“Mbak kok bisa sih
bebikinan gitu?” begitu pertanyaan yang masuk ke DM instagram. Saat itu, saya
lagi bikin mainan dari kardus buat anak anak.
Let me tell you a story….
Saya beruntung, sejak
kecil, dikelilingi oleh orang-orang kreatif. Barangkali tanpa sengaja membentuk
saya sampai hari ini.
Begini awalnya…
“Rizqi, ini kok bisa
bikin gini caranya gimana?” tanya salah seorang guru SD saya waktu itu.
Ah, saya ingat betul
momen itu. Kelas 3 SD di pelajaran ketrampilan. Bu guru memberi tugas untuk
membuat ketrampilan berbahan kain. Saat itu saya membuat tempat jarum pentul. Bahannya
dari kain perca. Kebetulan bapak dan ibuk saya punya usaha konveksi. Jadi, tak
sulit menemukan kain perca di rumah.
Tapi, pertanyaan itu
justru berbuntut gerutuan almarhum bulik saya. Saat itu, bulik tinggal di rumah
saya untuk membantu usaha ibuk dan bapak. Kenapa menggerutu? karena ide
pembuatan jarum pentul itu dari dia.
“La kok malah gurumu sing
njaluk warah (kok malah gurumu yang minta diajarin). Kudune kan ya dia yang
ngasih tahu caranya. Lain kali klo ada tugas tapi gak dikasih tahu caranya, gak
usah bikin”. Begitu kira-kira omelannya saaat itu. Sayapun bilang iya biar
omelannya gak berlanjut. Al fatikhah buat bulik Latif.
Sejak saat itu, justru
bulik yang terus ngajarin saya bikin pernik dari kain perca. Saya selalu
semangat bikin. Salah satunya taplak meja dari bahan perca yang dibuat serupa
rangkaian bunga kecil. Hasil karya itu tak lupa saya pamerkan di sekolah. Guru
SD saya waktu itu malah promosi ke guru lainnya. Minta dibikinin taplak meja
serupa.
Senang betul saya.
Cerita berlanjut ke
mainan kardus. Saat itu, di sekolah sedang hits kotak pensil susun yang punya
banyak ruangan rahasia. Bergambar lucu-lucu. Bisa dipakai bolak-balik. Banyak fungsinya.
Rautan, tempat penghapus, sampai ada kotak rahasia buat nyimpen koin. Siapa yang
sudah punya kotak pensil itu, sudah pasti ortunya kaya.
Nah, karena saya pengin
banget punya, tapi belum bisa beli, bikinlah saya dari kardus. Kardus saya potong
sesuai pola. Tempel sana sini lalu jadi. Pamerlah saya ke bapak.
Almarhum bapak
bilang
“Apa bedanya tempat
pensil ini sama yang beneran beli di toko?” tanya bapak
“………………..” saya pura-pura
mikir.
“Kalau yang asli,
dipencet otomatis keluar. la kalau ini dipencet tambah masuk” jawabnya tanpa
diminta.
Kamipun ngakak berjamaah.
Sejak saat itu, saya
selalu senang bikin apapun dari kardus. Tak lupa, saya minta pendapat bapak
atau ibuk untuk melengkapi hasil karya. Seperti membuat frame foto dari kardus.
Ditambah ornament ranting kayu, biji-bijian, kerang, macam macamlah. Seadanya di
rumah.
traktor dari kardus |
Beruntung, saya punya
support system yang yahud untuk ini. itu makanya, saya berusaha gak marah kalau
rumah berantakan gara-gara anak-anak main apapun. Ya meskipun pernah juga
ngomel sih. wajar dong ya kan (tetep cari pembenaran).
Lanjut ke origami.
Mbah saya, adalah mbahnya
kreatifitas. Selalu bisa bikin sesuatu dari barang yang ditemui. Contohnya. Daun
pisang. Dulu, daun pisang sangat biasa ada di rumah. Buat masak atau sekedar
bungkus bumbu dapur. Potongan daun pisang bisa dibuat berbagai macam benda. Seperti
uang koin, kalung, ulat-ulatan. Sampai sekarang, saya masih ingat bikinnya.
Lalu ada lagi, bikin
boneka dari jarik. Jarik adalah selimut dari kain batik. Saya menyebutnya
selimut, karena fungsinya memang buat selimut saat malam hari. Buat si mbah,
jarik juga berfungsi sebagai rok span untuk bawahan kebaya. Beliau biasa
memakainya sehari hari.
Jarik ini, entah
bagaimana cara melipatnya, bisa jadi teddy bear. Sebutan boneka paling hits
saat itu. Meskipun tak punya mata dan mulut, tapi jelas bagian inti tubuh yang
dibuat. Kepala, tangan dan badan.
Mbah juga bisa membuat
pakaian lama tampak baru. Bahasa kerennya sustainable
fashion. Saya ingat betul waktu SMP. Celana olahraga saya sudah tidak
berbentuk celana panjang. Karena postur tubuh mulai meninggi, sedangkan badan tetap
langsing. Jadilah itu celana dipotong sedengkul. Tara… celana pendek baru bisa
dipakai buat main di rumah.
Ada lagi. baju balita
biasanya cepat gak muat. Baju yang gak bisa masuk itu dipotong bagian pundaknya
sama mbah. Lalu ditambahi kancing baju yang dipasang seadanya. Walla… jadilah
bajunya bisa masuk. Masih oke dipake.
Begitulah cerita masa
kecil saya. dikelilingi oleh orang-orang kreatif. Itu sebabnya, saya suka
bebikinan. Mulai dari kardus, origami, atau dari kain perca. Foto dan video
bebikinan saya ada di ig saya @rizqillahzaen
Bebikinan itu juga jadi
salah satu media healing buat saya. kalau lagi suntuk, sumpek sama rutinitas,
saya biasa bebikinan. Sekarang, lagi seneng bikin origami.
Entahlah, kegiatan itu
seperti membawa saya ke masa lalu. Masa kanak-kanak. Saat itu, persoalan
terbesar dalam hidup cuma pelajaran matematika atau salah gunting pola.
Kalau sudah selesai
bebikinan dan lihat hasilnya, rasanya puas. Plong. Tapi, hidup tetap berlanjut.
Face it, and be gratefull with that.
Kalau kamu, lagi suka apa
bu?
Tidak ada komentar