Komedi Saat Pandemi

29 komentar
Comedy is tragedy plus time. Barangkali quote dari komedian Amerika, Carol Burnett ini bisa mewakili peristiwa yang akan saya ceritakan di bawah.

Tentang pengalaman kami isolasi mandiri (isoman) sekeluarga selama kurang lebih 3 minggu di rumah. Apalagi kalau bukan karena covid-19.

Gak ditunggu, eh tiba juga gilirannya. Sepertinya, mau tidak mau, suka tidak suka, terinveksi virus covid-19 itu hanya soal waktu.


Cepat atau lambat. Bisa saja, kamu yang membaca ini juga akan kena ‘getahnya’. Maaf, bukan sedang mendoakan hal buruk. Tapi, ini adalah bentuk keputusasaan rakyat jelata macam saya yang dari awal pandemi ini, disuguhi beragam kebijakan yang ‘alah embuh’.

Jadi, sepertinya kita, eh saya saja barangkali tidak punya banyak pilihan. Bukan kena atau tidak. Tapi kapan.

Sebaiknya memang taat prokes dengan pakai masker, jaga jarak, dan membatasi aktifitas, menjadi tameng paling awal sekaligus akhir untuk ikhtiar tetap sehat.

La terus, mana komedianya?

Sebentar, kan saya ngeluh dulu dong, habis itu baru bisa tertawa atas peristiwa yang perih saat terjadi, tapi jadi lucu pas sudah berlalu.

Barangkali sudah banyak cerita tentang pengalaman isoman keluarga. Mulai prokes dan vitamin atau obat apa saja yang harus dikonsumsi. Saya akan cerita itu lain kali.

Hari ini, saya cerita bagian lucunya aja ya. Biar nambah imun ditengah pagebluk pandemi.

Begini ceritanya

Plastik soto ayam

Peristiwa ini terjadi H+5 setelah suami dinyatakan positif covid-19. Saya sekeluarga isoman di rumah. Pisah kamar. Suami di kamar depan. Saya dan anak-anak di belakang.

Setelah lapor RT, saya dan anak-anak diharuskan swab antigen ke puskesmas 5 hari sekali. Karena kontak erat dengan pasien positif.

Seharusnya, pihak puskesmas datang kerumah untuk memeriksa. Tapi mungkin karena kekurangan tenaga medis, jadi saya dan anak-anak yang harus ke puskesmas buat tes.

Alhamdulillah, swab pertama saya dan anak-anak negatif covid-19.

Setelah itu, saya mulai bergerilya mencari informasi. Suami lumayan bergejala. Sakit kepala berat, flu, disusul batuk, dan lemas. Jadi praktis saya yang cari info ini itu. Asli! Sungguh melelahkan.

Informasi tentang covid yang dulu saya simpan baik-baik di hp, tiba-tiba sulit dicari. Saya harus memulainya dari awal.

Saya juga mulai mencari informasi tentang vitamin-vitamin yang harus saya atau suami konsumsi. 

Teringat laman situs kedokteran yang bekerjasama dengan kementrian kesehatan untuk penyaluran obat atau vitamin gratis. Saya coba akses. Hasilnya nihil.

Kenapa? karena NIK suami tidak masuk data gugus tugas covid nasional sebagai orang yang terkonfirmasi positif covid. Padahal, itu syarat untuk mendapatkan vitamin atau obat gratis dari pemerintah.

Sayapun pasrah. Bukan soal nyari gratisnya saja, tapi tentang kemudahan mendapat paket vitamin yang bisa didapat dan dikonsumsi sampai masa isoalsi habis. Ini sangat membantu. Karena beli di apotik sudah banyak yang habis. Kalaupun ada, belinya dibatasi.

Tapi, apa boleh dikata, karena data tak masuk, sayapun tak dapat melanjutkan proses untuk mendapatkan paket vitamin covid tadi.

Yasudah, saya cari vitamin sendiri ke beberapa apotik yang bisa delivery order.

Ini juga menguras hati dan jantung. Karena saya harus beli secara terpisah. Vitamin D di apotik A, vitamin C di apotik satunya. Pembelianpun dibatasi. Hanya bisa beli 1 strip yang akan habis dalam 3 hari saja.

Artinya, tiap 3 hari sekali, saya harus pesan vitamin D di apotik A dan vitamin yang lain di apotik yang berbeda. Begitu seterusnya. Sungguh memerlukan kesabaran ekstra.

Belum lagi saya harus melakukan prokes ketat saat berinteraksi dengan suami. Sarung tangan, masker, alat makan dipisah. Selesai makan segera cuci dan pisahkan. Semprot desinfektan di sini, di sana. Begitu seterusnya.

And the last but not least, anak-anak yang sudah taat prokes, tapi sering lupa aturan saat bermain. Mainan berserakan dimana mana. Period!.


Ditengah ‘ketegangan’ tersebut, suatu pagi, tetangga kasih soto ayam lengkap dengan kerupuknya. Sungguh, punya tetangga baik adalah rejeki yang tak terhingga.

Setelah berbagai keruwetan yang saya alami, tibalah saatnya menuang kuah soto kedalam panci. Panci stainless mungil yang baru saja saya beli sebelum isoman. Saya bahkan harus melewati 2 toko untuk selanjutnya memutuskan membeli panci itu.

Maklum, emak-emak. Gak puas kalau belum muterin satu toko ke toko lainnya. Oke.

Saat membuka plastik soto, dengan agak terburu-buru plus rengekan bocil, tak sengaja, sotopun tumpah. Plastiknya, masuk ke panci dengan sangat mulus.

Seketika, dada saya berdesir, entah kenapa, melihat kuah soto yang tumpah jadi momen sentimentil hari itu. Jatuh sudah air mata saya. Nangis.

