belajar bisnis dari emak

Tidak ada komentar

Saya dilahirkan dari keluarga yang tak jauh-jauh dari yang namanya dagang. Bapak dan ibu saya seorang pedagang baju di pasar wage Tulungagung. Keduanya merintis usaha itu dari nol. Bapak bekerja sebagai tukang potong baju di konveksi yang cukup besar di Tulungagung. Sedang ibu, berdagang keliling dari pasar ke pasar, untuk memasarkan baju yang ia ambil dari bos konveksi. Waktu berlalu, hingga keduanya bisa membuat usaha konveksi sendiri di rumah dan membeli kios di pasar.

Usaha yang dirintis berdua terus berkembang. Pesanan baju dalam jumlah besar dari luar pulau jawa mulai berdatangan. Roda berputar. Hingga suatu hari, krisis 1998 mulai meredupkan usaha. Gempuran baju murah impor, kain murah, dan pasar yang mulai lesu membuat sedikit demi sedikit orderan berkurang. Saya tak ingat apa penyebabnya. Tapi kemudian bos besar di daerah Surabaya yang biasa memesan baju untuk dikirim ke luar pulau memutus kerjasamanya.

Cobaan terus datang. Bapak sakit, dan meninggal akibat kanker otak stadium IV saat pemilu 2009. Praktis, kebutuhan keluarga hanya disuplay dari satu orang, ibu. Padahal kami berempat masih sekolah. Saya dan adik saya sedang menamatkan kuliah, dua sisanya masih duduk di bangku sekolah dasar. Roda kembali berputar.

Ibu terus berusaha mencukupi segala kebutuhan. Bangun lagi, dan mulai berjalan. Saat ini, ia menjadi buruh konveksi besar di Tulungagung. Baju yang sudah dipotong, ia ambil untuk dibagikan kepada penjahitnya yang masih tersisa. Tanpa resiko, begitu katanya. Begitu seterusnya. Selain itu, sudah sejak lama ibu menerima order baju seragam TK Muslimat. Karena ia juga seorang guru disana. Baginya menjadi guru itu bukan pekerjaan. Itu hobi, hiburan, ladang ibadah. Kalau kerja ya dirumah, njahit. Sesederhana itu.

***

Singkat cerita, lulus kuliah, saya diterima bekerja di salah satu stasiun tv local di Surabaya. Selang setahun bekerja, saya kepincut bikin usaha. Tak jauh jauhlah dari dagang. Jualan nasi kepal kekinian, sego njamur. Keinginan membuka usaha ini tak sampaikan sama ibu. Tanpa ba bi bu, blio mengiyakan plus modal hihi… sayapun membeli franchise sego njamur dari mahasiswa ITS. Entah kenapa, Ibu semacam selalu punya energy tambahan kala denger peluang usaha baru. Meskipun di awal saya sempat ragu, tapi katanya, segala usaha punya resiko. Tak berani ambil resiko, tak akan kemana mana. Suntikan energy itu yang kemudian membulatkan tekad saya untuk memulai bisnis. Hasilnya?! Pailit. Saya bangkrut. Uang hasil penjualan dibawa kabur penjaga warung yang sudah saya percaya. Marah?! Gak. Sesekali ibu bertanya dan saya jelaskan. Setelah itu tak pernah bertanya lagi. Padahal cicilan modal ke ibu baru dibayar 3 kali hihihi.

Bagi ibu, gagal itu pelajaran yang luar biasa. Belajar segalanya. Mungkin dia tahu anaknya yang satu ini gak suka penjelasan panjang lebar tentang usaha. Jalani, rasakan, belajar, gagal, bangun lagi. Begitu mungkin logikanya. Tapi ya namanya manusia mosok gak ada galau-galaunya. Ada, pasti. Saya belajar banyak sekali dari ibu. Blio orang yang lihai mengatur mood. Kalau penat dengan pekerjaan rumah dan usahanya, keluar. Ketemu sama temen-temenya di pengajian atau khataman Quran. Atau ketemu dengan temen-temenya di organisasi. Ibu kebetulan aktif di muslimat. Mobilitasnya sebagai emak-emak memang josss…

Begitulah caranya menghadapi keruwetan hidup. Banyak masalah dalam hidup, tapi jauh lebih banyak cara untuk menertawakannya. Keluar dan bersenang senanglah sesuai seleramu.

