Tips Berkunjung ke Eco Green Park Malang

4 komentar

Mengunjungi Eco Green Park di libur natal itu susah susah senang. Pengunjung sedang banyak-banyaknya. Tapi, lokasi wisata masih tetap asik. Anak-anak bisa berlarian kesana kemari.

Eco Green Park adalah kawasan wisata yang dikembangakan dan dibangun oleh Jatim Park Group. Lokasinya ada di Jl. Oro-oro Ombo No.9A, Sisir, Kec. Batu, Malang. Tempatnya satu kawasan dengan Jatim Park 2.


Ini adalah kunjungan pertama kami di Eco Green Park. Awalnya suami agak keberatan kesini. Karena kawasan wisata ini sudah lama. Takutnya kondisinya sudah gak sebagus info di website.

Memang, Eco Green Park pertama kali dibuka tahun 2012. Sudah 7 tahun berjalan. Tapi, masih tetap keren.

Kawasan wisata ini sangat terawat. Kandang hewan juga bersih. Jalan menuju wahana satu dengan yang lain juga bersih. Toko pernak pernik di sepanjang wahana tertata rapi. Tampak segar dan tidak kumuh.

Petugas berjaga lalu lalang. Ada yang membersihkan jalan, memberi makan binatang, atau membantu pengunjung yang bingung musti lewat mana. Seperti kami hahahaha.

Sayangnya, saat separuh jalan, hujan turun. Deras. Beruntung saat itu kita ada di lokasi foto dengan burung kakaktua yang fenomenal itu. Jadi, bisa sekalian berteduh.
Spot berfoto dengan burung, Eco Green Park
Wisata edukasi Eco Green Park ini buka pukul 09.00 - 17.00 WIB. Suami sudah beli tiket via Traveloka Xperience. Lebih murah. Beli on the spot harga 75.000 untuk weekend. Pakai Traveloka Xperience cuma 72.000. Untuk anak dengan tinggi badan kurang dari 85cm, free tiket. Jadi kita cuma beli 3 tiket. Jika ingin lebih murah lagi, datang pas weekdays. Harga tiket on the spot 55.000.

Nah, saya punya tips ni apa saja yang musti diperhatikan saat mengunjungi Eco Green Park biar tetap nyaman, aman, dan gak bikin kantong bolong.

Datang awal

Usahakan datang tepat pas jam buka kawasan wisata. Agar tidak perlu muter-muter cari lahan kosong buat parkir. Kami sempat muter 2 kali. Muter sekali lagi dapet payung cantik. Maklum, hari itu pas tanggal merah. Libur natal.

Ini juga berfungsi agar anak-anak bisa puas menjelajah wahana yang ada di Eco Green Park. Kata petugas, jika datang tepat waktu, bisa menikmati seluruh wahana dan rangkaian acara. Gak terburu-buru seperti kami hahaha. 

Kami datang pukul 10.00. Sudah ramai pengunjung. Durasi waktu untuk mengunjungi setiap wahana tanpa terburu-buru adalah sekitar 7 jam. Tepat saat kawasan wisata tutup. Tapi, kami hanya sampai pukul 1 siang saja. Karena hujan deras. Melewati banyak wahana biar cepet pulang. Soalnya baju anak-anak sudah basah kena cipratan hujan. Saya gak bawa baju ganti.
Memberi makan burung pelikan. Pas hujan deras
Meskipun demikian, anak-anak tetap senang. Main air sambil kasih makan burung pelican. Kebetulan pos berteduh kedua, tepat di depan kandang burung pelican. Jadi si anak gak bosen nunggu hujan reda.  

Pelajari peta kawasan via web

Peta kawasan Eco Green Park bisa di download di website resminya. Saya sarankan untuk melihat terlebih dahulu peta kawasan. Ini berfungsi untuk management waktu. Mana saja wahana yang sekiranya anak-anak exited untuk dikunjungi lebih lama. Jadi, waktunya lebih efisien.
Peta kawasan Eco Green Park
Di Eco Green Park ini ada 7 atraksi utama. World of parrot, recycle, rumah terbalik, eco journey, exotic white peacock, water outbond, dan bird show. Sisanya masih ada 41 wahana lagi.
Wahana insectarium, Eco Green Park
Bawa payung atau topi

Mengingat cuaca bulan desember ini sangat ekstrim. Awalnya panas, lalu tiba-tiba hujan deras. Tenang, kami bawa payung kok. Topi juga. Jadi anak-anak masih aman. Meskipun masnya sempet basah kuyup gara-gara main hujan ditempat kita berteduh. Duh!

Bawa baju ganti

Ini sangat disarankan untuk yang bawa anak-anak. Banyak wahana bermain yang sangat disukai anak-anak. Wahana air bernyanyi misalnya. Mas Zafran gak berhenti main, dan senang sekali kena muncratan air. Basah donk! Adiknya, juga gak mau ketinggalan.
Memberi makan sapi
Selain itu, ada juga wahana memberi makan sapi dan kambing. Kalau tak basah karena air, bisa kotor karena ini itu. Maklum, anak-anak sangat senang mengekspplorasi berbagai macam wahana. Gak mungkin dong dilarang ini itu cuma gara-gara takut kotor. Ingat ilmu parenting yang sudah dipelajari. :-p


Bawa hand sanitizer

Ini saya lupa bawa. Jadi pakai tisu basah. Anak-anak suka pegang sana pegang sini. Kalau lapar, langsung leb gak kira-kira. Jadi, ini cara paling ampuh biar mereka tetap bisa belajar, tapi gak takut sakit perut.