Sepertinya, susahnya mencari vitamin, atau prokes ketat dirumah, tidak mampu meluluhkan hati saya. Ndilalah, cuma gara-gara kuah soto, ambyar sudah pertahanan saya. Jebol sejebol jebolnya.

Nangis sesenggukan di pojok dapur. Deket galon, samping pel pelan. Setelah itu, bangkit lagi, makan soto. Karena, ya laparlah. Kan gak mungkin nangis tok bisa kenyang dan meyelesaikan masalah.

Lalu, melakukan segala sesuatu kembali, yang memang harus dilakukan hari itu. Detik demi detik, senafas demi senafas.

Tai kucing

Sebelum isoman, hampir setiap pagi, saya akan ngomel dengan bau poop kucing di depan rumah. Padahal, saya tidak punya kucing.

Entah kenapa, diantara banyak tempat berpasir, anabul itu selalu memilih depan rumah untuk menuntaskan hajatnya. Lalu pergi begitu saja. tanpa permisi, tanpa basa basi.

Hari itu, setelah hasil swab kedua, saya positif covid. Alhamdulillah anak-anak negatif.

Saya betul-betul rindu bau poop kucing. Penciuman saya hilang sama sekali. Minyak kayu putih yang biasa saya gunakan untuk terapi bau, sama sekali gak tercium.

Amblas lagi hati saya.

Betapa poop kucing yang biasanya saya rutuki keberadaannya, kini jadi satu hal yang saya rindukan. Hah…..

Sandal jepit

Di tengah keruwetan isoman, selain tempat makan, saya juga memisahkan barang-barang yang dipakai suami. Termasuk sandal jepit yang biasa dipakai saat berjemur.


Ada sandal jepit terkenal merk swallow. Ini pernah dipakai Sehun, personil boyband EXO, dan sempat menghebohkan dunia persandalan Indonesia (penting banget ya dinotice). Sejak dipakai artis Korea, sandal jepit naik daun. Tampak keren dan berkelas. You don’t even know guys, I have two. Warna hijau dan biru.

Oke lanjut

Entah kenapa, saya selalu susah mengingat, mana sandal jepit yang dipakai suami saat berjemur, mana yang punya saya. tiap kali mau pakai buat jemur baju di depan, saya selalu bertanya.

“Yah, ijo opo biru?”

“Ijo ya Allah….!” Begitu kata suami yang heran to the bone tentang drama sandal jepit. (entahlah ini ijo atau biru saya sendiri masih lupa)

Kamar mandi outdoor

Setelah suami terkonfimasi positif covid-19, selain pisah kamar, kamar mandi juga harus berbeda. Saya mulai membuat kamar mandi darurat untuk saya dan anak-anak. Kamar mandi ini saya buat di tempat cucian. Tempatnya pas di depan kamar mandi biasa.

Maklum, kami cuma punya satu kamar mandi.

Kamar mandi darurat itupun membuat saya tertawa sekaligus nelangsa. Dulu, saya bercita-cita ingin punya kama mandi outdoor. Ya semi outdoor-lah. Yang masih bisa lihat langit lepas gitu, dikelilingi pohon rindang.

Maklum, saya tidak bisa mandi lama di kamar mandi indoor. Karena, kalau mandi di kamar mandi dengan sirkulasi udara yang buruk, saya akan muntah. Entah kenapa. Rasanya sumpek luar biasa. Lalu mual. Berujung muntah.

Jadi, kamar mandi darurat itu seperti doa yang terkabul. Dalam bentuk dan situasi yang berbeda. Kamar mandi outdoor. Di tempat cucian, bisa lihat langit saat atap dibuka. Dikelilingi cucian yang mulai menggunung. Ah… syahdunya…

Itu tadi cerita lucu yang saat dialami gak ada lucu-lucunya tapi pas sudah berlalu, bisa ketawa sembari bercerita. Begitulah hidup.  

Hari ini sedih, besok tertawa. Hari ini kekurangan, besok dicukupi. Jadi, gak perlu yang waow waow. Begini saja, cukup.

Minta duit 1 milyar ya Allah…. Amin….

Dasar aku.

Kamu, sudah dapet arisan covid? Sehat-sehat selalu ya sekeluarga. 













Review Scarlett Whitening Face Care

24 komentar



Review Scarlett Whitening Face Care – Nyoba pakai skincare?! Bisa gak ya. Itu kata pertama yang muncul di pikiran saat kepincut pengen perawatan muka. Soalnya, lihat muka sendiri, kayaknya sudah naudzubillah kusemnya.

Untuk urusan perawatan wajah, saya memang terbilang cuek. Jangankan skincare rutin yang harus melewati beberapa tahap dan urutan, pakai facial wash saja sering lupa.

Kenapa?

Pertama, malas. Ya itu alasan klasik emak-emak seperti saya. Jangankan pakai skincare, sisir rambut aja harus nunggu jadwal beberes selesai. Belum lagi proses pakai skincare yang harus rutin, sungguh membuatku berpikir ulang. Bisa gak ya….


Kedua, saya takut efek samping dari coba-coba skincare. Selama ini memang belum pernah sih ada masalah kulit kalau ganti face wash misalnya. Tapi, untuk face care saya akan lebih hati-hati memilih.

Biasanya, langkah pertama, saya akan lihat beberapa review dari produk skincare. Apakah banyak yang cocok atau gak.

Kalaupun banyak yang cocok, saya akan lihat lagi tipe wajah si pemakai. Apakah sama dengan muka saya yang berminyak, atau beda keluhan.

Ini penting, karena kalau gak cocok biasanya wajah malah jadi kering kerontang. Bisa juga iritasi, kulit mengelupas, merah-merah, atau berjerawat. Duh ya serem. Gak kebayang kalau itu terjadi sama muka saya. Big no!

