Review Scarlett Whitening Face Care

24 komentar



Review Scarlett Whitening Face Care – Nyoba pakai skincare?! Bisa gak ya. Itu kata pertama yang muncul di pikiran saat kepincut pengen perawatan muka. Soalnya, lihat muka sendiri, kayaknya sudah naudzubillah kusemnya.

Untuk urusan perawatan wajah, saya memang terbilang cuek. Jangankan skincare rutin yang harus melewati beberapa tahap dan urutan, pakai facial wash saja sering lupa.

Kenapa?

Pertama, malas. Ya itu alasan klasik emak-emak seperti saya. Jangankan pakai skincare, sisir rambut aja harus nunggu jadwal beberes selesai. Belum lagi proses pakai skincare yang harus rutin, sungguh membuatku berpikir ulang. Bisa gak ya….


Kedua, saya takut efek samping dari coba-coba skincare. Selama ini memang belum pernah sih ada masalah kulit kalau ganti face wash misalnya. Tapi, untuk face care saya akan lebih hati-hati memilih.

Biasanya, langkah pertama, saya akan lihat beberapa review dari produk skincare. Apakah banyak yang cocok atau gak.

Kalaupun banyak yang cocok, saya akan lihat lagi tipe wajah si pemakai. Apakah sama dengan muka saya yang berminyak, atau beda keluhan.

Ini penting, karena kalau gak cocok biasanya wajah malah jadi kering kerontang. Bisa juga iritasi, kulit mengelupas, merah-merah, atau berjerawat. Duh ya serem. Gak kebayang kalau itu terjadi sama muka saya. Big no!

Tapi, semakin kesini (usia matang) gak bisa kayaknya cuek terus sama muka. Face wash sama BB cream aja gak cukup untuk menjaga kesehatan wajah.

Semakin bertambah usia, wajah justru butuh perawatan khusus. Kalau dibiarkan, masalah jadi banyak bermunculan. Seperti, muka makin kusam, bruntusan, komedo, gak sedap dipandang. Saya aja waktu ngaca kayak ‘duh ya… burem banget muka’, apalagi orang lain.

Ya meskipun, saya memang gak banyak kegiatan di luar rumah. Tapi, kalau muka saya sehat, kinclong, seger, cerah, sedap dipandang, saya juga bakal bahagia. Artinya, seluruh penghuni rumah juga ketularan efek positifnya dong.

Jadi, saya memutuskan untuk memulai perawatan wajah dengan skincare. Semoga saja hasilnya memuaskan ya.

Nah, sebelum memakai rangkaian skincare, saya mesti memastikan apa jenis kulit wajah saya. Biar hasilnya bisa maksimal.

Muka saya ini termasuk jenis berminyak tapi gak jerawatan. Jarang banget jerawatan. Muncul jerawat biasanya pas mau datang bulan. Itupun satu dua. Malah biasanya banyak jerawat di punggung daripada di muka.

Selain wajah yang berminyak, kalau sudah usia 30+, flek hitam sudah mulai ngintip. Komedo yang biasanya remang-remang, jadi makin keliatan. Belum lagi mulai muncul kerutan di sudut-sudut wajah. Ditambah pori-pori besar. Satu lagi, muka kusam, gak ada cerah-cerahnya. Lengkap sudah cobaan hidup ini hahaha.

So, saat tahu ada perawatan wajah dari Scarlett, saya tertarik mencoba. Tahu kan produk Scarlett Whitening yang udah banyak banget review positifnya di media sosial. Produk milik pesinetron Felisya Angelista ini lagi ngeluarin varian baru. Scarlett Whitening Face Care, setelah sukses di produk Scarlett Whitening Body Care.

Scarlett Whitening Face Care punya dua macam varian lagi. Yaitu, Scarlett Acne Series dan Scarlett Brightly Series. Untuk membedakannya, kalian bisa lihat pada label kemasan. Warna ungu untuk acne series, sedangkan pink untuk brightly series.

Yuk kenalan lebih dekat dulu.

