Berat badan (BB) anak
sepertinya menjadi masalah tiap buibu dengan balita. Rasanya, pengen deh naikin
BB anak semudah bikin garis ke atas kurva tumbuh kembang. Tapi, kenyataannya
tidak begitu Maria. Ada drama dibalik tiap usaha. Segala cara dan jurus sudah
dikeluarkan sekuat tenaga.
Nah, ini adalah
pengalaman saya menyapih Inara (2). Sekaligus menaikkan BB-nya yang sudah
diambang garis kuning kurva.
Baca juga: Menghadapi Fase Terrible Two Si Kecil
Kok bisa? Begini
ceritanya.
Sewaktu panas demam kapan
hari, saya pergi ke dokter. Setelah diperiksa dan mendapat diagnosa, saya
curhat tentang BB Inara. Singkat cerita, saya disarankan oleh dokter untuk
segera menyapih Inara.
Baca juga: Pertolongan Pertama Anak Kejang Demam
Kenapa? dokter melihat BB
Inara sudah memprihatinkan. Hiks… Padahal, saya kepingin Inara lepas asi dengan
sendirinya. Seperti masnya yang butuh waktu 2,5 tahun untuk bisa lepas sendiri. Tapi, kondisi Inara berbeda.
Baca juga: Kunjungan Ke Dokter? Ini Yang Perlu Disiapkan
Usia inara saat itu 2
tahun kurang 3 bulan. Pengennya ngasi terus. Sedangkan produksi asi saya sudah
tidak sebanyak dulu. Kata dokter, di usia Inara, asi hanya memberi 30 persen
asupan yang dibutuhkan tubuh. Sisanya, didapat dari makanan yang dikonsumsi setiap
hari. Sedangkan Inara maemnya susah sekali. Sebenarnya juga sudah saya kasih
susu formula sebagai tambahan. Tapi, minumnya tak lebih dari 200 ml per hari. Seringan
kurang, itupun minumnya agak maksa.
Masalahnya, kalau pas
lapar, dia lebih memilih nenen daripada mengunyah makanan. Lalu bablas tidur. Nah, ini yang membuat BB seret naiknya. Sudah makannya susah, asinya gak cukup,
susunya sedikit masuk. Lengkap sudah.
Fyi, berat badan Inara 8,5
kg. Padahal usianya sudah 21 bulan. berat badan ini sudah masuk garis kuning di
kurva tumbuh kembang. Masuk -2sd, berdasar kurva pertumbuhan WHO. Galau dong saya.
Menurut dokter, jika BB
inara stagnan di angka tersebut selama 2-3 bulan, musti ada pemeriksaan lebih
lanjut. Apakah ada infeksi atau TB. Lemes saya dibilang gitu bu.
Akhirnya, saya ikuti
saran dokter untuk segera menyapih inara. Dokter menyarankan untuk mengurangi
nenen di siang hari. Malam hari, bisa dikurangi secara berkala.
Lalu, bagaimana saya
menyapih Inara dengan indikasi seperti di atas?
Sounding
Sering sekali saya
bilang, asinya ibu sudah habis nak, Inara sudah besar, kalau sudah besar minum
susu, kalau minum susu yang banyak bisa naik sepeda kayak mas.
Di awal-awal sounding,
lumayan berhasil. Tapi saat malam tiba, dia mulai ‘sakau’. Dan saya tidak tega.
Seminggu pertama, gagal sapih.
Sabar
Ini selalu dibutuhkan
dalam situasi apapun. Sabar menunggu dia paham sudah waktunya lepas dari asi
ibuk. Saya gagal di minggu-minggu pertama saat menyapih. Lalu, intensitas nenen
siang hari sudah berkurang banyak. Meskipun malam hari, dia masih saya kasih
Asi saat bangun malam dan rewel.
Jangan dipaksa
Ini tidak bisa. Saya ‘terpaksa’
memaksanya lepas dari asi agar mau makan banyak. Salah satunya dengan mengoles
minyak telon di puting payudara saya. Ini saya lakukan sekitar 3-4 kali. Setelah
itu, saya kasian. Lalu, gagal sapih lagi.
Kalau lihat mukanya melas
gitu saya jadi lembek buat ngasih asi lagi. Tapi yasudah, dua-duanya memang
musti punya tekat kuat buat ‘pisah’.
Setelah drama minyak
telon, saya tidak mencoba cara lain. Seperti dikasih lipstick atau butrowali
yang pahit itu. Saya betul-betul kasihan melihatnya. Dia sampai hafal kalau mau
minta nenen. “Pedes buk” sambil menatap saya dengan berkaca-kaca. Kayak kucing Garfield
sama tuannya. Ya gak tegalah klo begitu.