Tapi, semakin kesini (usia matang) gak bisa kayaknya cuek terus sama muka. Face wash sama BB cream aja gak cukup untuk menjaga kesehatan wajah.

Semakin bertambah usia, wajah justru butuh perawatan khusus. Kalau dibiarkan, masalah jadi banyak bermunculan. Seperti, muka makin kusam, bruntusan, komedo, gak sedap dipandang. Saya aja waktu ngaca kayak ‘duh ya… burem banget muka’, apalagi orang lain.

Ya meskipun, saya memang gak banyak kegiatan di luar rumah. Tapi, kalau muka saya sehat, kinclong, seger, cerah, sedap dipandang, saya juga bakal bahagia. Artinya, seluruh penghuni rumah juga ketularan efek positifnya dong.

Jadi, saya memutuskan untuk memulai perawatan wajah dengan skincare. Semoga saja hasilnya memuaskan ya.

Nah, sebelum memakai rangkaian skincare, saya mesti memastikan apa jenis kulit wajah saya. Biar hasilnya bisa maksimal.

Muka saya ini termasuk jenis berminyak tapi gak jerawatan. Jarang banget jerawatan. Muncul jerawat biasanya pas mau datang bulan. Itupun satu dua. Malah biasanya banyak jerawat di punggung daripada di muka.

Selain wajah yang berminyak, kalau sudah usia 30+, flek hitam sudah mulai ngintip. Komedo yang biasanya remang-remang, jadi makin keliatan. Belum lagi mulai muncul kerutan di sudut-sudut wajah. Ditambah pori-pori besar. Satu lagi, muka kusam, gak ada cerah-cerahnya. Lengkap sudah cobaan hidup ini hahaha.

So, saat tahu ada perawatan wajah dari Scarlett, saya tertarik mencoba. Tahu kan produk Scarlett Whitening yang udah banyak banget review positifnya di media sosial. Produk milik pesinetron Felisya Angelista ini lagi ngeluarin varian baru. Scarlett Whitening Face Care, setelah sukses di produk Scarlett Whitening Body Care.

Scarlett Whitening Face Care punya dua macam varian lagi. Yaitu, Scarlett Acne Series dan Scarlett Brightly Series. Untuk membedakannya, kalian bisa lihat pada label kemasan. Warna ungu untuk acne series, sedangkan pink untuk brightly series.

Yuk kenalan lebih dekat dulu.

ACNE SERIES (Acne Serum dengan Acne Day & Night Cream)

Scarlett Acne Series ini punya manfaat melembabkan dan menghidrasi kulit, menyamarkan pori-pori dan garis halus pada wajah, juga membantu meredakan peradangan jerawat dan menyembuhkan jerawat.

Scarlett Whitening Acne Series | Instagram @scarlett_whitening

Kandungan antara lain, CM Acnatu, Poreaway, Double Action Salicylic Acid, Natural Vit C, Natural Squalane, Hexapeptide-8, Aqua Peptide Glow, dan Triceramide.

BRIGHTLY SERIES (Brightly Ever After Serum dengan Brightly Ever After Day & Night Cream)

Scarlett Brightly Series ini bisa meningkatkan kelembaban dan elastisitas kulit, membantu mencerahkan kulit dan memudarkan bekas bekas jerawat, menyamarkan pori-pori, garis halus, serta mengencangkan kulit wajah.


Kandungannya antara lain Niacinamide, Hexapeptide-8, Glutathione, Rainbow Algae, Aqua Peptide Glow, Rosehip Oil, Poreaway, Triceramide, Natural vit C, dan Green Caviar.

Produk ini sudah mengantongi ijin dari BPOM lo. Jadi gak perlu khawatir tentang keamanan kandungan produk. Produk Scarlett juga sudah teruji bebas Merkuri & Hydroquinon.

Nah, dari beberapa review yang saya baca, skincare dari Scarlett ini banyak yang cocok. Hasilnya pun gak mengecewakan. Tapi bukan berarti cocok di muka saya dong.

So, yuk sini kita lihat kandungan face care Scarlett yang membuat saya berani mencoba.

Kali ini, saya pilih Scarlett Brightly Series karena tipe muka saya yang berminyak. Ditambah lagi beberapa keluhan seperti kusam, flek hitam dan pori-pori besar.

Mari kita buktikan apakah sesuai dengan klaim di atas.

Skincare untuk jenis brightening ini punya 4 rangkaian produk yaitu, Brightening Facial Wash, Brightly Ever After Cream Day, Brightly Ever After Cream Night dan Brightly Ever After Serum.

Kita kulik satu persatu yuk kandungan di dalamnya

1. Scarlett Brightening Facial wash (100ml)

Saya sempat kesengsem saat melihat kemasan face wash ini. Terbuat dari plastik bening. Jadi kelihatan dari luar gitu isinya. Ada bulir-bulir warna pink dan rose petals (kelopak bunga mawar) yang kalau diaplikasikan akan luruh bersama beads-nya.


Gemes banget. Kadang kalau lagi gabut, saya ngepasin rose petal biar bisa keluar buat mainan gitu. Gemoy. Hahaha.

Wanginya juga pas. Gak menyengat. Kayak harum permen karet. Manis gitu. Tapi pas dipakai udah gak berbau lagi kok. Saya suka.

Yuk dipakai…

Untuk face wash, sebenarnya saya sudah gak asing lagi. Karena memang tiap hari menggunakan ini sebagai pembersih wajah. Sehabis keluar rumah atau sebelum dan setelah bangun tidur. Tapi, biasanya, pembersih muka yang saya gunakan kebanyakan punya efek ketarik di wajah. Jadi keset banget sampai kayak saya harus monyong monyongin muka biar kembali seperti semula.

