Pengalaman Isolasi Mandiri Dan Pentingnya Social Distancing

2 komentar


Sepulang dari kantor, suami mengeluh badannya meriang. Sebelumnya, memang sudah batuk pilek.

“Badanku kok meriang ya” kata suami.

Saya kasih termometer. Hasilnya, 38 derajat celcius. Jantung saya sudah mau copot. Pandemi virus covid-19 ini membuat saya spaneng klo ada orang rumah yang sakit. Apalagi ciri-cirinya mirip gejala virus corona.

“Sesek gak?” tanya saya

“Gak, tapi kepala pening” jawabnya

Duh!

Saat itu juga, saya suruh suami tidur di kamar depan. Alat makan dan minum saya pisah. Jaga jarak sama anak-anak. Gak boleh dekat-dekat.

Besoknya, suami pergi ke rumah sakit. Tanpa saya temani, padahal, jalan sempoyongan. Gak mungkin juga saya temani karena anak-anak gak ada yang jaga. Mau dititipin ke siapa juga. Terpaksa, ke rumah sakit sendiri. Tiap menit saya wa nanya kabar.

Sampainya di IGD rumah sakit, langsung diperiksa dengan protap covid-19. Petugas berbaju APD lengkap. Cek Suhu badan, rontgen, dan ditanya tentang riwayat perjalanan.

Setelah selesai diperiksa, dokter memperlihatkan hasil rontgen. Ada sedikit flek di paru-paru. Suami memang punya riwayat bronchitis saat kecil. Tapi sudah sembuh. Sebulan lalu baru berhenti pakai vape.

Setelah rangkaian pemeriksaan selesai, dokter menuliskan resep. Parasetamol, obat sinus, obat batuk dan vitamin. Suruh istirahat dirumah. Jika dalam 3 hari belum membaik, cek ke dokter paru.

Setelah pulang, saya tetap memberlakukan aturan yang sama. Tidur terpisah, jangan dekat anak-anak. Untuk menghindari penularan. Meskipun dokter menyatakan, suami hanya sakit biasa. Sinusnya kambuh. Makanya demam disertai pening kepala. Yakan kalau anak ketularan batuk pilek, saya jadi pusing kuadrat.

Tiap malam, saya sering terbangun, seperti mendengar suara orang sesak nafas. Lalu pergi ke kamar depan buat cek kondisi suami. Tapi ternyata suami tidur pulas. Begitu seterusnya sampai kurang lebih seminggu. Saya terlalu parno untuk hal ini.

Alhamdulillah, setelah 3 hari istirahat di rumah dan mengkonsumsi obat, kondisinya mulai membaik. Batuk pilek mulai reda. Panasnya berangsur turun. Tapi tetap saya karantina.

Paling gak sampai 14 hari. Ya meskipun rumah saya gak sebesar punya mbak Nia Ramadhani ya buk, tapi tetap bisa jaga jarak. Anak-anak udah kebelet main sama ayahnya. Saya larang. Pintu kamar ditutup. Buka kalau mau makan atau ke kamar mandi. Anak-anak tetap dirumah, gak boleh main diluar.

Syukurlah, Setelah obat habis, suami sembuh. Sudah bisa beraktifitas kembali. Bermain sama anak-anak, dan bantuin saya nyuci hahaha.

Itu tadi cerita saya menerapkan isolasi mandiri saat suami sakit. Langkah ini sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan. Memang suami saya tidak terjangkit virus corona. Tapi tetap saja, batuk atau flu bisa menular ke orang lain kan.

Jika kondisi tubuh sedang tidak baik, usahakan di rumah saja. Istirahat dan lakukan isolasi mandiri. Pantau sendiri kondisi kesehatan. WHO juga memberikan tata cara isolasi mandiri. Contohnya seperti infografis di bawah ini.
sumber: WHO
Inilah pentingnya melakukan social distancing. Untuk menjaga diri dari menularnya penyakit. Meskipun di rumah, saya juga menerakan social distancing saat suami sakit. Agar saya, dan anak-anak tidak ikut ambruk berjamaah.
__

Penerapan social distancing sangat penting. Terlebih di masa pandemik seperti saat ini. Social distancing sendiri berarti menjaga jarak aman dengan orang lain untuk menghindari tertularnya penyakit. WHO menyarankan untuk menjaga jarak dengan orang lain minimal 1-2 meter.

Melakukan social distancing bukan berearti memutus tali silaturahmi ya. Kita bisa menggunakan media lain untuk tetap keep in touch dengan orang-orang tersayang.


Barangkali ini juga yang menjadi alasan beberapa waktu lalu, WHO mengubah istilah social distancing menjadi physical distancing. Jadi, walaupun kita diminta untuk menjaga jarak, kita tidak sedang diminta untuk berhenti bersosialisasi dengan keluarga, teman atau kerabat secara sosial.

Kita bisa tetap berhubungan dengan mereka meskipun tanpa bertemu secara fisik. Caranya? Bisa video call, telepon, atau bertukar kabar via chat.

Apa manfaat social atau physical distancing?

Virus corona dapat menular lewat cairan. Menjaga jarak aman bisa mencegah penularan. Untuk menambah kewaspadaan, anggalah diri kalian sebagai carier virus. Ini akan membuat kita lebih berhati-hati saat harus berhubungan dengan orang lain.

Dengan terus konsisten melakukan social distancing, semakin ringan pula beban tenaga medis yang saat ini terus bekerja untuk menangani mereka yang sakit. Semoga, ikhtiar ini akan membuat kondisi normal kembali.

Bagaimana cara melakukan social distanding?

Sebaiknya, ikuti himbauan pemerintah untuk di rumah saja. Tapi, jika memang harus bekerja di luar, pastikan melindungi diri dengan baik.

Seperti, tidak bergerombol lebih dari 5 orang, tidak pergi ke kerumunan, menggunakan masker, dan menerakan hidup bersih. Mencuci tangan secara teratur setelah melakukan aktifitas diluar. Segera mandi sesaat setelah sampai di rumah. Jangan sentuh apapun di rumah, sebelum membersihkan diri.


Hindari berjabat tangan, cium pipi atau berpelukan saat bertemu dengan teman atau keluarga. Ini untuk mencegah virus menular. Siapa tahu, di tangan, pipi, baju atau benda-benda yang sering tersentuh tangan, kena cairan dari kita. Sebaiknya, hindari bersentuhan secara fisik.

Masih aman kan di rumah? atau ada yang lagi sakit? Semoga lekas sembuh ya….





2 komentar

  1. Sykurlah ternyata suami nggak kenapa2 ya. Sejak pandemi ini banyak yang berubah memang.

    Saya yang masih aktif ngantor, setiap pulang ngantor atau sehabis pergi beli makan/kebutuhan lain, langsung mandi.

    Untungnya rumah kontrakan kami ini punya satu bangunan terpisah yg selama ini jadi ruang laundry. Jadi masuk rumah saya nggak perlu lewat ruang utama which membantu banget untuk physical distancing dengan keluarga sampai selesai bersih2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas, bikin spot jantung di awal. syukurlah sudah gpp. iya sih, rumah saya musti nglewatin ruang tamu dan kamar klo mau ke kamar mandi. tapi terus disemprot sih. semoga sehat selalu semua ya amin...

      Hapus