Ngobrol menstruasi sama anak #zafranask

4 komentar
source: freepik

“Ibuk gak sholat?”
“Gak”
“Kenapa?”
“Lagi menstruasi”
“Apa itu”
“Keluar darah dari lubang pipisnya ibuk”
“OO… terus?”
“Jadi gak boleh shalat dulu”

Ini pertanyaan mas Zafran saat saya tidak bergegas sholat magrib. Biasanya, dia yang heboh sendiri kalau magrib tiba. “Ayo sholat”. Begitu katanya sambil mencari sarung buat siap-siap ke mushola.

Saat ini Zafran usia lima setengah tahun. Sudah TK B. Pertanyaan ‘sulit’ semacam ini sudah sering ditanyakan. Saya jawab sebisanya. Maklum, ibuk juga masih terus belajar nak. Tapi, saya tidak mau memberikan penjelasan ngawur mengenai ini. Terlebih tentang perempuan.

Saya ingat dulu waktu SD, seorang teman perempuan sedang haid dan tembus. Anak laki-laki ceng cengin dengan kata-kata yang merendahkan alih-alih memberi tahu dengan baik.

“Heh, tembus, tembus, yek”

Pengalaman itu membuat saya trauma. Saat tahu haid, kelas 6 SD, saya malu. Gak nyaman, takut tembus, takut di ceng-cengin. Pokoknya, gak PD. Meskipun saat itu saya langsung dibacakan buku Risalatul mahid sama ibuk saya. Cerita tentang ini saya tulis di bawah. Kita lanjut dulu... 

Pertanyaan berikutnya saat saya membeli pembalut.

“Apa itu buk?”
“Pembalut”
“Kayak pempes punya adik ya?”
“Iya”

Hahahaha… begitulah jawaban singkat saya. Jawaban mamak mamak males mikir. Duh!

Pertanyaan sudah mulai jauh. Sepertinya butuh cari waktu yang tepat untuk menjelaskan ini. Karena bagi saya, menjelaskan urusan menstruasi ini tidak hanya pada anak perempuan saja. Anak laki-laki juga harus tahu. Tentu, ini bukan hal tabu untuk dibicarakan.

Saya tidak mau anak saya melakukan perundungan pada anak perempuan lain terkait menstruasi ini. Bayangan saya, jika anak sudah tahu apa mestruasi, dan bagaimana ini terjadi, ia akan belajar lebih menghargai. Bahwa menstruasi bukan momok. Atau sesuatu yang menjijikkan. Menstruasi adalah fitrah perempuan.

Lain hari, Zafran bertanya lagi

“Adik gak mens?”
“Iya, nanti, kalau sudah besar. Adik juga akan mens kayak ibu”
“Mbak Nike?” (anak tetangga sebelah)
“Iya mbak Nike juga. Nanti kalau sudah besar”
“Kalau aku?”
“Kalau laki-laki gak mens, laki-laki di sunat” (jawaban spontan saya. Ini penjelasan yang saya dengar dari kecil. Kalau ‘sakitnya’ anak perempuan itu mens dan melahirkan. Sedangkan laki-laki sunat.  Saya agak anu sebenernya dengan penjelasan ini hahaha)
“Ooo… gitu”

Setelah mendapat pertanyaan ‘sulit’ ini. saya mulai mencari cara untuk menjelaskan lebih jauh. Tentu dengan bahasa sederhana.

Dan ketemulah dengan buku Ensiklopedia Junior tentang tubuh kita keluaran BIP. Saya sangat suka dengan buku ini. Terutama di pembukaan awal. Bahwa kita semua berbeda.
Kita semua berbeda
Warna kulit kita berbeda. Hitam, putih, kuning, coklat dan seterusnya. Pemahaman awal ini tentu penting untuk memberikan penjelasan, apa saja yang berbeda secara fisik dari miliaran peduduk dunia.

Buku Ensiklopedia Junior tentang Tubuh Kita
Isinya seperti ini
Isi buku Ensiklopedia Junior, Tubuh Kita
Bahasan pertama di buku ini tentang bagian tubuh. Laki-laki dan perempuan itu berbeda secara fisik. Bagian tubuhnya berbeda. Mulai rambut, kuku, vagina, penis, paha, payudara dll.
Bagian tubuh manusia
Saya khawatir, jika bagian-bagian tubuh ini tidak dijelaskan sebagaimana mestinya. akan berdampak perundungan atau bahkan pelecehan. Misalnya, menyebut penis dengan titit. Atau payudara dengan memek. Penyebutan ini biasanya digunakan dengan konotasi negatif. Perundungan terhadap fisik perempuan atau laki-laki menurut saya berawal dari sini.