Selepas resign dari pekerjaan sebagai detektif partikelir di salah satu stasiun tv local di Surabaya, saya mulai merintis usaha. Ternyata, keinginan membuka usaha juga didukung lagi oleh emak saya. Setelah mendapat lampu hijau dari suami, saya mulai berdagang online. Cara ini sangat masuk akal saat itu, karena tak meninggalkan rumah. Kebetulan anak saya juga butuh perhatian khusus.

Mendapat modal usaha dari suami, mulailah saya membeli baju dari beberapa distributor, via online. Selang beberapa waktu, Alhamdulillah saya kena tipu lagi. Uang sudah disetor, tapi barang tak kunjung sampai. Akhirnya saya marah sama diri sendiri, teledor, grusa-grusu, gak pikir panjang dan seterusnya dan seterusnya. Ditambah lagi akun facebook saya sebagai garda depan penjualan, kena blokir om Mark. Lengkap sudah… setelah cerita ternyata pak suami gak marah, malah bilang “kurang sedekahe”. Yasudah saya tertawa lagi. Menertawakan diri sendiri yang mulai gak lucu.

Setelah menunggu cukup lama, menunggu ada dana lagi hehe… saya mulai membuat pasar baru. Akun fb baru, fp plus instagram untuk jualan. Kali ini saya mencoba mmebuat baju sendiri. Kebetulan usaha konveksi ibu masih berjalan. Setelah mengungkapkan keinginan, seperti yang sudah diduga, emak saya mengiyakan untuk bekerjasama. Kain yang saya beli via online, saya kirim ke Tulungagung untuk dibuat model baju yang saya contohkan. Tak banyak, awalnya cuma 2m dan laku. Ketagihan, saya putar modal untuk membeli kain lebih banyak. Begitu seterusnya hingga sekarang.
Lebaran tahun ini memberi berkah tersendiri. Dagangan laris manis kembang kimpul. Tapi tiba-tiba ibu saya mengingatkan “dagangan laris ki cobo (cobaan). Kamu lebih milih keluarga apa dagangan”. Jleb. Seketika saya mikir. Bentar aja, gak lama, trus dagang lagi hehe…

Emak saya memang bukan lulusan sarjana. Blio menamatkan sma kemudian menikah. Sekarang, diusianya yg lebih 40 tahun, ia memutuskan untuk sekolah lagi. Sampai sekarang. Mungkin itu adalah salah satu cara memelihara mood diusianya. Belajar adalah cita-cita besarnya sejak awal. Saya tahu, ibu adalah pelajar gaek. Dia banyak belajar dari kehidupan. Semua orang mungkin bisa. Tapi yang mau menerapkan pelajaran yang sudah didapat dengan konsisten dan ikhlas, bisa dihitung jari.
Pelajaran berharga dari emak saya adalah, jangan takut melangkah. Diam membuatmu tak akan pernah kemana-mana. Semua yang dilakukan dan diusahakan punya resiko masing-masing. Hadapi. Tak ada cara menyelesaikan masalah dengan lari. Kalau jatuh, satu-satunya obat adalah berdiri. Berjalanlah, cari pelipurmu sendiri. Dan yang terpenting, menunduklah. Jalanmu ada di bawah. Dan akan selalu di bawah. Berhentilah mengeluh. Itu tak akan merubah apapun. Terus bersyukur, tak ada yang membahagiakan dan melegakan di dunia ini selain bersyukur.


