Management amplop ala IRT

10 komentar
manajemen amplop. gif by canva
Mengelola keuangan rumah tangga itu butuh ilmu. Latihannya, seumur hidup. Ujiannya bisa kapanpun. Kadang, bongkar pasang teori. Nyesuain tips-tips keuangan ala mastah sama kondisi diri sendiri. Kalau gak pas ya bongkar ulang. Paling gak, begitu selama ini saya terapkan. Gak ngoyo harus begini harus begitu. Mulai gak pusing juga sama pakem 40, 30, 20, 10. 40% kebutuhan hidup, 30% cicilan, 20% dana darurat dan investasi, 10% kebaikan. 

Kenapa? soalnya, tiap orang punya kondisi berbeda. Baik penghasilan, lingkungan, dan tentu gaya hidupnya. Tak bisa dipaksa sama. Angka-angka tadi cukup dibikin acuan saja. Jika ada tanda-tanda keluar jalur, berarti ada yang harus dibenahi. 

Baca juga: Membangun Habit Investasi 

Sayapun, masih suka bongkar pasang untuk besaran kebutuhan. Apalagi makin lama, kebutuhan berubah dan bertambah. Seperti anak sekolah, si adik mulai toilet training, biaya setrika baju dll. Tapi satu hal yang saya pelajari dari pengelolaan keuangan selama ini. Disiplin. Mulai dari disiplin mencatat, disiplin mengalokasikan anggaran, dan disiplin untuk tetap konsisten melakukannya.

Manajemen amplop ini adalah pengalaman pribadi saya. Sudah saya lakukan kurleb 4 tahunan ini. Hasilnya, bagus untuk melatih disiplin dan mengubah mindset keuangan saya. Dan terpenting, saya enjoy melakukannya. 


Saat ini, mungkin sudah banyak aplikasi ‘berbasis’ amplop. Alokasi dana masuk bisa langsung dibagi-bagi sesuai kebutuhan via klik. Tapi, mungkin saya masih menganut sistem tradisional. Saya lebih nyaman melihat uang di dalam amplop, daripada melihat angka di layar gawai. Nafsu saya lebih terkontrol untuk tidak beli ina inu, saat melihat duit fisik menipis. Beda banget kalau lihat angka. Kayaknya tangan gatel buat top up hahaha.

Tapi, ada juga uang bulanan di atm. Biasanya, untuk keperluan bayar cicilan dan tagihan bulanan. Kenapa? karena lebih mudah dan murah bayar tagihan bulanan via marketplace. Dapet cashback pula. Sisanya, untuk kebutuhan belanja bulanan. Seperti makan, transport kerja suami dan biaya sekolah anak. Karena saya belanja di pasar, bukan mini market. Biaya sekolah anak juga pake buku spp. Semua saya masukkan amplop dengan rincian detail seperti ini:

1. Belanja makan

Untuk belanja makan, saya kelompokkan per minggu. Bukan per bulan. Menurut saya ini lebih hemat, dan bisa mengontrol belanja mingguan. Saya juga lebih memilih belanja mingguan untuk ke pasar. Karena tak sanggup belanja bulanan. Biasanya, bakal bingung masak apa saking banyaknya belanjaan di kulkas. Atau, bahan baku malah banyak yang rusak karena kelamaan di kulkas. So, belanja mingguan lebih pas di saya.
Manajemen amplop. gif by: canva
Amplopnya saya bagi jadi 4. Minggu 1, minggu 2, minggu 3, dan minggu 4. Ini khusus untuk belanja makanan sehari-hari. Untuk camilan anak, beda lagi. Karena kalau masuk, di 4 amplop itu, bisa bocor semua.

2. Biaya transport kerja suami

Ini saya masukkan amplop transport kerja. Biayanya bisa dihitung dari kebutuhan bensin dan makan siang. Karena suami saya kerja di EO dengan jadwal kerja ‘amburadul’. Kita sepakat untuk menambahkan biaya lain-lain. Seperti makan malem kalau pas lembur, pengen beli camilan fancy (gorengan), atau beli parfum.

3. Uang pendidikan

Biaya seperti SPP dan nabung sekolah. kalau saya ada dua. Karena Zafran sekolah plus ngaji sore. Jadi biaya SPP dan nabung untuk sekolah dan biaya jariyah plus nabung untuk ngaji sore. Jika ada keperluan lain-lain seperti iuran kegiatan mendadak di sekolahan, biasanya saya ambilkan dari uang tabungan. Jadi gak masuk itungan per bulan.