Tapi, Scarlett Brightening Face Wash ini gak gitu. Kandungan Glutathione, Vitamin E, Rose Petals dan Aloe Veranya, lembut di kulit. Jadi waktu diaplikasikan ke wajah, gak yang keset banget.

Muka saya justru berasa lembut, moist gitu. Ya meskipun, belum terbiasa, agak berasa kurang keset. Karena memang terbiasa pakai face wash dengan efek seperti itu.

Satu lagi, face wash Scarlett ini busanya dikit banget. Awalnya saya agak sangsi, facial wash yang busanya gak banyak tu pasti gak bersih di muka.

Eh ternyata saya salah. Scarlett Brightening Face Wash ini tidak mengandung Sodium Lauryl Sulfate atau SLS. Kandungan ini biasanya yang membuat produk facial wash berbusa. SLS ini yang membuat kesat di muka. Tapi, bisa juga membuat kulit menjadi kering.

So, face wash dari Scarlett ini cocok untuk kulit saya yang berminyak. Karena pas dipake minyaknya bersih dong tapi muka tetep berasa lembap. Gak malah jadi kering.

2. Scarlett Brightly Ever After Cream Day (20gr)

Kemasannya terbuat dari kaca pink bening dengan tutup putih. Ada 2 lapisan tutup untuk melindungi isi cream agar tetap terjaga higienisitasnya. Nyimpennya musti hati-hati nih. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Takutnya jatuh pecah.


Mari dicoba…

Scarlett Brightening Day Cream ini dipakai di pagi hari setelah wajah dipastikan bersih dan kering. Atau setelah pemakaian serum. Tekstur creamnya ringan, gak yang creamy banget. Jadinya mudah menyerap di kulit. Bikin kulit lembap sepanjang hari.

Usapkan halus dan merata pada seluruh muka. Eh, gak lengket dong. Ringan banget. Muka gak berasa tebel tapi tetap lembap.

Tapi, saya gak begitu suka dengan wanginya. Seperti bau fermentasi. Memang day cream ini gak pakai fragrance sih di bahan bakunya. Jadi sepertinya ini wangi alami dari perpaduan bahan baku di dalamnya.

Kandungannya antara lain Glutathione, Rainbow Algae, Hexapeptide-8, Rosehip Oil, Poreaway, Triceramide dan Aqua Peptide Glow.

Ajaibnya, pas diaplikasikan di muka, wanginya ilang dong. Jadi gak berbau sama sekali. Ah makin suka.

3. Scarlett Brightly Ever After Cream Night (20gr)

Sama dengan day cream, kemasan scarlett cream night ini juga dari kaca pink bening dengan tutup putih. Bedanya, warna label kemasan lebih gelap, untuk membedakan dengan day cream.

Teksturnya lebih kental dari scarlett cream day.


Saat dicoba…

Scarlett Brightly Ever After Cream Night ini dipakai sesaat sebelum tidur. Pastikan wajah dalam keadaan bersih dan kering. Pemakaian juga bisa dilakukan setelah menggunakan serum.

Berbeda dengan Cream Day, saat diaplikasikan di wajah saya, cream night ini punya sensasi hangat. Seperti aroma jahe. Tapi setelah meresap, aroma dan rasa hangat hilang. Creamnya juga gak lengket.

Krim malam ini mengandung Glutathione, Niacinamide, Natural Vit-C, Hexapeptide-8, Poreaway, Green Caviar, dan Aqua Peptide Glow.

Hasilnya, nanti saya rangkum di belakang. Lanjut yuk…

4. Scarlett Brightly Ever After Serum (15ml)

Skincare selanjutnya adalah serum. Serum Scarlett ini isinya 15 ml. Bisa dibilang mini sih dibanding serum lain yang biasanya dikemas per 30-60 ml. Tapi ternyata, serum scarlett brightening ini memang sengaja dibuat dalam jumlah kecil karena ketahanan serumnya hanya 60 hari sejak dibuka. Jadi, harus segera dihabiskan untuk mendapat manfaat yang maksimal.


Kemasannya sama dengan duo cream di atas. terbuat dari kaca pink bening dengan tutup drops putih untuk mempermudah penggunaan.

Mari kita coba…

Tekstur Scarlett Brightly Ever After Serum ini encer. Saat diaplikasikan, musti segera diratakan di seluruh wajah. Mudah banget nyerap di kulit. Warnanya putih keruh.


Aromanya hampir mirip dengan cream day tadi. Aroma fermentasi. Tapi, saat diaplikasikan di wajah, baunya hilang.

Kandungannya antara lain Glutathione, Niacinamide, Vitamin C, Pyto Whitening, dan Lavender Water.

Serum ini digunakan sebelum memakai cream night dan cream day. Pastikan serum meresap sempurna terlebih dahulu sebelum megaplikasikan duo cream di atas.

Saya memakainya 2 hari sekali sebanyak 2-3 tetes di wajah. Ratakan dengan sempurna diseluruh wajah. Biarkan hingga meresap sempurna. Gak perlu waktu lama sih. Cepet banget meresapnya.

Overall Review

Setelah sekitar 2 minggu menggunakan 4 rangkaian produk Scarlett Whitening Brightly Series Face Care ini, wajah saya mulai ada perubahan. Memang jadinya gak yang wow banget gitu. Tapi puas untuk misi pakai skincare kali ini.


Wajah saya berangsur cerah. Pori-pori wajah mulai mengecil. Dan tentunya, minyak di muka saya mulai terkontrol tapi gak bikin kering kerontang.