ACNE SERIES (Acne Serum dengan Acne Day & Night Cream)

Scarlett Acne Series ini punya manfaat melembabkan dan menghidrasi kulit, menyamarkan pori-pori dan garis halus pada wajah, juga membantu meredakan peradangan jerawat dan menyembuhkan jerawat.

Scarlett Whitening Acne Series | Instagram @scarlett_whitening

Kandungan antara lain, CM Acnatu, Poreaway, Double Action Salicylic Acid, Natural Vit C, Natural Squalane, Hexapeptide-8, Aqua Peptide Glow, dan Triceramide.

BRIGHTLY SERIES (Brightly Ever After Serum dengan Brightly Ever After Day & Night Cream)

Scarlett Brightly Series ini bisa meningkatkan kelembaban dan elastisitas kulit, membantu mencerahkan kulit dan memudarkan bekas bekas jerawat, menyamarkan pori-pori, garis halus, serta mengencangkan kulit wajah.


Kandungannya antara lain Niacinamide, Hexapeptide-8, Glutathione, Rainbow Algae, Aqua Peptide Glow, Rosehip Oil, Poreaway, Triceramide, Natural vit C, dan Green Caviar.

Produk ini sudah mengantongi ijin dari BPOM lo. Jadi gak perlu khawatir tentang keamanan kandungan produk. Produk Scarlett juga sudah teruji bebas Merkuri & Hydroquinon.

Nah, dari beberapa review yang saya baca, skincare dari Scarlett ini banyak yang cocok. Hasilnya pun gak mengecewakan. Tapi bukan berarti cocok di muka saya dong.

So, yuk sini kita lihat kandungan face care Scarlett yang membuat saya berani mencoba.

Kali ini, saya pilih Scarlett Brightly Series karena tipe muka saya yang berminyak. Ditambah lagi beberapa keluhan seperti kusam, flek hitam dan pori-pori besar.

Mari kita buktikan apakah sesuai dengan klaim di atas.

Skincare untuk jenis brightening ini punya 4 rangkaian produk yaitu, Brightening Facial Wash, Brightly Ever After Cream Day, Brightly Ever After Cream Night dan Brightly Ever After Serum.

Kita kulik satu persatu yuk kandungan di dalamnya

1. Scarlett Brightening Facial wash (100ml)

Saya sempat kesengsem saat melihat kemasan face wash ini. Terbuat dari plastik bening. Jadi kelihatan dari luar gitu isinya. Ada bulir-bulir warna pink dan rose petals (kelopak bunga mawar) yang kalau diaplikasikan akan luruh bersama beads-nya.


Gemes banget. Kadang kalau lagi gabut, saya ngepasin rose petal biar bisa keluar buat mainan gitu. Gemoy. Hahaha.

Wanginya juga pas. Gak menyengat. Kayak harum permen karet. Manis gitu. Tapi pas dipakai udah gak berbau lagi kok. Saya suka.

Yuk dipakai…

Untuk face wash, sebenarnya saya sudah gak asing lagi. Karena memang tiap hari menggunakan ini sebagai pembersih wajah. Sehabis keluar rumah atau sebelum dan setelah bangun tidur. Tapi, biasanya, pembersih muka yang saya gunakan kebanyakan punya efek ketarik di wajah. Jadi keset banget sampai kayak saya harus monyong monyongin muka biar kembali seperti semula.

Tapi, Scarlett Brightening Face Wash ini gak gitu. Kandungan Glutathione, Vitamin E, Rose Petals dan Aloe Veranya, lembut di kulit. Jadi waktu diaplikasikan ke wajah, gak yang keset banget.

Muka saya justru berasa lembut, moist gitu. Ya meskipun, belum terbiasa, agak berasa kurang keset. Karena memang terbiasa pakai face wash dengan efek seperti itu.

Satu lagi, face wash Scarlett ini busanya dikit banget. Awalnya saya agak sangsi, facial wash yang busanya gak banyak tu pasti gak bersih di muka.

Eh ternyata saya salah. Scarlett Brightening Face Wash ini tidak mengandung Sodium Lauryl Sulfate atau SLS. Kandungan ini biasanya yang membuat produk facial wash berbusa. SLS ini yang membuat kesat di muka. Tapi, bisa juga membuat kulit menjadi kering.