Ibu saya tak pernah bicara seperti itu dengan anak-anaknya. Tapi saya melihat, merasakan, mengamini, kemudian mencoba mencontohnya. Belum semua. Masih jauh. Tapi bukankah kita diberi kesempatan untuk terus belajar?! Apapun, dimanapun, kapanpun. Sehat terus mak. Biar bisa terus jalan-jalan dan tertawa bersama.

happy pregnancy

Tidak ada komentar


Trimester pertama:

Malam takbir membuat idul fitri 1438 H kali ini berbeda. Tuhan memberikan kebahagiaan ganda. pertama, idul fitri adalah moment bahagia karena bisa berkumpul dengan keluarga. Kedua, calon keluarga baru terdeteksi. Alhamdulillah setelah memutuskan melepas KB implant selama kurang lebih 2 bulan, saya positif hamil yang kedua. Menurut bidan, usia kandungan saya masih 5 minggu.

Curiga hamil

Sebelumnya, saya memang sudah feeling bakal hamil. Payudara berasa penuh seperti orang yang mau menyusui. Kepala sering pusing. Dan yang membuat suami heran, saya jadi sering drama kalau lihat anak pertama saya sedang bermain. Semacam, ‘kok anak udah gede ya’, ‘kok sudah pinter ini itu ya’, dan drama-drama lain macam sinetron.
Anak saya juga mengalami perubahan polah. Dia jadi semakin dekat dengan ayahnya. Sehari bisa sampai 3 kali lebih video call sama ayahnya, dengan pertanyaan yang sama “ayah sudah mau pulang?” hahahahaha…. Saat mendengar anak saya main video call begitu, jadi ikutan drama sambil nangis-nangis sendiri.

Kecurigaan saya, tentang kehamilan kedua terjawab setelah suami membelikan test pack. Tepat di malam lebaran. Sebelumnya sebenarnya udah saya minta buat beliin, tapi lupa katanya. Dan begitulah suami menyambutnya dengan syukur. Sembari nanya “mau apa?”, dan lanjut tidur lagi tanpa menunggu jawaban. Begitulah….

Morning sickness

Morning sickness mampir lagi setelah diketahui positif hamil. Padahal sebelumnya juga baik-baik aja. Heran… tapi kali ini lebih ringan dari kehamilan yang pertama. Dulu, saat mencium bau orang masak, langsung muntah. Suami mendekat, muntah. Bau parfum, mabuk lagi. Dan begitu seterusnya sampai kira-kira 2 bulan. Kali ini Alhamdulillah, saya bisa masak, nyium bau suami, nyebokin anak, makan sesukanya meskipun gak berasa apa-apa.

Meskipun mual muntah makin hebat mendekati bulan ketiga, dokter tidak memberikan obat anti mual. Katanya, pokoknya semangat makan apapun yang disuka, es krim, burger, apapun pokok happy. Karena tak suka burger, es krim menjadi makanan pengantar happy, setelah manisan pedas dan empek-empek. dokter juga terus memberikan semangat agar tetap bahagia dan sabar menjalani proses penyesuaian hormon yang sedang berlangsung. “kalau ibuknya teller, perkembangan bayi justru bagus bu” begitu katanya sambil terus senyum. Tanpa Tanya alasan lebih lanjut sayapun mengiyakan sambil bersyukur, karena sempat mengalami flek hebat. Tak lupa, wa suami untuk segera membelikan es krim dengan P.S: yang banyak.

***

Dulu, saat hamil anak pertama, saya masih semangat membaca buku-buku referensi tentang anak. Hamil kali ini, malasnya…. Minta ampun. Cuma browsing-browsing sebentar tentang kehamilan, lalu stalking ig artis. Haish….. mudhorotnya… kegiatan saya. But anyway, saya sempat mengikuti ig salah satu artis beranak satu. Andien Aisyah, anaknya namanya kawa.

Kawa lahir lewat metode water birth. Dalam kesehariannya, Kawa juga terlihat sehat dan aktif. Emang ya bu, rumput tetangga tetaplah lebih hijau. But, apa salahnya kita intipin, kenapa tu rumput bisa hijau gitu. Dalam keseharianannya saat hamil, Andien selalu memperhatikan asupan yang dimakan. But dari seluruh rangkaian proses menjaga jabang bayi, tiap kali ia selalu mengingatkan kepada para ibu atau calon ibu untuk tidak lupa bahagia. Bahagia dengan apa yang sedang dijalani saat ini. Ia pun memang tampak selalu bahagia lewat foto-fotonya di beranda ig. Ya kali… masak pas mual muntah difoto, kan gak da keren-kerennya.