Saya suka banget pas bangun pagi, setelah sebelumnya pakai serum dan night cream, lalu cuci muka pakai face wash, wajah jadi bersih dan cerah. Jadi pengen cekrak cekrek posting pakai caption “I woke up like this” hahaha.


Kedepannya, saya bakalan lanjut deh buat pemakaian rutin. Soalnya gak ada efek samping setelah pemakaian. Saat dipakai di wajah saya pun terasa ringan. jadi gak berasa kayak pakai topeng tiap hari.

Tapi, saat keluar rumah, saya menambahkan tabir surya setelah pemakaian day cream. Hasilnya tetap oke kok. Karena memang panas matahari bahaya banget di muka.

Memang ya, pakai skincare itu butuh sabar dan tlaten. Tapi, kalau lihat hasilnya, worthed kok. Sesuai dengan usaha yang dikeluarkan.

Serius deh, menjaga kesehatan muka di usia matang begini hukumnya wajib. Karena makin kesini, masalah wajah semakin bermunculan. Kalau terlambat, bakal susah buat benerinnya.

So, buat kamu yang mau memulai mencoba menggunakan skincare, saya rekomendasikan produk Scarlett Whitening Face Care ini. Kamu bisa pilih varian sesuai tipe kulit dan keluhan yang dialami.

Oh iya, semua produk Facecare Scarlett ini per produk harganya cuma Rp 75.000. Kamu bisa order melalui whatsapp 0877-0035-3000, line @scarlett_whitening, atau Shopee Mall di Scarlett Whitening Official Shop. (tinggal klik)

Menjaga kesehatan wajah tu investasi juga lo dan gak ada ruginya. Wajah cerah, bakal membuat moodmu lebih bercahaya setiap hari. Sudah coba? Sharing yuk di kolom komentar.




























Pengalaman Vaksin Lengkap Sinovac

25 komentar


“Mbak, sesuk neng puskesmas vaksino, lek ditanya pekerjaannya opo jawab ae pedagang”, kata bu Agung, tetangga rumah yang sudah vaksin di Puskesmas. (mbak, besok ke puskesmas vaksin, kalau ditanya pekerjaannya apa jawab aja pedagang).

Saya putuskan untuk mengambil vaksin dari desa. Karena jatah vaksin dari kantor suami belum ada kejelasan. Sementara, paksu sering keluar kota untuk urusan kantor. Jadi, biar saya tenang, datanglah saya ke Puskesmas desa Pepe untuk vaksin.

Sesampainya di puskesmas, saya bertanya ke pak satpam.

“Pak, kalau mau vaksin parkir dimana?”

“Vaksinnya habis bu”

“Loh ya, baru kemarin dikasih tahu ada pak”

“Iya habis bu, belum tahu ada lagi kapan. Nanti tak kasih tahulah bu kalau sudah ada”, jawab pak satpam sambil senyum cengengesan.

Pulanglah saya dengan senyum kecut.

Saya sebenarnya bukan termasuk golongan rentan yang mendapat jatah vaksin. Informasi dari desa setempat, banyak lansia, atau orang yang diprioritaskan untuk divaksin, tapi tidak diambil. Lebih tepatnya, takut efek samping setelah divaksin.


Kabar hoax yang banyak beredar di masyarakat, membuat banyak orang enggan untuk melakukan vaksinasi.

“La lek aku vaksin mbak, mengko mumet, panas malah gak iso nyambut gawe, terus aku mangan opo?!”, (kalau saya vaksin mbak, nanti pusing terus malah gak bisa kerja, nanti makan apa) kata bu Farida pekerja yang membantu saya di rumah.

Barangkali, orang-orang yang tidak mau divaksin punya pemikiran sama dengan bu Farida. Alhasil, vaksin yang tersedia, diberikan kepada orang yang mau saja. Meskipun tidak masuk prioritas untuk mendapat vaksin. Contohnya, tenaga medis, guru, lansia, pelaku ekonomi seperti pedagang, atau pekerja yang banyak bersentuhan di ruang publik.

Vaksin Pertama

Kira-kira sebulan kemudian, tepatnya sebelum hari raya Idul Fitri tahun ini, suami sudah mengantongi jadwal vaksin pertama dari kantor. Paksu bekerja di sebuah perusahaan Event Organizer di Surabaya. Mobilitasnya tinggi. Sering keluar kota.


Jadi, suami termasuk orang yang mendapat prioritas untuk vaksin. Sedangkan saya, juga mendapatkan jatah karena tinggal serumah, karena resiko penularan tinggi.

Lokasi suntik vaksin pertama berada di kantor Gubernur Jawa Timur, jalan Pahlawan 110 Surabaya. Kira-kira 200an orang mendapat jatah vaksin hari itu.

Saya sempat deg-degan saat memasuki ruangan. Maklum, sudah lama tidak bersentuhan dengan jarum suntik. Terakhir, waktu Caesar anak kedua 3 tahun lalu.

Sebelum disuntik, penerima vaksin harus melewati serangkaian proses. Ada 5 tahapan yang harus dilewati.

1. Verifikasi Data

Setelah memasuki ruangan, data akan diperiksa. Data yang dibutuhkan antara lain, KTP, Kartu BPJS, dan Kartu Keluarga. semua data tersebut dikoordinir oleh kantor suami. pengecekan dilakukan apakah data yang diterima sesuai dengan orang yang akan menerima vaksin.

2. Cek Kesehatan

Untuk memastikan kondisi badan fit saat menerima vaksin, petugas melakukan pengecekan suhu tubuh dan tekanan darah. Suhu tubuh tidak boleh lebih dari 37°C. tekanan darah dibawah 180/110MmHg.

Nah, karena deg-degan, tekanan darah saya tinggi, 190/110MmHg.