So, face wash dari Scarlett ini cocok untuk kulit saya yang berminyak. Karena pas dipake minyaknya bersih dong tapi muka tetep berasa lembap. Gak malah jadi kering.

2. Scarlett Brightly Ever After Cream Day (20gr)

Kemasannya terbuat dari kaca pink bening dengan tutup putih. Ada 2 lapisan tutup untuk melindungi isi cream agar tetap terjaga higienisitasnya. Nyimpennya musti hati-hati nih. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Takutnya jatuh pecah.


Mari dicoba…

Scarlett Brightening Day Cream ini dipakai di pagi hari setelah wajah dipastikan bersih dan kering. Atau setelah pemakaian serum. Tekstur creamnya ringan, gak yang creamy banget. Jadinya mudah menyerap di kulit. Bikin kulit lembap sepanjang hari.

Usapkan halus dan merata pada seluruh muka. Eh, gak lengket dong. Ringan banget. Muka gak berasa tebel tapi tetap lembap.

Tapi, saya gak begitu suka dengan wanginya. Seperti bau fermentasi. Memang day cream ini gak pakai fragrance sih di bahan bakunya. Jadi sepertinya ini wangi alami dari perpaduan bahan baku di dalamnya.

Kandungannya antara lain Glutathione, Rainbow Algae, Hexapeptide-8, Rosehip Oil, Poreaway, Triceramide dan Aqua Peptide Glow.

Ajaibnya, pas diaplikasikan di muka, wanginya ilang dong. Jadi gak berbau sama sekali. Ah makin suka.

3. Scarlett Brightly Ever After Cream Night (20gr)

Sama dengan day cream, kemasan scarlett cream night ini juga dari kaca pink bening dengan tutup putih. Bedanya, warna label kemasan lebih gelap, untuk membedakan dengan day cream.

Teksturnya lebih kental dari scarlett cream day.


Saat dicoba…

Scarlett Brightly Ever After Cream Night ini dipakai sesaat sebelum tidur. Pastikan wajah dalam keadaan bersih dan kering. Pemakaian juga bisa dilakukan setelah menggunakan serum.

Berbeda dengan Cream Day, saat diaplikasikan di wajah saya, cream night ini punya sensasi hangat. Seperti aroma jahe. Tapi setelah meresap, aroma dan rasa hangat hilang. Creamnya juga gak lengket.

Krim malam ini mengandung Glutathione, Niacinamide, Natural Vit-C, Hexapeptide-8, Poreaway, Green Caviar, dan Aqua Peptide Glow.

Hasilnya, nanti saya rangkum di belakang. Lanjut yuk…

4. Scarlett Brightly Ever After Serum (15ml)

Skincare selanjutnya adalah serum. Serum Scarlett ini isinya 15 ml. Bisa dibilang mini sih dibanding serum lain yang biasanya dikemas per 30-60 ml. Tapi ternyata, serum scarlett brightening ini memang sengaja dibuat dalam jumlah kecil karena ketahanan serumnya hanya 60 hari sejak dibuka. Jadi, harus segera dihabiskan untuk mendapat manfaat yang maksimal.


Kemasannya sama dengan duo cream di atas. terbuat dari kaca pink bening dengan tutup drops putih untuk mempermudah penggunaan.

Mari kita coba…

Tekstur Scarlett Brightly Ever After Serum ini encer. Saat diaplikasikan, musti segera diratakan di seluruh wajah. Mudah banget nyerap di kulit. Warnanya putih keruh.


Aromanya hampir mirip dengan cream day tadi. Aroma fermentasi. Tapi, saat diaplikasikan di wajah, baunya hilang.

Kandungannya antara lain Glutathione, Niacinamide, Vitamin C, Pyto Whitening, dan Lavender Water.

Serum ini digunakan sebelum memakai cream night dan cream day. Pastikan serum meresap sempurna terlebih dahulu sebelum megaplikasikan duo cream di atas.