Menginjak usia 5 bulan Kawa juga sudah dilatih makan. Baby led weaning (BLW). Cara ini dipercaya bisa menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan memilih makanan mana yang ingin dia makan. Meskipun, tetap saja, metode ini ada pro dan kontranya.

La terus saya mau ikut-ikut begitu?! Lahiran pake water birth, makan makanan sehat, olahraga ringan untuk ibu hamil, atau sederet rutinitas lain untuk menjaga buah hati?!. Mungkin iya. Tapis saya mungkin tidak bahagia dengan itu. hahaha… ngeles… Saya setuju dengan Andien bahwa setiap proses kehamilan harus dilewati dengan bahagia, happy forever n ever. Maka, saya memilih untuk bahagia dengan cara saya sendiri. Banyak makan es krim, sesekali empek-empek (karena yg enak mahal mak),  malas malasan dirumah, sambil cek akun jualan, dan bermain bersama Zafran. Saya percaya, ibu yang bahagia akan melahirkan bayi yang sehat dan bahagia. Begitu bukan?!. Masalah nanti anak pakai BLW, atau MPASI puree dulu, atau apapun, kalau dilakukan dengan bahagia, everything gonna be easy!. Ya kali…. Hehehe…

Jadi inget kungfu panda There is no secret ingredients, it’s just you.


Lodho Tulungagung

Tidak ada komentar

Sudah lama pengen nulis resep tentang ayam lodho. Makanan khas Tulungagung favorit keluarga. Sejak pindah dan menetap di sidoarjo, kangen rasanya dengan makanan satu ini. Disini gak ada yang namanya lodho, adanya kari ayam. Sekilas memang mirip, tapi rasanya tetep aja beda. Hiks…. Jadi kangen kampung…

Lodho adalah olahan ayam dengan kuah santan kental. Karena kangen lodho, dan belum bisa pulang kampung, sayapun mencoba membuat sendiri lodho ala-ala Tulungagung. Sembari menelpon ibu dan beberapa kali bertanya resep yang pas, sayapun memberanikan diri membuat lodho, dengan resep dan kemampuan memasak yang pas pasan.

Kalau lodho yang asli memakai ayam yang dipanggang, punya saya gak. Karena gak punya panggangan. Jadi. Ayamnya direbus bareng dengan bumbu halus dan kuah santan. bedanya dengan kari ayam adalah, kuah lodho lebih kental. cara merebusnya juga dengan api kecil sampai bumbu benar-benar meresap.

Resep ini, saya dapatkan dari ibu saya. Tapi saya modifikasi sendiri karena beberapa bumbu gak ready di dapur. Dan malas keluar. Bagi emak-emak yang pengen masak lodho, dengan bumbu seadanya, mungkin ini bisa dicontoh, mungkin juga jangan. Karena rasanya bisa saja berbeda dengan lodho yang dimasak di Tulungagung. Ya kali… hahahaha…

foto: http://apel-batu.blogspot.co.id/2015/01/

Resep ini cukup untuk keluarga kecil saya. Suami, saya, dan anak saya yang baru berusia 3,5 tahun.

Bahan-bahan
1.       500g ayam potong sesuai selera
2.       santan kelapa, kental dan encer
3.       laos secukupnya (digeprek)
4.       daun salam 2 lembar
5.       bawang goreng

bumbu halus
1.       bamer 6 siung
2.       baput 5 siung
3.       ketumbar 2biji
4.       kunyit seruas jari
5.       jintan sejumput
6.   merica
7.   ketumbar
8.   garam dan gula secukupunya

cara memasak
1.       Goreng kering (gongso) bumbu halus, laos, daun salam hingga harum
2.    Rebus ayam setengah matang, sampai keluar kotoranya
3.       Masukkan ayam yang telah dipotong. Aduk hingga bumbu rata
4.       Masukkan santan encer terlebih dahulu. 
5.       Masukkan santan kental. Masak hingga matang dengan api kecil. Taburi bawang goreng.