“Punya riwayat darah tinggi bu?”, tanya petugas vaksin

“Gak dok, saya malah darah rendah”

“Kok ini tensinya tinggi ya sampai 190, istirahat dulu sebentar ya, nanti tensi lagi”, kata petugas

Setelah kira- kira 10 menitan, saya dipanggil kembali untuk cek tekanan darah. Sayapun sudah merasa siap untuk divaksin. Hasilnya, tensi saya 120/110MmHg. Artinya, aman buat divaksin.

3. Tanda Tangan

Tahap selanjutnya adalah tanda tangan nokta persetujuan. Di tahapan ini petugas memberikan beberapa pertanyaan. Antara lain, kondisi fisik saat itu, apakah punya penyakit bawaan atau komorbid, tidak sedang batuk atau flu.

Kemudian petugas menyodorkan form digital untuk ditandatangani sebanyak 2 kali, setelah sebelumnya centang sana sini.

4. Vaksin

Proses selanjutnya, suntik vaksin. Sebelumnya, saya bertanya apa jenis vaksin yang dipakai.

“Sinovac bu, dari Biofarma”, kata petugas ramah.

Oh, aman pikirku.

“Tahan sedikit ya, tarik nafas panjang” kata petugas menenangkan

Sepertinya petugas melihat gelagat saya agak kaku saat mau disuntik. Ya maaf bu, grogi.

Sebelumnya, saya sempat melakukan survei kecil-kecilan tentang beberapa jenis vaksin. Bu Agung, tetangga saya di cerita awal, mendapat vaksin Astra Zeneca di Puskesmas. Sehabis vaksin, ia harus menenggak parasetamol agar tidak berlanjut demam seperti suaminya. Maklum, ibu-ibu haram hukumnya sakit.

Sedangan vaksin jenis Sinovac, dari beberapa sumber yang saya baca relatif tidak memiliki efek samping. Kalaupun ada, levelnya di bawah Astra Zeneca. Seperti lapar, tangan pegal, ngantuk atau pusing.

Tentu ini tergantung kekuatan fisik masing-masing ya. Masih perlu penelitian lebih lanjut lagi.

5. Sertifikat Vaksin

Setelah selesai, saya disuruh menunggu untuk mendapat sertifikat vaksin. Sertifikat ini yang nanti akan digunakan untuk mendapat vaksin tahap dua. Jadwalnya, satu bulan setelah vaksin pertama.

Sertifikat juga bisa didownload. Para penerima vaksin akan mendapat sms yang berisi pemberitahuan tentang sertifikat vaksin dari pedulilindung.id. Tinggal klik, langsung bisa ditampilkan sertifikat vaksin, lengkap dengan akses data berupa barcode.


Sebaiknya, tidak usah mengunggah sertifikat vaksin di sosial media. Kalaupun perlu, tutupi data pribadi seperti nomor KTP dan barcode yang tertera. Biar data kita gak dipakai orang yang tidak bertanggungjawab. Kan gak asik habis vaksin, terus unggah sertifikat, besoknya tiba-tiba dapat telpon tagihan dari pinjol. Sungguh ending yang ‘mengharukan’.

Efek Samping Vaksin Pertama

Beberapa saat setelah menerima suntikan, saya tidak merasakan efek berarti. Tangan agak kemeng saja karena disuntik. Oh iya, lapar. Tapi masih dalam tahap wajar. Mungkin karena lama menunggu antrian tanpa konsumsi (rolling eyes).

Sedangkan suami juga merasakan hal yang sama, ditambah ngantuk berat.

Vaksin Kedua

Tepat satu bulan setelah vaksin pertama, saya dan suami mendapat jadwal vaksin kedua. Lokasinya sama di kantor Gubernur Jatim.


Kali ini, saya sudah lebih siap dibanding vaksin pertama. Gak pakai drama deg-degan dan harus menunggu tekanan darah turun karena ketakutan. Duh memalukan. 

Tahapan vaksin kedua ini sama persis dengan vaksin pertama, 4 tahap. Bedanya, ada pertanyaan tambahan apakah ada efek samping saat mendapat vaksin pertama. Sayapun menjawab tidak.

Efek Samping Vaksin Kedua

Nah, untuk vaksin kedua ini saya merasakan efek samping yang cukup mengganggu. Tangan kiri bekas suntikan rasanya pegel, kemeng luar biasa. Sampai meringis saat digerakkan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Sehari setelah vaksin, tangan sudah normal kembali.

Selain itu, kepala pusing. Kalau jalan, bumi seperti bergoyang. Meskipun gak sampai jatuh. Perut juga berasa mual. Padahal lapar. Jadi saya siasati dengan makan sedikit tapi sering, biar gak muntah.

Efek lain yang susah ditahan, ngantukkkkkkk.

Eh tapi, saat sampai dirumah, saya masih sempet masak nasi goreng sesuai request anak mbarep. Rasa pusing dan kantuk ternyata masih bisa dikontrol kok. Dengan kata lain, emak-emak dilarang mbliyut mbliyut. Baiq….

Suami juga merasakan efek yang sama. Bedanya, doi gak masak nasi goreng sambil merasakan bumi bergoyang. Tapi, langsung cap cus ngantor sampai malam. Beda sensasi aja sih.


Efek ini saya dan suami rasakan sesaat setelah vaksin. Besok harinya, kondisi sudah normal kembali. Pekerjaan rumah siap menanti.

Itu tadi pengalaman vaksin lengkap saya dan suami. Semoga, ikhtiar ini bisa mengurangi resiko penularan sekaligus menjaga kesehatan. Biar gak gampang ambruk. Kalaupun boleh berharap lebih, pandemi covid-19 segera berakhir. Kita bisa beraktifitas tanpa was was. Seger waras.