Bawa camilan

Untuk anak-anak dan ibu menyusui, camilan adalah koentji! Tidak boleh ketinggalan. Kawasan wisata Eco Green Park ini luasnya sekitar 5 hektar. Bisa dibayangkan. Ngemong dua anak yang lari kesana kemari sambil menjelaskan ini itu. Butuh amunisi dobel. Oiya, jangan lupa bawa air minum yang banyak. Awas dehidrasi. Ada sih disana yang jualan. Tapi kan lebih hemat kalau bawa sendiri. *emak-emak detected.

Bawa stroller

Untuk anak usia balita sebaiknya membawa stroller. Atau bisa sewa e-bike yang disediakan pihak Eco Green Park. Kalau saya memilih bawa stroller. Karena Inara masih mau 2 tahun. Bisa dipakai bergantian dengan masnya. Lebih hemat. Selain itu, stroller juga bisa dipakai untuk mengangkut makanan dan printilan lain. Sangat praktis dan membantu. Maklum, tenaga saya dan suami sudah gak semoncer dulu.
Wahana Bird Kingdom
Banyak banget ya printilannya. Ya begitulah kalau bawa anak-anak. Musti siap berbagai peralatan perang. Kalau gak mau boncos di belakang atau pulang-pulang anak keok karena kecapean.

Mereka senang sekali belajar ini itu. Terutama mas Zafran yang sedang kemaruk belajar baca. Salah satu favoritnya adalah recycle barang-barang bekas. Ada yang berbentuk robot atau binatang. Dia pun dengan susah payah mengeja e-l-e-k-t-r-o-n-i-k. Tertera disamping patung gajah yang terbuat dari barang bekas elektronik. Lalu, berpose di depannya. Keknya bangga banget bisa baca elektronik hahaha.
Wahana Recycle, Eco Green Park

Satu lagi wahana belajar seru. Insectarium. Mas Zafran seneng banget bisa belajar tentang serangga. Terutama metamorphosis kupu-kupu. Waktu masuk sini, agak bau. Memang bau serangga apek-apek gimana gitu. Tapi tempatnya bersih kok.
Wahana Insectarium, Eco Green Park
Oiya, ada lagi, Aquaponic. Wahana air bernyanyi. Jadi semprot-semprot gitu. Lalu, ada serangkaian besi yang terhubung satu dengan yang lainnya. Kemudian memukul gamelan kecil atau piranti besi lainnya yang dibentuk serupa gendang. Letaknya di tengah kolam. Terbentuklah nada yang indah. Ribet ya? kenapa gak langsung dipukul aja sih.
Wahana Aquaphonic, Eco Green Park
Ya itu indahnya ilmu pengetahuan bune…!! Oke baik.

Si bocah seneng banget. Lebih ke main airnya sih, bukan terbentuknya nada. But it’s oke. Biar ibumu aja yang mikirnya ribet ya nak. Kamu nikmati saja duniamu.

Kalau adiknya, Inara, suka banget sama angsa, bangau, burung pelikan. Semua jenis burung itu dia sebut sebagai bebek. Sayang pas kita masuk wahana Duck Kingdom. Pas gerimis. Jadi lihatnya sambil jalan cepat. Meskipun sudah pakai payung. Tapi ternyata bawa stroller cukup ribet juga.
lokasinya tepat setelah pintu masuk Eco Green Park
Alhamdulillah liburan kali ini semua senang semua tenang. Anak-anak bisa belajar lebih banyak. Langsung dari sumbernya. Semoga liburan ini memberikan memori yang tak terlupakan buat dua bocah ini.

Ada yang sudah kesini? Lebih suka wahana yang mana? Jangan lupa bawa banyak camilan :-)





Review Hotel Wisata Bwalk Malang

2 komentar

Liburan dadakan tahun ini memberikan banyak kejutan. Setelah batal berangkat hari senin karena satu dan lain hal, banyak peristiwa mengejutkan setelahnya.

Selasa malam (24/12) kami berangkat. Sekitar pukul 20.00. Perjalanan Sidoarjo-Malang lancar via tol. Meski sempat nyasar keluar pintu tol Pakis. Lalu putar balik masuk tol lagi menuju pintu tol Singosari. Alhamdulillah selamat sampai tujuan.

Suami sudah pesan hotel via Traveloka. Hotel Wisata Bwalk. Letaknya di jl. Sidomakmur No.73, Jetak Lor, Mulyoagung, Kec. Dau, Malang. Lokasinya cukup strategis. Terletak 5 km dari Universitas Brawijaya Malang.