Jika buibu ada yang kurang
sreg dengan cara ini, silakan. Panduan buku parenting juga tidak mengizinkan
langkah ini. Tapi, saya tahu persis bagaimana situasinya. Tenang, masih under control kok bu. J
Baca juga: Kapok Belajar Ilmu Parenting?
Berhasil!
Butuh sekitar 2 bulan
untuk benar-benar lepas dari asi. Kalau mau tidur, biasanya saya gendong. Atau
dia sudah bisa minta tidur sendiri, sambil elus-elus perut saya. Good girl J
Nah, semenjak berhasil
sapih, maem Inara berangsur membaik. Susu formula sebagai pengganti nenen,
berhasil masuk dengan sempurna. Kadang mau pakai gelas, sedotan, atau botol
susu. Sering minta dibikinin susu juga. Minumnya gak langsung habis sih, tapi
bisa disimpen di kulkas. Barangkali dia butuh jeda.
Kalau mau tidur, biasanya
minum pakai dot, tapi gak lama. Karena dia minta buka dan minum langsung. Ah
baiklah, jadi ibuk gak perlu sapih dot ya nanti hehehe…
Dan buibu tahu berapa
berat Inara sekarang? 9 kilo bu hahahaha. Belum masuk garis hijau sih. Tapi
bukankah ini pertanda baik? Sangat baik malah. Saya rasanya pengen sesumbar ke
seluruh dunia. Sudah berhasil menaikkan BB anak setengah kilogram. Horay!
Naiknya BB inara juga
menjadi sinyal baik. Dia memang kurang asupan. Terutama protein, sebagai
booster BB. Bukan karena ada infeksi atau TB. Selama ini maemnya memang susah,
atau saya yang kurang aware dengan jadwal makan Inara.
Apa saja yang saya
lakukan agar BB Inara naik?
Dokter mengatakan, tidak
ada vitamin penambah nafsu makan. Saya hanya harus punya jadwal makan tetap
inara. Di sela-sela itu, bisa diberi camilan tinggi protein. Seperti keju,
pasta, daging, minus telur. Karena doi alergi. Intensitas minum susu juga
ditambah. Kurangi asupan serat seperti sayur dan buah. Tawari makanan setiap 2
jam sekali.
Baca juga: Camilan Home Made Untuk Anak Alergi
Jadi, saya bikin jadwal
ala-ala sendiri
Pagi setelah bangun,
biasanya saya bikin pasta tambah keju. Dia suka banget. Nanti lanjut sarapan.
Biasanya bareng masnya. Iya, anak-anak saya itu kalau pagi bangun tidur sudah
nyari makanan. Jadi biasanya saya bikin kentang goreng buat masnya dan pasta
buat adiknya. Atau kalau lagi males, bikin roti keju dioles margarin.
Siang makan olahan daging
giling. Saya bikin sendiri. Ditambah sayur yang saya buat untuk sekeluarga.
Sore, makan berat juga. Banyakin lauknya. Malam hari, dia juga ikut makan kalau
masnya maem. Di sela-sela makan berat, selingi minum susu. Lumayan, tiap minum
180 ml. Sehari biasanya habis 3 botol. Malam hari kalau kebangun, dia juga suka
minta susu. Ah leganya.
Pasta keju |
Setelah berjalan sebulan, BB-nya nambah 0,5 kg dong. Jadi pengen bikin medali sendiri terus dikalungin
sendiri buat award. Hihihi.
Baca juga: 6 Tips Menghadapi Mom Shaming
Itu tadi pengalaman saya
menyapih anak dengan indikasi seperti di atas. Barangkali tidak semua anak
punya kondisi yang sama denga Inara. Jadi, jika BB anak stagnan selama 2-3
bulan, lebih baik konsultasikan ke dokter.
Buibu punya pengalaman
sapih atau lagi galau dengan BB anak? sharing yuk…
True banget Kak. Selama mengAsihi makannya bikin pusing 😅 setelah sapih Alhamdulillah lebih lahap 🤗 jd yg masih asi sabar aja dulu kalau anaknya malas makan ðŸ¤
BalasHapusyup, semangat buat buibu yang lagi berjuang dengan BB anak. peluk... :-)
HapusKak. . Saat Ini aku alamin bgd, bayiku usia 9bln bb dr usia 6bln 7.6 ini malah turun 7.4. Dlu mamnya lumayan mau, asiku deres, tp skrg asiku mulai seret, mamnya bayiku jg ogah2an, aku ksh sufor sma sekali gk mau.. Pusing bgd kak, aku braha sapih smpe bbrp x gagal trus krna gk tega bgd liad dan dngr nangisnya yg kenceng bgd, mmg ini bukan pengalaman prtma, krna ini anak ke3 aku, dan semua asi.. Tp kakak2nya dlu bbnya naik wlpn sdkt2 jd aku gk trlu worry.. Apakah mmg hrs aku lanjutkan ya kak menyapih bayiku diusia 9bln?
BalasHapus