Ada yang sudah vaksin lengkap?! sharing yuk..

Salam sehat.






























Gemar Membaca Bersama Let’s Read Indonesia

23 komentar


“Buk apa ini?”

“Burung hantu”

“Kalau ini?”

“Burung kakaktua”

“Hinggap di jendela?”

“Hehehe.. iya”

Begitulah penggalan dialog saat si anak lagi dibacakan buku. Anak kedua saya, Inara (3) sudah mulai bertanya ini dan itu. Apalagi saat dibacakan buku. Buku-buku bergambar milik kakaknya, sudah berhasil ia konsumsi.

Berbeda dengan Inara, anak pertama saya, Zafran (7) sudah bias membaca sendiri. Ia tidak lagi tertarik dengan buku cerita bergambar, karena sudah bisa membaca sendiri.

Saya memang sudah membiasakan kedua anak ini untuk mencintai buku. Buku-buku bergambar saya siapkan di rak yang bisa dijangkau mereka. Awalnya, buku-buku itu hanya dipindah lalu ditumpuk dan dibuat berbagai macam mainan. Lambat laun, mereka mengambilnya untuk dibaca.

Ya tentu prosesnya tidak sederhana. Tapi saya yakin mereka berdua akan selalu belajar dengan cara mereka sendiri.


Membacakan buku sejak dini menurut saya sangat penting. Saya sendiri merasakan gak enaknya suka baca pas usia sekolah. Saat masuk usia sekolah saya sudah disodori buku pelajaran yang isinya. Pancasila adalah bla bla bla atau arti metamorphosis. Sungguh mumet.

Membaca buku pelajaran itu sangat tidak menarik. Berbeda saat saya membaca komik, cerpen atau cergam.

Ya karena dari kecil memang tidak dibiasakan membaca. Saya baru suka membaca waktu SMP. Buku pertama yang saya baca adalah serial lupus punyanya Hilman. Ceritanya lucu. Sesuai dengan konflik keseharian. Dari Lupus juga saya jadi pengen punya kakak cowok. Padahal saya anak pertama. Hahaha.

Serial Lupus mulai anak-anak sampai dewasa, saya sudah khatam. Bahkan tebak-tebakkannya masih inget sampai sekarang. meskipun udah gak lucu lagi sih kalau dibuat joke.

Dari dua pengalaman inilah saya berfikir bahwa membaca seharusnya menyenangkan dan bisa dilatih sejak kecil. Buku adalah jendela dunia bukan istilah isapan jempol semata. Dari buku kita banyak tahu tentang dunia.

Dari buku juga kita bisa pergi ke belahan dunia manapun dengan pengalaman imajiner yang luar biasa.


Nah, kebetulan, kemarin ada acara seru yang saya ikuti. “Let’s Read Online Blogger Gathering” bersama Let’s Read Indonesia dan Blogger Perempuan Network (BPN). Temanya tentang buku: bekal anak bertumbuh.

Dalam online gathering tersebut, saya bersama puluhan blogger perempuan lainnya mendapat banyak ilmu menarik tentang tips mengajak anak gemar membaca dari Ibu Roosie Setiawan, Founder Reading Bugs dan pegiat Read Aloud Indonesia dan juga Elsa Agustin dari Tim The Asia Foundation Indonesia.

Let’s Read Online Blogger Gathering


Ada fakta menarik yang disampaikan Ibu Roosie. Bahwa kita hanya membutuhkan waktu 5 sampai 15 menit untuk membacakan cerita pada anak setiap hari. bukan berjam jam lo. Tapi cuma beberapa menit saja. secara konsisten setiap hari.

Dengan membiasakan membaca dan bercerita, akan meningkatkan kemampuan berbicara anak. Yang lebih penting, anak akan belajar kosakata baru. Ini sangat penting untuk melatih kemampuan berbicara anak.

“Pengalaman menyenangkan saat membacakan cerita pada anak lambat laun akan membuat anak gemar membaca”, Kata Ibu Rossie.

Serunya, di era digital seperti saat ini, membaca buku bukan lagi jadi hal yang merepotkan. bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun. Bahkan bisa memilih beragam cerita hanya dengan satu jari. Ribuan buku, ada dalam genggaman.

Pakai ini nih…

Aplikasi Let’s Read Indonesia

Let’s Read Indonesia adalah perpustakaan digital kumpulan buku cerita bergambar anak persembahan komunitas literasi dan The Asia Foundation.



Aplikasi ini diprakarsai oleh Book for Asia yakni program literasi yang telah berlangsung sejak 1954. Program tersebut menerima U.S. Library of Congress Literacy Awards atas inovasi dalam promosi literasi pada Desember 1997.

Buku-buku di aplikasi Let’s Read Indonesia bisa diunduh, dicetak dan disebarluaskan secara gratis. Bisa diakses melalui Android dan website. Buku-buku ini dapat digunakan sebagai bahan ajar di sekolah, seperti taman kanak-kanak atau PAUD, atau sebagai kegiatan seru di Posyandu.

“Tapi, buku-buku di Let’s Read Indonesia dilarang keras untuk diperjualbelikan,” kata Elsa Agustin, Tim dari The Asia Foundation Indonesia.

Buku-buku cerita bergambar di Let’s read Indonesia ini sangat cocok untuk usia PAUD dan sekolah kelas rendah atau SD kelas 2 atau 3. Karena kebanyakan bukunya berisi ilustrasi daripada tulisan. Hal ini membuat anak usia dini semakin tertarik untuk membaca buku.

Tema Buku Cerita di Let’s Read Indonesia

Let’s Read Indonesia memberikan beragam pilihan buku cerita anak dengan tema yang lengkap. Berikut pilihan tema yang bisa disesuaikan dengan minat atau keinginan anak. Saya biasanya membiarkan anak memilih. Mereka akan memilih gambar yang menurutnya menarik.