Saya memakainya 2 hari sekali sebanyak 2-3 tetes di wajah. Ratakan dengan sempurna diseluruh wajah. Biarkan hingga meresap sempurna. Gak perlu waktu lama sih. Cepet banget meresapnya.

Overall Review

Setelah sekitar 2 minggu menggunakan 4 rangkaian produk Scarlett Whitening Brightly Series Face Care ini, wajah saya mulai ada perubahan. Memang jadinya gak yang wow banget gitu. Tapi puas untuk misi pakai skincare kali ini.


Wajah saya berangsur cerah. Pori-pori wajah mulai mengecil. Dan tentunya, minyak di muka saya mulai terkontrol tapi gak bikin kering kerontang.

Saya suka banget pas bangun pagi, setelah sebelumnya pakai serum dan night cream, lalu cuci muka pakai face wash, wajah jadi bersih dan cerah. Jadi pengen cekrak cekrek posting pakai caption “I woke up like this” hahaha.


Kedepannya, saya bakalan lanjut deh buat pemakaian rutin. Soalnya gak ada efek samping setelah pemakaian. Saat dipakai di wajah saya pun terasa ringan. jadi gak berasa kayak pakai topeng tiap hari.

Tapi, saat keluar rumah, saya menambahkan tabir surya setelah pemakaian day cream. Hasilnya tetap oke kok. Karena memang panas matahari bahaya banget di muka.

Memang ya, pakai skincare itu butuh sabar dan tlaten. Tapi, kalau lihat hasilnya, worthed kok. Sesuai dengan usaha yang dikeluarkan.

Serius deh, menjaga kesehatan muka di usia matang begini hukumnya wajib. Karena makin kesini, masalah wajah semakin bermunculan. Kalau terlambat, bakal susah buat benerinnya.

So, buat kamu yang mau memulai mencoba menggunakan skincare, saya rekomendasikan produk Scarlett Whitening Face Care ini. Kamu bisa pilih varian sesuai tipe kulit dan keluhan yang dialami.

Oh iya, semua produk Facecare Scarlett ini per produk harganya cuma Rp 75.000. Kamu bisa order melalui whatsapp 0877-0035-3000, line @scarlett_whitening, atau Shopee Mall di Scarlett Whitening Official Shop. (tinggal klik)

Menjaga kesehatan wajah tu investasi juga lo dan gak ada ruginya. Wajah cerah, bakal membuat moodmu lebih bercahaya setiap hari. Sudah coba? Sharing yuk di kolom komentar.




























Pengalaman Vaksin Lengkap Sinovac

25 komentar


“Mbak, sesuk neng puskesmas vaksino, lek ditanya pekerjaannya opo jawab ae pedagang”, kata bu Agung, tetangga rumah yang sudah vaksin di Puskesmas. (mbak, besok ke puskesmas vaksin, kalau ditanya pekerjaannya apa jawab aja pedagang).

Saya putuskan untuk mengambil vaksin dari desa. Karena jatah vaksin dari kantor suami belum ada kejelasan. Sementara, paksu sering keluar kota untuk urusan kantor. Jadi, biar saya tenang, datanglah saya ke Puskesmas desa Pepe untuk vaksin.

Sesampainya di puskesmas, saya bertanya ke pak satpam.

“Pak, kalau mau vaksin parkir dimana?”

“Vaksinnya habis bu”

“Loh ya, baru kemarin dikasih tahu ada pak”

“Iya habis bu, belum tahu ada lagi kapan. Nanti tak kasih tahulah bu kalau sudah ada”, jawab pak satpam sambil senyum cengengesan.

Pulanglah saya dengan senyum kecut.

Saya sebenarnya bukan termasuk golongan rentan yang mendapat jatah vaksin. Informasi dari desa setempat, banyak lansia, atau orang yang diprioritaskan untuk divaksin, tapi tidak diambil. Lebih tepatnya, takut efek samping setelah divaksin.


Kabar hoax yang banyak beredar di masyarakat, membuat banyak orang enggan untuk melakukan vaksinasi.

