tempat-tempat wisata. Ada bakso, mi ayam, aneka gorengan, mi instan, jus buah, dll. Harganya?! Murah meriah. Saya makan mi ayam 8.000. beli jus alpukat harganya sama juga. Kentang goreng juga segitu. Kayaknya rata-rata harganya 8000an. Rasanya?! Ya standarlah. Gak yang enak banget. Disini yang dicari kan wahana buat anak-anaknya, bukan kulineran hehehe…

4. Kolam renang anak

Ada dua kolam anak. Satunya bersebelahan dengan kolam dewasa. Satunya lagi kolam paus yang letaknya berhadapan dengan kolam anak ini. Tapi, beda area. Sebelum masuk ke kolam paus, kita disajikan halaman rumput luas. Cocok buat lari larian anak. Tempatnya bersih pula. Atapnya terbuat dari kain waring hitam. Jadi tidak panas.
Kolam Paus, Telogo Sewu
Nah, kolam anak yang recommended adalah kolam paus. Selain memang di desain khusus anak, orang tua tak perlu was was untuk melepaskan anak berenang sendiri. Tempatnya seperti area privat. Cocok sekali untuk anak usia TK. Untuk masuk ke arena ini musti bayar lagi. Kami diberi tiket masuk oleh provider outbond.

Ruang tunggu lantai 2, Kolam Paus, Telogo Sewu
Ibunya bisa meletakkan tas atau barang bawaan di pinggir kolam yang sudah disediakan. Bahkan, ada tempat di lantai 2 untuk leyeh-leyeh, tapi tetap bisa mengawasi anak yang sedang berenang. Anak senang, ibu tenang.

5. Kamar mandi
Kamar mandi dan bilas, Telogo Sewu
Satu yang selalu saya khawatirkan saat anak berenang adalah kamar mandi dan kamar bilas yang kotor. Tapi ternyata disini bersih buibu. Suka banget. Ini kamar mandi dan kamar bilas untuk kolam renang selain yang kolam paus. Di kolam paus sendiri juga ada kamar mandi dan bilas. Bersih. Eksteriornya dibuat dari batu alam. Pilarnya ada ukiran juga. Mirip museum ya. Berasa mau wisata sejarah, padahal cuma mau pipis hahaha. Suka sekali.

6. Wahana permainan

Wahana permainan, Telogo Sewu
Ini juga seru. Kesukaan Inara kalau ada pasar malem deket rumah. Naik kereta. Selain kereta, ada juga wahana lain seperti pesawat yang bisa muter-muter. Harganya Cuma 6 ribu untuk kereta.

7. Ruang tunggu

Ruang tunggu, Telogo Sewu
Banyak dan luas. Ini salah satunya. Berdekatan dengan kolam paus. Sudah disediakan alas oleh provider outbond. Ibu-ibu bisa menunggu putra putrinya yang sedang outbond di tempat ini.

8. Kawasan outbond

Nah, ini tempatnya ada di belakang. Luas juga. Dibagi menjadi bermacam-macam wahana. Ada kolam ikan untuk anak-anak menangkap ikan langsung. Ada juga terapi ikan untuk ibu-ibunya. Kuda juga disediakan disini. Jika ingin naik kuda, cukup membayar 8 ribu rupiah, utuk 2 putaran lapangan ini.
Arena outbond, Telogo Sewu
Disini juga ada flying fox. Ada dua wahana, besar dan kecil. Bisa untuk anak usia playgroup. Satunya untuk usia TK, SD atau bisa juga dewasa. Ternyata, kawasan ini juga bisa untuk berkemah. Tapi saat itu, sedang tidak ada.

Oiya, ada juga spot menanam padi. Disediakan sepetak tanah untuk praktek menanam padi buat anak-anak. Arena bermain seperti prosotan, jungkat jungkit, dan ayunan juga tersedia. Meskipun hari sedang panas, area outbond ini sejuk. Pohonnya rindang. Tentu udaranya juga segar. Lengkap pokoknya. Komplit, bersih dan nyaman.

9. Tempat selfie

Last but not least. Tempat selfie. Lokasinya bersebelahan dengan kolam paus. Dekat dengan ruang tunggu. Jadi, sembari anak-anak nunggu ibunya selfie, bisa duduk di tempat tunggu ini. lah kebalik ya hehehe…
Spot selfie Telogo Sewu

ala-ala surfer di Telogo Sewu
Itu tadi area bermain dan belajar yang ada di Telogo Sewu. Sudah kebayang seberapa luasnya?! Jadi, setelah melihat bus-bus yang berjejer di tempat parkir tadi, saya tidak merasakan keramaian berarti. Memang ramai dengan anak-anak lain dengan agenda yang sama. Tapi, tempat ini tetap lega. Anak-anak masih bisa berlarian kesana kemari tanpa nubruk satu sama lain. Kolam renang juga masih oke buat berenang dan bermain. Arena outbond, juga rapi antri bergantian. Semua didukung juga oleh alat dan petugas yang sigap. Kemanan dijamin.

Setelah selesai seluruh rangkaian outbond, kami melanjutkan perjalanan ke masjid Ceng Ho. Hanya berjarak sekitar 10 menit dari Telogo Sewu. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan disini. Saya hanya beli edamame di pusat jajanan, lanjut foto di depan masjid. Anak-anak sudah capek. Jadi saya memilih menunggu yang lain di bis, hingga waktu pulang. Sebenarnya ingin masuk masjid sambil bercerita ini itu sama mas Zafran. Tapi, apalah daya, rebahan di bis lebih menyenangkan. 
Masjid Ceng Ho
Ah, baru kali ini saya puas nganter outbond mas Zafran. Meskipun sambil bawa dua bocah, saya juga ikut happy. Karena anak-anak bisa senang bermain kesana kemari. Tapi tetap aman dan bisa leluasa mengawasi.