1. Melangkah Bersama

Cerita bergambar ini berkisah tentang kesehatan, keluarga, persahabatan, dan komunitas yang mengingatkan kita pentingnya saling membantu untuk bisa melangkah bersama. Misalnya, Our Family, How Do You Feel?, A Good Friends, dll.


2. Kesehatan

Cerita bergambar dan kegiatan membaca pilihan mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Seperti cerita tentang mendengkur, gosok gigi, bahkan virus covid yang dilengkapi dengan gambar yang menarik.


3. Berpikir Kritis

Cerita bergambar dan kegiatan membaca pilihan untuk membantu anak mengembangkan keterampilan berkreasi, berimajinasi, dan memecahkan masalah yang krusial di abad 21. Contohnya, The Greedy Little Octopus, Quest to Find the Sun, Bora and the Dolpin Friends, dll.

4. IPTEK

Koleksi cerita bergambar dengan karakter beragam mengenai sains, teknologi, teknik, dan matematika. Seperti, Ammachis’s Amazig Machine, The Magic Block, Finding Pluto dll.

5. Ketangguhan

Cerita bergambar dan kegiatan membaca pilihan kami untuk membantu anak membangun sifat tangguh ketika berada dalam situasi sulit. Contohnya, Brave Bird, Phoe Tar Lay is Smiling Now.

6. Pilihan Kami

Cerita bergambar pilihan untuk menghidupkan imajinasi dan mimpi besar buah hati. Seperti, Tory the Brave, Expedition of Tiwi and Boni dan masih banyak lainnya.


Seru sekali bukan, anak-anak bisa memilih beragam cerita dari aplikasi Let’s Read Indonesia. Dengan membaca beragam cerita bisa menjadi bekal anak bertumbuh nantinya.

Tapi, untuk membacakan buku kepada anak sekaligus merangsang anak untuk gemar membaca gak bisa sembarangan lo. Ada caranya. agar anak tertarik dan selanjutnya senang membaca.

Apa itu?

Metode Read Aloud

Read aloud adalah metode membaca nyaring. Membacakan buku dengan nyaring dan intonasi sesuai dengan buku yang dibaca. Membaca dengan metode ini membuat anak lebih mudah memahami alur cerita dan tentunya lebih menarik anak untuk membaca dengan cara yang menyenangkan.

Dalam hal ini, Ibu Roosie Setiawan, Founder Reading Bugs dan pegiat Read Aloud Indonesia menjelaskan pentingnya read aloud untuk metode membacakan cerita kepada anak.

“Read aloud merupakan proses menuangkan kemampuan literasi sejak dini. Tahapnya mulai dari listening (mendengar atau menyimak) melalui kosakata, speaking (berbicara), reading (membaca), dan writing (menulis),” kata ibu Roosie.


Untuk mempraktekkan metode ini, bu Rosie membacakan cerita bergambar dari aplikasi Let’s Read Indonesia berjudul Daisy yang hebat. buku sepanjang 19 halaman ini habis dibaca sekitar 10 menit.

Dengan intonasi yang seru dan menyenangkan, bu Rososie mampu menghipnotis peserta online gathering untuk ikut menyelami karakter dan alur cerita dalam buku cerita bergamar tersebut. Saya yang mendengarkan merasa senang, kesal campur aduk sesuai dengan cerita yang disajikan.

Inilah yang menjadi tujuan metode memabacakan nyaring atua read aloud. Anak-anak seperti dibawa berpetualang sesuai dengan cerita di buku yang dibacakan. Yang tak kalah penting, ada interaksi antara orang tua dengan anak.

Tahapan Read Aloud

Untuk membacakan nyaring, kita tidak bisa serta merta memaksa anak untuk langsung mendengarkan dan paham apa yang ada dalam buku. Tahapan membaca read aloud perlu diperhatian agar anak senang mendengar sekaligus berinteraksi saat membaca cerita.


Oleh karena itu, sebelum membacakan cerita, sebaiknya ibu memilih buku cerita sesuai dengan usia anak. jika perlu, ajak anak untuk memilih cerita yang diinginkan. Biasanya mereka akan memilih buku dengan sampul menarik dengan ilustrasi dan gambar yang lucu.

Kenalkan anak dengan isi cerita sesuai dengan bacaan yang mereka pilih. Atau ibu juga bisa memilihkan buku cerita yang menarik. Kalau saya biasanya akan memilih tema dengan ‘pesan sponsor’.

Misalnya, saat ini, Inara, usianya 3 tahun. akhir akhir ini dia selalu minta gendong sebelum tidur malam. nah, acara gendong menggendong tadi saya ganti dengan membacakan buku bertema Aku Berani Tidur Sendiri. tujuannya agar dia mulai membiasakan diri untuk tidur di Kasur tanpa perlu drama gendong.


Selain itu, saat membacakan buku, lakukan dengan dua arah. Pancing dengan pertanyaan atau diskusikan hal-hal yang sekiranya membuat dia tertarik untuk tahu lebuh jauh.

“Yang terpenting, jangan memaksa anak untuk membaca. Jika anak sangat aktif, tidak mau duduk mendengarkan, biarkan saja, teruskan membaca, nanti si anak akan tertarik dengan sendirinya. Yang penting konsisten ya bu”, kata bu Roosie.

Wah lengkap banget nih online gathering kali ini. Let’s Read Indonesia menyediakan beragam buku bergambar dengan cerita menarik, plus metode membaca read aloud. Anak-anak pasti suka.

Ada yang sudah download apliaksi Let’s Read Indonesia? Sharing yuk di kolom komentar…