“La lek aku vaksin mbak, mengko mumet, panas malah gak iso nyambut gawe, terus aku mangan opo?!”, (kalau saya vaksin mbak, nanti pusing terus malah gak bisa kerja, nanti makan apa) kata bu Farida pekerja yang membantu saya di rumah.

Barangkali, orang-orang yang tidak mau divaksin punya pemikiran sama dengan bu Farida. Alhasil, vaksin yang tersedia, diberikan kepada orang yang mau saja. Meskipun tidak masuk prioritas untuk mendapat vaksin. Contohnya, tenaga medis, guru, lansia, pelaku ekonomi seperti pedagang, atau pekerja yang banyak bersentuhan di ruang publik.

Vaksin Pertama

Kira-kira sebulan kemudian, tepatnya sebelum hari raya Idul Fitri tahun ini, suami sudah mengantongi jadwal vaksin pertama dari kantor. Paksu bekerja di sebuah perusahaan Event Organizer di Surabaya. Mobilitasnya tinggi. Sering keluar kota.


Jadi, suami termasuk orang yang mendapat prioritas untuk vaksin. Sedangkan saya, juga mendapatkan jatah karena tinggal serumah, karena resiko penularan tinggi.

Lokasi suntik vaksin pertama berada di kantor Gubernur Jawa Timur, jalan Pahlawan 110 Surabaya. Kira-kira 200an orang mendapat jatah vaksin hari itu.

Saya sempat deg-degan saat memasuki ruangan. Maklum, sudah lama tidak bersentuhan dengan jarum suntik. Terakhir, waktu Caesar anak kedua 3 tahun lalu.

Sebelum disuntik, penerima vaksin harus melewati serangkaian proses. Ada 5 tahapan yang harus dilewati.

1. Verifikasi Data

Setelah memasuki ruangan, data akan diperiksa. Data yang dibutuhkan antara lain, KTP, Kartu BPJS, dan Kartu Keluarga. semua data tersebut dikoordinir oleh kantor suami. pengecekan dilakukan apakah data yang diterima sesuai dengan orang yang akan menerima vaksin.

2. Cek Kesehatan

Untuk memastikan kondisi badan fit saat menerima vaksin, petugas melakukan pengecekan suhu tubuh dan tekanan darah. Suhu tubuh tidak boleh lebih dari 37°C. tekanan darah dibawah 180/110MmHg.

Nah, karena deg-degan, tekanan darah saya tinggi, 190/110MmHg.

“Punya riwayat darah tinggi bu?”, tanya petugas vaksin

“Gak dok, saya malah darah rendah”

“Kok ini tensinya tinggi ya sampai 190, istirahat dulu sebentar ya, nanti tensi lagi”, kata petugas

Setelah kira- kira 10 menitan, saya dipanggil kembali untuk cek tekanan darah. Sayapun sudah merasa siap untuk divaksin. Hasilnya, tensi saya 120/110MmHg. Artinya, aman buat divaksin.

3. Tanda Tangan

Tahap selanjutnya adalah tanda tangan nokta persetujuan. Di tahapan ini petugas memberikan beberapa pertanyaan. Antara lain, kondisi fisik saat itu, apakah punya penyakit bawaan atau komorbid, tidak sedang batuk atau flu.

Kemudian petugas menyodorkan form digital untuk ditandatangani sebanyak 2 kali, setelah sebelumnya centang sana sini.

4. Vaksin

Proses selanjutnya, suntik vaksin. Sebelumnya, saya bertanya apa jenis vaksin yang dipakai.

“Sinovac bu, dari Biofarma”, kata petugas ramah.

Oh, aman pikirku.

“Tahan sedikit ya, tarik nafas panjang” kata petugas menenangkan

Sepertinya petugas melihat gelagat saya agak kaku saat mau disuntik. Ya maaf bu, grogi.

Sebelumnya, saya sempat melakukan survei kecil-kecilan tentang beberapa jenis vaksin. Bu Agung, tetangga saya di cerita awal, mendapat vaksin Astra Zeneca di Puskesmas. Sehabis vaksin, ia harus menenggak parasetamol agar tidak berlanjut demam seperti suaminya. Maklum, ibu-ibu haram hukumnya sakit.