Bahwa payudara perempuan bukan untuk bahan lelucon. Besar atau kecil. Kenceng maupun gombyor. Payudara adalah salah satu bagian tubuh perempuan. Jika sudah menikah dan punya anak, fungsinya untuk menyusui. Dan tidak boleh dipegang oleh sembarang orang.

Demikian juga dengan penis. Tidak untuk dipertontonkan atau bahan guyonan. Penis adalah salah satu bagian tubuh laki-laki. Fungsinya beragam. Sebagai saluran kencing, alat reproduksi. Bagian ini ada diantara pangkal paha. Tidak boleh dipegang oleh sembarang orang.

Sekalian juga saya kasih tahu tentang mana-mana bagian tubuh yang tidak boleh dipegang oleh orang lain. Di sekolah sudah diajarkan sih dengan lagu. Seperti ini. Sila klik gambar, sudah saya link-kan ke youtube-nya.

Animasi kujaga diriku
Terkait ini, sejak dini, saya mengajarkan rasa malu sama Zafran. Sehabis mandi, dia harus masuk kamar dengan pintu tertutup untuk ganti baju. Karena malu kalau kelihatan badannya. Begitu juga dengan Inara. Meskipun masih kecil, saya tidak biasakan dia untuk pergi keluar dengan hanya pakaian dalam atau kaos saja. 

Oiya, ini tadi rekomendasi buku Risalatul Mahid yang saya singgung di atas. Buku ini dibacakan ibu saya saat kelas 6 SD. Pertama kali saya menstruasi. Isinya tentang haid, nifas, istikhadoh dll. Lengkap. Bahasanya pakai arab pegon. Bahasa jawa halus. Kayaknya yang bahasa indonesia sudah banyak. Bukunya seperti ini.
Risalatul Mahid. source: google
Isinya kurang lebih seperti ini
Isi buku Risalatul Mahid. source: google
Ini mungkin bisa dijadikan buku pegangan untuk menjelaskan haid kepada anak perempuan. Nanti untuk Inara, anak kedua saya. Tapi, menurut saya, anak laki-laki juga perlu tahu. Karena dia akan menjadi bapak dari seorang anak perempuan. Minimal suami dari seorang istri. Plus, jika sudah tahu tentang apa dan bagaimana menstruasi itu, harapannya, dia tidak akan melakukan perundungan kepada anak perempuan. Khususnya tentang menstruasi. Lebih baik lagi jika bisa memberitahu bagaimana seharusnya.

Menurut saya, aksi perundungan terhadap anak perempuan terkait menstruasi ini, salah satu penyebabnya karena kurangnya pemahaman yang jelas. Ditambah stereotipe yang beredar kemudian dibuat bahan becandaan. Lengkap sudah.  

Untuk Zafran, saya memang belum perkenalkan ke buku ini. Menurut saya masih terlalu berat di usianya. Dia juga belum bisa paham dengan kalimat panjang. Jadi, jelaskan sepotong sepotong saat dia ingin bertanya.

Bersyukur, Zafran ini anaknya cerewet sama hal baru. Selalu bertaya ini itu. Ibunya sering kewalahan menjawab. Bismillah ya mas, kita belajar sama-sama.

Yah, itu tadi pengalaman menjawab pertanyaan tentang menstruasi dari anak laki-laki saya. Ilmu saya sebagai ibu masih seujung kuku. Tapi semoga bisa terus istiqomah belajar bersama. Insyaallah jadi amal jariyah saya nantinya. Amin..

Buibu anaknya pernah bertanya begini? Atau pertanyaan ‘sulit’ lainnya? Share yuk di komentar

Salam,



4 komentar

  1. Eh kebeneran...barusan pagi ini di tempat kerja, salah seorang rekan kerja (wanita) sedang bercanda ria tentang putrinya yang bertanya soal mens.

    Sayangnya dia njawabnya ngasal.

    Baca tulisan ini, jadi mikir juga...gimana ya kalau suatu hari nanti anak saya (cowok) nanya ke mamanya, kenapa mama nggak sholat. Bisa cukup bijak nggak ya kami jawabnya. 🤔

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku pernah jawab ngasal, tp bukan tentang ini sih. si anak inget banget dong. makanya lebih hati2 lagi kalau jawab pertanyaan 'sulit'. masih belajar terus hehehe..

      Hapus
  2. Anak pertama saya (usia 4 tahun) juga sudah mulai tanya-tanya tentang menstruasi karena pernah lihat saya pakai pembalut. Belum saya jawab secara detil sih... Hanya bilang kalau perempuan sudah dewasa biasanya akan keluar darah dari kemaluannya. Dia sempat ngeri dan tanya, "sakit enggak, mi?" saya jawab saja, "enggak kok". :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah... cari waktu yang pas aja buat jelasin. ini juga masih belajar terus hehehe..

      Hapus