4. Belanja kebutuhan dapur

Seperti gas dan galon. Ini biasanya yang bikin bocor. Dulu, saya gak hitung ini rinci, kebobolan sudah. Sekarang saya sisihkan sendiri. Oiya, ada juga buat air untuk masak. saya beli air khusus untuk masak. karena air pdam gak sreg buat di masak. sedangkan air pompa keruh dan berwarna.
Oiya, ada juga sabun mandi, sabun cuci, minyak, beras, pembersih kamar mandi, pembalut, masuk di amplop ini.

5. Biaya Silaturahmi

Ini sengaja saya sisihkan untuk keperluan 'jalan-jalan'. Kadang jalan-jalan beneran, kadang sekalian jalan-jalan. 


Seperti nikahan temen, jenguk bayi, tetangga sakit atau ultah temen anak. Kenapa gak dikasih nama dana tak terduga? Biar saya mikirnya, bulan depan kita jalan-jalan. Padahal belum tentu juga hahaha. Suka-suka sih, pakai cara yang bisa membangkitkan ghiroh menyisihkan cuan, sekecil apapun. Nama menentukan mindset J

6. Tabungan dan investasi

Sebaiknya, masukkan ini di tabungan yang berbeda dari gaji. Bikin tabungan baru. Langsung masukkan setelah gajian, biar gak gatel buat make. Lebih baik lagi kalau auto debet. Ini sebenernya buat warning saya juga. Masih belum bisa intens menyisihkan. Karena satu dan lain hal. Tabungan ini untuk dana pendidikan dan dana darurat.

Ada juga yang menyisihkan tabungan dan investasi ini di belakang. Artinya, saat semua dana dibagi ke pos masing-masing, dan masih ada sisa, maka masukkan ke amplp ini. beda-beda sih tiap orang. Sesuaikan saja dengan kemampuan.

7. Sedekah

Jangan lupakan ini. Kalau perlu rinci. Uang sedekah hari jumat saat jumatan. Uang kaleng untuk pembanguanan masjid kompleks, dll. Silakan disesuaikan. Semoga bisa bermanfaat untuk sesama.

Yup itu rincian amplop yang saya bagi tiap bulan. Buibu bisa menyesuaikan sendiri dengan kondisi masing-masing. Yang pasti, berapapun penghasilannya, uang akan tetap habis. Jika tidak dikelola dengan baik. Cukup gak cukup itu bukan soal nominal. Tapi cara mengatur cuan itu, biar segala kebutuhan bisa terpenuhi. 

Ada yang punya tips manajemen keuangan lain? Sharing di kolom komentar ya… J

10 komentar

  1. Cocok banget nih aku coba buat mengatur pengeluaran bulanan. Selama ini sering banget kebobolan mulu, pengeluaran bulanan sesungguhnya lebih gede daripada perencanaannya. Thanks buat tips nya ya, mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup, yang kecil kecil sering luput ya. semoga bermanfaat :-)

      Hapus
  2. Wahhh pencerahan sekaliii nihh,, makasiii mom

    BalasHapus
  3. Inspiring mom, caranya persis sama mama saya dulu, ada macem-macem amplop di dompet "rahasia"nya. Boleh dicoba juga nanti pas sudah berkeluarga. Hehe Thanks for sharing mom.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kok saya jadi berasa tua ya hehehe... trimakasih kembali :-)

      Hapus
  4. Mba boleh ga ya di kasih kira2 pengaturan berapa persen dari gaji karena karena contoh yang jalan jalan ga kepikiran berapa persen harus disisihkan hehe makasih sangat bermanfaat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh2 aja sih mbak. kalau pake pakem prosentase ya itu tadi 40,30,20,10. klo aq tak sesuaikan sama kebutuhan. bongkar pasang besarannya, baru nemu formula yg pas sendiri. selamat mencoba :-)

      Hapus
  5. Kalau aku sama juga Mbak, uang yang keluar rekening itu untuk 1 minggu. Minggu depan ambil lagi di atm. Tapi, ya, sering juga bablas sih alokasinya. Tetapi, tetap saja menggunakan ukuran mingguan lebih mudah mengendalikan pengeluaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak lebih ringan menurutku kalau mingguan. Kalaupun bocor, nembelnya gak banyak hehehe..

      Hapus