Ribet Aturan Mudik? Gak Usah Mudik Dulu

4 komentar


“Buk, nanti kalau korona sudah hilang, kita ke rumah ninik ya. Aku mau bawa mainan kardus biar bisa main sama temen-temen disana”

“Iya, sekarang doa yuk, biar koronanya cepet ilang”

Anak sulung saya sudah kebelet pengen mudik ke rumah niniknya. Ninik adalah sebutan untuk mbah putri di keluarga saya. Tiap tahun, kami selalu mudik ke Tulungagung. Kebetulan, suami juga dari kota yang sama.

Bagi anak seusianya, mudik berarti bermain dengan keluarga dan teman baru di kampung halaman. Anjangsana kerumah saudara, bermain sepuasnya, dan bebas makan makanan apapun.

Dua anak saya ini punya bakat alergi. Meskipun sudah lumayan membaik, tapi beberapa camilan masih saya larang. Seperti coklat dan buah yang mengandung getah.


Nah, saat lebaran, aturan itu sedikit longgar. Maklum, banyak godaan. Yang penting gak berlebihan. It’s oke. Jadi, momen lebaran seperti ini yang selalu ditunggu-tunggu sama mas Zafran.

Bagi saya, momen pulang kampung saat lebaran adalah saatnya melepas kangen dengan keluarga. duh, kangen banget sama ibuk. Pulang terakhir saat adik nikah akhir tahun lalu.

Kalau sudah berkumpul dengan keluarga besar pasti banyak cerita. Banyak kejadian seru yang hanya didapati saat lebaran.

kudapan seperti tapai ketan, rengginang, sama madu mongso, menjadi buruan saya saat anjangsana kerumah mbah-mbah sepuh. Kalau sudah kum[ul sama keluarga suka lupa umur. Hihihi.


Tunda mudik

Tahun ini, momen mudik lebaran sepertinya musti di tunda. Pandemic virus covid-19 masih terus merajalela. Pemerintah bahkan menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap kedua. Meskipun, kenyataan di lapangan berbeda. masih banyak kerumunan, bahkan jalanan masih macet.

Kemarin pagi, saya pergi ke SD yang akan mejadi sekolah baru mas Zafran tahun ini. jalan pintas masuk perumahan yang biasa dilewati, tutup total. Saya musti cari jalan memutar untk sampai kesana. saya kaget dong. Jalan besar menuju sekolah macet. Seperti hari-hari biasanya. Tidak ada penurunan volume kendaraan. Bahkan warung makanan di kanan kiri jalan juga buka. Meski ditutup dengan kelambu.

Kebijakan PSBB sepertinya tak lantas membuat orang berdiam di rumah. saya maklum sih, karena banyak pekerja harian yang musti keluar untuk bekerja. tapi, kenapa yang tidak berkepentingan bisa leha-leha nongkrong pinggir jalan?!

Situasi sulit ini menjengkelkan. Saya yang tiap hari berusaha di rumah saja, jadi gemas lihat orang-orang masih macet-macetan di jalan. Ini mau sampai kapan virus berakhir?

Apa ini juga yang dinamakan berdamai dengan virus? social distancing bahkan seperti angin lalu kalau sudah lihat kenyataan di jalanan.

Padahal, aturan untuk keluar wilayah yang menerapkan PSBB ini ketat sekali. Seperti infografis yang saya dapat dari laman resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Sumber: covid19.go.id
Ribet sekali menurut saya. barangkali memang dibikin seperti itu agar orang berpikir dua kali untuk bepergian atau mudik ke kampung halaman.

Oke, saya memang tak bisa membuat semua orang patuh terhadap aturan. satu-satunya jalan, ya saya sendiri musti ikhtiar. Saatnya memikirkan diri masing-masing dan keluarga terdekat.


Tahun ini, kami sekeluarga memutuskan untuk tidak pulang kampung. Semoga ikhtiar satu keluarga ini bisa menekan angka penyebaran covid-19. Saya selalu menempatkan diri sebagai carier virus, agar lebih hati-hati saat mau keluar atau melakukan kontak dengan orang lain.

Mudik tahun depan

Meski virus covid-19 ini belum bisa diprediksi kapan selesai, tapi, saya berharap tahun depan, bisa puasa Ramadan dan berlebaran tanpa was-was lagi.


Berkumpul dengana keluarga besar. ngobrol kesana kemari sambil menikmati suasana kampung halaman yang damai. Jauh dari keramaian. Bisa anjangsana kerumah saudara, menikmati sajian khas lebaran yang tidak ada duanya.

Semoga, anti virus covid-19 ini segera ditemukan. Agar kurva penderita bisa melandai dengan sempurna. Belum ada yang bisa memastikan. Tapi, hapan akan selalu saya sematkan. Bebarengan dengan doa-doa bulan Ramadan. Semoga diijabah oleh sang Maha Merencanakan.

Gak usah mudik yuk, tahan diri dulu. kamu punya cerita apa nih. Sharing yuk…






Sumber:  
https://covid19.go.id/p/protokol/bepergian-lintas-wilayah-saat-psbb-dokumen-ini-syarat-mutlak




4 komentar

  1. selain ribet juag masih perasaan was2

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak mending di rumah saja lebih tenang :-)

      Hapus
  2. Sedih ya mba.. aku udh speechless Ama orang2 yg ttp nekad kluar, ga pake masker, ga ada jaga jarak, seakan memang ga ada apa2 :(. Aku rutin traveling biasanya, tp karena wabah, aku rela hrs off dulu sampe virus ini bener2 mereda.

    Krn aku mikirin anak2ku , ga pengen mereka ketularan penyakit berbahaya gini. Rela dan ikhlas ga bisa ketemu ortu di Medan, bahkan Ama mama mertua yg rumahnya cm 5 menit jalan kaki, aku blm ketemu LG 2 bulan ini. Krn takut aja mama mertua kenapa2 kalo kami kesana :(.

    Nth sampe kapan virus ini bisa hilang, krn yg aku liat orang2 kayak ga peduli :(.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mbak. kita udah ikhtiar sekuat tenaga tapi orang-orang diluar sana malah seperti gak peduli. akhirnya sih klo aku jadi bodo amat mbak. yang penting keluargaku aman. duh! mau gimana lagi. aturan pemerintah juga gak bisa tegas. kita berjuang sendiri mbak. semangat... semoga segera membaik. amin...

      Hapus