tips: 
jika memakai ayam kampung, tak perlu direbus dulu. kalau pakai ayam potong, saya lebih suka diderbus dulu untuk menghilangkan kotoran (hitam-hitam mengambang)

Jika menyukai rasa pedas, bisa menambahkan cabai merah besar dan kecil. Biasanya, lodho disajikan berdampingan dengan urap-urap. Apalagi jika nasinya gurih. Beh…. Mantap…
Selamat mencoba J






anak dengan hipospadia

Tidak ada komentar

Melalui operasi cesar, putra pertama saya lahir dengan berat badan 2,8 kg. Operasi dipilih karena ia terbelit tali pusar hampir 3 putaran. Dokter menyatakan anak saya lahir dengan hipospadia. Namun, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan. Karena semua fungsi organ vitalnya normal hanya letak lubang pipis saja yang tidak pada tempatnya. Anak dengan hipospadia memiliki lubang pipis agak ketengah. bahkan ada juga yang di pangkal penis. untuk anak saya lubang berada di tengah. Dokter sempat menyarankan untuk disunat, namun dengan berbagai pertimbangan, sunat dinipun urung dilakukan. karena, kelainan ini tidak bisa 'sembuh' hanya dengan sunat. Dokter juga harus menutup lubang pipis yang tidak pada tempatnya itu, kemudian membuat lubang baru pada ujung penis. operasi ini tidak bisa dilakukan di klinik tempat saya melahirkan. Jadi, kamipun mengikuti saran dokter untuk melakukan operasi saat usia sekolah. Setelah mendapat penjelasan lebih lanjut dari dokter, sayapun merawat bocah dengan tanda lahir di kedua lengannya itu seperti layaknya bayi normal lainnya. Namun, Setiap kali pipis, ia selalu menangis, bahkan saat tertidur lelap. kejadian ini tidak saya sadari sejak awal, karena menurut saya, sudah hal biasa seorang bayi menangis saat pipis, mungkin karena tidak nyaman.

Hingga umurnya menginjak satu tahun, kebiasaan tersebut terus berlanjut. Ia tetap nangis sebelum pipis. Seringkali panas tanpa sebab. Bahkan sudah berulangkali melakukan tes urin dan hasilnya bersih. Tidak ada virus atau bakteri dalam tubuhnya. Beberapa jenis antibiotik dan obat penurun panas pun menjadi langganan ketika sakit. Sejak umur setahun, berat badannya mulai susah naik. Rata-rata hanya 300 gram per bulan. Itupun diikuti dengan penurunan 500 gram. Asupan makanan berkurang karena nafsu makannya berangsur turun. Bahkan sempat tak mau makan. Hanya minum asi atau air putih. Saya pun harus extra pintar mensiasati menu makan.

Menjadi ibu dengan anak hipospadia ternyata tidak mudah. Apalagi tanpa didukung lingkungan sekitar. Ketika anak menangis sayapun ikut menangis. Antara bingung dan marah. Bingung bagaimana mengatasi kondisi anak yang sakit berulang. Marah, karena tak tahu harus berbuat apa. Hingga saat kami sekeluarga memutuskan untuk berpisah dari orang tua. Tinggal dirumah sendiri. Persoalan bertambah pelik. Buah hati saya keluar masuk rumah sakit. Mulai panas, diare, hingga flu singapur. Saya dan suami memutuskan untuk rawat inap agar si anak bisa diobservasi dengan baik oleh dokter. Singkat cerita, dokter menyarankan disunat sekaligus operasi hipospadia. Kamipun mengiyakan. Umur 2 tahun lebih sedikit, bocah penyuka karakter Thomas and friends inipun disunat. Di hari dan waktu yang sama, operasi hipospadia juga dilakukan tim dokter. Hasilnya?! Alhamdulillah sekarang anak saya, Zafran Attaya Harnoko, sudah tumbuh normal layaknya anak seusianya. Tangisan tak lagi muncul saat pipis. Nafsu makannya berangsur membaik. Ia juga lebih aktif.