Sedangan vaksin jenis Sinovac, dari beberapa sumber yang saya baca relatif tidak memiliki efek samping. Kalaupun ada, levelnya di bawah Astra Zeneca. Seperti lapar, tangan pegal, ngantuk atau pusing.

Tentu ini tergantung kekuatan fisik masing-masing ya. Masih perlu penelitian lebih lanjut lagi.

5. Sertifikat Vaksin

Setelah selesai, saya disuruh menunggu untuk mendapat sertifikat vaksin. Sertifikat ini yang nanti akan digunakan untuk mendapat vaksin tahap dua. Jadwalnya, satu bulan setelah vaksin pertama.

Sertifikat juga bisa didownload. Para penerima vaksin akan mendapat sms yang berisi pemberitahuan tentang sertifikat vaksin dari pedulilindung.id. Tinggal klik, langsung bisa ditampilkan sertifikat vaksin, lengkap dengan akses data berupa barcode.


Sebaiknya, tidak usah mengunggah sertifikat vaksin di sosial media. Kalaupun perlu, tutupi data pribadi seperti nomor KTP dan barcode yang tertera. Biar data kita gak dipakai orang yang tidak bertanggungjawab. Kan gak asik habis vaksin, terus unggah sertifikat, besoknya tiba-tiba dapat telpon tagihan dari pinjol. Sungguh ending yang ‘mengharukan’.

Efek Samping Vaksin Pertama

Beberapa saat setelah menerima suntikan, saya tidak merasakan efek berarti. Tangan agak kemeng saja karena disuntik. Oh iya, lapar. Tapi masih dalam tahap wajar. Mungkin karena lama menunggu antrian tanpa konsumsi (rolling eyes).

Sedangkan suami juga merasakan hal yang sama, ditambah ngantuk berat.

Vaksin Kedua

Tepat satu bulan setelah vaksin pertama, saya dan suami mendapat jadwal vaksin kedua. Lokasinya sama di kantor Gubernur Jatim.


Kali ini, saya sudah lebih siap dibanding vaksin pertama. Gak pakai drama deg-degan dan harus menunggu tekanan darah turun karena ketakutan. Duh memalukan. 

Tahapan vaksin kedua ini sama persis dengan vaksin pertama, 4 tahap. Bedanya, ada pertanyaan tambahan apakah ada efek samping saat mendapat vaksin pertama. Sayapun menjawab tidak.

Efek Samping Vaksin Kedua

Nah, untuk vaksin kedua ini saya merasakan efek samping yang cukup mengganggu. Tangan kiri bekas suntikan rasanya pegel, kemeng luar biasa. Sampai meringis saat digerakkan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Sehari setelah vaksin, tangan sudah normal kembali.

Selain itu, kepala pusing. Kalau jalan, bumi seperti bergoyang. Meskipun gak sampai jatuh. Perut juga berasa mual. Padahal lapar. Jadi saya siasati dengan makan sedikit tapi sering, biar gak muntah.

Efek lain yang susah ditahan, ngantukkkkkkk.

Eh tapi, saat sampai dirumah, saya masih sempet masak nasi goreng sesuai request anak mbarep. Rasa pusing dan kantuk ternyata masih bisa dikontrol kok. Dengan kata lain, emak-emak dilarang mbliyut mbliyut. Baiq….

Suami juga merasakan efek yang sama. Bedanya, doi gak masak nasi goreng sambil merasakan bumi bergoyang. Tapi, langsung cap cus ngantor sampai malam. Beda sensasi aja sih.


Efek ini saya dan suami rasakan sesaat setelah vaksin. Besok harinya, kondisi sudah normal kembali. Pekerjaan rumah siap menanti.

Itu tadi pengalaman vaksin lengkap saya dan suami. Semoga, ikhtiar ini bisa mengurangi resiko penularan sekaligus menjaga kesehatan. Biar gak gampang ambruk. Kalaupun boleh berharap lebih, pandemi covid-19 segera berakhir. Kita bisa beraktifitas tanpa was was. Seger waras.

Ada yang sudah vaksin lengkap?! sharing yuk..

Salam sehat.