Ada yang sudah kesini? Atau rencana kesini? Sharing ya di kolom komentar.

Salam,









salah kaprah zero waste

14 komentar

Sampah menjadi isu yang terus berkembang. Kampanye zero waste gencar dilancarkan. Terutama produk plastik yang sulit terurai. Namun, ada yang salah kaprah dalam memaknai zero waste ini. Alih-alih mengurangi konsumsi sampah, malah menciptakan produk sampah baru.

Seperti kampanye no plastic straw yang sedang menjadi tren. Sedotan plastik, menjadi langkah awal kampanye mengurangi penggunaan sampah plastik. Bukan tanpa sebab. Menurut Sarah Gibbens pada salah satu atikelnya yang dimuat oleh National Geographic dengan judul “A Brief History of How Plastik Took Over the World”, 8 ribu ton plastik berakhir di lautan tiap tahun. Sedangkan 0,025% dari jumlah tersebut disumbang oleh sampah sedotan plastik. Tak mengherankan jika, kampanye no plastic straw ini sangat masif. Langkah ini kemudian diikuti oleh perusahaan makanan cepat saji, dengan tidak menyediakan sedotan plastik pada kemasan minumannya. Meskipun, tetap saja mereka masih memakai penutup plastik pada gelas kemasannya. Fiuh…

Saya sangat mengapresiasi langkah ini. Tapi kemudian, pasar, membidik kampanye zero waste ini sebagai peluang menggiurkan. Dengan apa?! yup, menjual produk-produk 'ramah’ lingkungan. Seperti sedotan dari bahan stainless. Ada juga dari bahan bambu.

Bagi saya ini kontraproduktif dengan kampanye zero waste yang digalakkan. Mengapa? Karena menurut penelitian, penggunaan sedotan stainless dan bambu, membutuhkan energi yang tidak sedikit dalam pembuatannya. Bahkan, sedotan stainless menyumbang emisi karbondioksida terbesar dibanding kaca, bambu, bahkan sedotan plastik. Perbandingan lengkapnya ada di info grafis di bawah ini.
emisi sedotan

Nah lo, bingung kan?!

Bagi saya, kampanye zero waste ini sebenarnya simple kok. Tidak perlu ribet mencari produk lain sebagai pengganti. Namanya saja zero waste. Kalau bikin produk lain meskipun diklaim ramah lingkungan, kan sama saja dengan membuat sampah baru. Walaupun, menurut sejumlah penelitian, sedotan ini biasa diganti setelah penggunaan selama 5 tahun. 5 tahun itu jangka waktu yang lama memang. Tapi, jika jumlah penggunanya sama dengan jumlah pengguna sedotan plastik? Bukankan akan jadi PR baru untuk memusnahkannya agar tidak nyampah?

Maksud saya begini

Penggunaan sedotan plastik bisa sama sekali dihilangkan tanpa alat pengganti. Minum langsung dari gelas. Lebih simple kan?! Lalu sebenarnya apa fungsi sedotan stainless? Biar gak blepotan?! Ayolah…. Kita lagi kampanye zero waste, masak blepotan dijadikan alasan. Sekarang coba sebut deh, minuman apa yang tidak bisa diteguk langsung dari gelas atau botol minuman? Boba? Bisa kok. Butuh effort lebih memang. Tapi bisa kan?! Kita lagi berjuang mengurangi sampah lo.

Tapi gak gini ya...

sumber: tenor.com

Jadi menurut saya memang se-simple itu. Menghilangkan produk sampah sama sekali. Bukan menggantikannya dengan produk lain.

Ini juga berlaku untuk pengurangan sampah plastik lain. Seperti kresek. Kalau mau melakukan kampanye zero waste dengan mengurangi sampah kresek. Yasudah, tidak usah pakai kresek lagi. Bisa pakai tas belanja daur ulang dari sampah plastik, atau tote bag dari baju lama yang dimodifikasi. Bukan dengan membuat tas belanja unyu-unyu berbahan katun yang diklaim bisa terurai dengan  mudah. Atau memproduksi tote bag bergambar lucu-lucu. Dibikin sesuai selera anak muda. Dijual dengan mengatas namakan kampanye zero waste. Kemudian berubah jadi tren. Jika dirasa coraknya ketinggalan jaman, bisa beli lagi yang lebih hype abis. Walah…

Saya juga kurang setuju dengan gerai-gerai swalayan yang menjual tas ramah lingkungan sebagai pengganti kresek. Mereka tentu sedang memproduksi sampah baru. Jika ingin mengurangi sampah plastik. Bisa dengan memberi diskon bagi pelanggan yang membawa tas daur ulang sebagai pengganti kresek. Atau, pemilik gerai membeli tas daur ulang dari pengrajin sampah plastik, lalu jual kepada pelanggan. Intinya, jangan bikin produk baru lagi. Itu bakal jadi calon sampah juga kan?!.

Untuk konsisten di jalur ini memang sulit. Masyarakat perlu diedukasi secara simultan. Butuh proses. Tapi paling tidak, kita sudah memulainya dari diri sendiri. Kalau kamu? masih minum boba pake sedotan? Atau sudah ngurangin sampah apa saja? sharing yuk….

salam,