Syukur tak terkira saya panjatkan untuk kesembuhan Zafran. Proses yang panjang dan menguras air mata telah usai. Kini, anak itu sudah tumbuh menjadi anak laki-laki yang ceria dengan segala imajinasinya yang luar biasa.

Menjadi ibu dengan anak hipospadia adalah anugrah yang luar biasa. Kesabaran saya ditempa begitu hebat. Tak ada hal yang paling membanggakan dari ini. Melewati tiap detiknya bersama seorang anak penyuka traktor. Zafran juga sudah mahir membaca gambar. Kerap kali saya memergokinya membaca bukunya melalui ilustrasi gambar. Tak ada moment paling mambahagiakan dan membanggakan dari ini. Saat shalat lima waktu ia juga mulai mengikuti saya dari belakang. Meskipun tak pernah sampai selesai. Saat berada di rumahsakitpun ia meminta shalat berjamaah dengan ayahnya. Meski selang infus menempel di tangan kirinya. 

Suatu hari si bocah sedang asyik mengamati sesuatu.
“Buk, itu lihat ada kereta api di atas” katanya sambil menunjuk bayangan jendela yang mirip dengan gerbong kereta.
 “Oh iya, tapi mana rodanya?” jawab saya merespon
 “gak ada”
“terus gimana jalannya?” saya terus bertanya
“ya gini jekjes… jekjes…” jawabnya spontan


Sayapun terkekeh mendengar jawaban itu. lantas berpikir, memang tak semua pertanyaan harus berhubungan untuk dapat dijawab. Seperti kereta api tanpa roda itu. baginya, bagaimanapun kondisinya kereta akan tetap berjalan jekjes… jekjes… 

selengkapnya tentang hipospadia bisa klik link ini
http://www.alodokter.com/hypospadia

apalah arti sebuah nama

1 komentar
Saya terlahir dg nama rizqillah zaen. Waktu itu, bapak saya males ngurus akta kelahiran, karena ribet dengan urusan birokrasi katanya. Alhasil, embah saya yg ngurusin. Saat melihat nama yg diajukan, blio agak janggal dg nama zaen di belakang. Katanya "iki jenenge sopo". Begitulah kemudian, embah hanya mengajukan kata pertama, rizqillah. Akta kelahiran sayapun hanya ditulis nama itu.
Tidak selesai disitu, nama rizqillah cukup sulit dilafalkan orang jawa. terutama embah saya dan ce es nya (smpe skrg saya gk tahu ce es itu apa. Istilah itu sempat hits di eranya. Artinya kurang lebih teman akrab). Jadilah ibuk saya menambahkan nama alias di bawah nama akte. Rizqillah alias aris. Udh kyk DPO kepolisian 😂😂. Nah, jadi kalau ada yg manggil saya aris, sudah pasti itu tetangga saya. Atau ce esnya embah saya. Bisa juga teman sd, karena letak sd saya tak jauh dr rumah.
Menginjak smp, saya mulai dipanggil dg nama lengkap sesuai akta. Rizqillah. Guru2 jga memanggil dg nama itu, tanpa kurang suatu apapun. hanya pelafalannya yg beda. Rizqillah dg makhroj yg bener atau rizqillah dg makhroj agak wagu 😂.
Selain nama itu, wktu itu jg lg ngetrend dg nama panggilan bapak masing2. Smacam 'olok2' yg membahagiakan 😂. saya dipanggil din, penggalan dr almarhum nama bapak saya zaenuddin. Marahkah saya?! Gak...... bagi saya itu penanda bahwa teman2 bgtu dekat. Smpai thu nama ortu. Nama org tua jg seringkali sebagai penunjuk arah jika ingin bermain kerumah.
Semasa SMA, nama panggilan saya mulai berubah lagi. Beberapa teman smp yg jga se SMA, akhirnya memanggil saya dg nama qilah. Ada juga yg menyingkatnya qil. It's okelah, karena cuma 2 di dunia ini yg dipanggil qil. Saya dan bill 😂😂. Keduanya sukses merambah dunia masing2 😁😁. Allahumma..... amin..... 😇😇
Satu yg tak pernah saya lupakan waktu sma adalah ketika meraih peringkat 42 dari 43 siswa 😂😂😂😂😂. Di kelas 3 pulak 😅. di kelas satu sma, nama rizqillah jg jdi perhatian guru matematika waktu itu. Pak bero namanya. gara2 menjawab pertanyaan sin cos dg jawaban 'saya gak tahu jawabanya pak'. 😂😂😂😂😂.
Entah kenapa, pelajaran matematika sungguh tak 'masuk akal' 😂😂. Belakangan saya tahu saat tes psikologi. Trnyata kemampuan memahami angka saya rendah. Itu berbeda dg kemampuan mengenali warna. Saya faham betul. Seperti merah untuk 100rb, biru 50rb, hijau 20rb 😂😂😂😂😂😂😂😂
Dengan susah payah, sayapun berhasil menamatkan SMA. gagal di SPMB menjerumuskan saya kuliah di brawijaya diploma 3 jurusan sastra inggris. Bertahan sampai setahun, sayapun mengejar mimpi masuk urusan hubungan internasional. Alasannya cuma satu, karena keren.
akhirnya terdamparlah saya di Jember. Entah bagaimana critanya, temen kuliah memanggil saya nenek. Padahal postur dan muka saya unyunya minta ampun 😂😂😂😂😂. Usut punya usut, katanya dagu saya lancip macam nenek sihir 😅😅. Takapalah, sekalian mengingatkan saya bahwa siksa kubur amat pedih 😌.
Selain nenek, ada juga yg manggil fulgoso. Motor honda astrea tahun uzur yg saya pakai tiap hari. Saya lupa bagaimana motor ini tetiba bernama fulgoso. Yg saya ingat itu nama anjing marimar, telenovela paling hits wktu itu. Yg tahu berarti seumuran saya  💃🏽.Eh skrg ada lg ya?! 😂😂.
Cukup lama saya menyelesaikan kuliah. 4,5 tahun. tak lama kemudian saya diterima sebagai video jurnalis atau vj di salah satu tv lokal di surabaya. Jtv. punyanya pak dahlan. saya ingat betul liputan pertama di sungai deket monkasel surabaya. waktu itu tentang limbah sungai yang didominasi popok bayi sekali pakai. di akhir berita, biasanya akan ditulis nama reporter. nama saya dinilai cukup pendek. rizqillah. kata pak korlip, nama yang cuma satu kata itu tak enak didengar pemirsa. seperti, 
"dari surabaya, rizqillah melaporkan". lah kan kayak ada yg ngganjel hahaha... ia pun mencoba menambahkan kata kedua. putri.
"ya salam..... muka rambo gini masak namanya putri mas" begitu kurang lebih obrolan saya waktu itu.
tanpa ada komando dan feeling apa apa, meluncurlah kata zaen di belakang nama saya.
"zaen ae mas jenenge bapakq"
"oke" katanya.

setahun di tempat kerja, saya ditempatkan di pos pendidikan. bersama wartawan pendidikan yang lain, saya dipanggil jesica. wew.... muka maimunah gini panggilan jesica haha... berawal dari liputan sebuah sekolah taman kanak-kanak elit di bilangan surabaya, disitulah awal mula panggilan jesica. saat itu, tiap anak TK sedang di absen gurunya. postur saya yang mirip dengan anak TK inilah yang membuat saya 'kecantol' jadi anak TK. entah bagaimana mereka memilih nama jesica untukku. begitulah, dikalangan wartawan pendidikan surabaya, saya lebih dikenal dengan nama jesica.

sedangkan teman sekantor masih memanggil saya dengan nama rizqillah zaen. sama seperti cita-cita almarhum bapak saya memberikan nama itu. kali ini, tak perlu rubah akte. biarkan jadi cerita saja.
ibu sayalah yang bercerita perihal nama ini. setelah tahu nama saya di tipi rizqillah zaen. blio bercerita bagaimana kata kedua itu bisa sempat hilang dari peradaban.
then time flies......