Sampai di hotel pukul 11 malam. Kami disambut dengan susahnya cari lahan parkir. Malam itu, banyak mobil berjajar mulai dari pintu masuk sampai kawasan hotel. Kebanyakan plat luar kota bahkan luar pulau. Beruntung, tak lama kemudian ada mobil keluar. Tepat di depan lobi hotel.

Lobi hotel wisata Bwalk berada sekitar 500 meter dari pintu masuk. Saya sebenarnya agak aneh dengan desain interior lobi hotel ini. Latar belakang meja resepsionisnya nuansa jawa. Semacam gebyok. Pintu ukir khas jawa. Tapi, coba lihat lantai dua tepat di atas resepsionis. Pagar besi hitam yang biasa digunakan untuk ruangan minimalis.
Lobi Hotel Wisata Bwalk
Lalu, di sebelah kanan pintu masuk lobi, tertata rapi lemar-lemari kuno. Lengkap dengan isian printilan perak. Mirip punya mbah saya dulu.
Suasana malam lobi hotel Bwalk
Sedangkan di kiri ruang lobi, ada dua patung suku dayak yang mengapit kursi kayu panjang. Tempat duduk tamu berada di tengah. Terbuat dari besi dengan sentuhan modern. Ruangan lobi ini dikelilingi kamar hotel baik lantai satu maupun lantai dua.

Mungkin konsepnya memang memadukan berbagai unsur budaya kali ya.

Oke, mari kita mulai mengulik satu persatu kawasan Hotel Wisata Bwal Malang. Begini ulasannya.

Lobi Hotel

Sebelum masuk ke hotel, saya melihat kerumunan di depan lobi. Sepertinya, sedang ada yang bersitegang dengan petugas hotel. Saat itu, saya menunggu di dalam mobil. Sementara suami ceck-in.
Masih di dalam mobil, lamat-lamat saya mendengar orang-orang sedang beradu argumen. Sepertinya mereka tidak mendapatkan kamar yang sudah di pesan jauh-jauh hari. Feeling saya sudah jelek saja waktu itu. Kami bakal bernasib sama.
Tampak depan lobi Hotel Wisata Bwalk
Hari itu memang sedang peak season liburan natal. Terlihat penuhnya lahan parkir. Raut muka orang-orang di depan lobi tampak lelah. Sembari terus mengutak atik HP.

Saya kaget, saat melihat petugas hotel hampir kena bogem seorang bapak-bapak paruh baya dan rombongan. Sepertinya, mereka gagal menginap disitu. Entah apa yang terjadi saat itu.

Dalam kerumunan, saya tidak melihat suami. Saya sudah hapal sama perangainya. Dia malas ribut. Paling  cuma duduk menunggu kabar.

Sayapun berinisiatif untuk turun dari mobil. Anak-anak juga sudah rewel minta turun.

Feeling saya benar. Si bapak duduk di pojokan depan resepsionis menunggu kabar dari petugas hotel. Mukanya santuy, gak ada panik-paniknya. Dan alhamdulillah kami dapat kamar. Meskipun diluar espektasi. Sedangkan bapak-bapak dan rombongan tadi mendapat kompensasi uang kembali karena memang kamar sedang penuh.

Ternyata, kata suami, hotel sedang overbooked. Aplikasi pemesanan hotel tidak singkron dengan punya Bwalk hotel. Kata petugas hotel, ini baru terjadi sekali.

Pemandangan di lobi hotel malam itu menegangkan. Banyak yang lalu lalang sambil ngomel karena hotel tak sesuai harapan saat mereka pesan di awal.

Tapi saya salut sama petugas hotelnya. Terutama sama mas-mas yang hampir kena bogem tadi. Masnya tetap bisa tenang, sambil terus menangkupkan kedua tangan saat bicara. Ah, kalau saya pasti sudah jambak jambakan mas.

Kamar Hotel

Ternyata, meskipun mendapat kamar, kondisi kamar tidak sesuai seperti yang dipesan. Suami saya pesan hotel via traveloka. Tipe junior standart room. 4 pax. Exclude breakfast. Harusnya ada dua king bed size di dalamnya. Tapi kami hanya mendapat satu kasur besar dengan tambahan dua single bed tanpa selimut. Bisa dibayangkan, bagaimana hasilnya kamar kami.


Di samping tv, ada selembar pengumuman, bahwa tv dan air sedang dalam perawatan. Benar saja. tv-nya sih bisa nyala, tapi burem. Kadang malah gak nemu sinyal. Baiklah…

Untuk kamar mandi cukup bersih. Saya sempat khawatir tidak ada air hangat. Seperti yang tertera dalam pengumuman. Tapi setelah dicoba, alhamdulillah airnya nyala. Hangat-hangat kuku. Lumayan buat mandi bocah. Udara Malang dingin sekali waktu itu.

Di dalam kamar hanya disediakan dua air mineral botol kecil. Tidak ada teko untuk merebus air atau gelas untuk minum. Padahal suami sudah sangu energen. Buat jaga-jaga kalau laper tengah malam wkwkwkw.

Jam menunjukkan pukul 12 malam. Anak-anak masih melek. Saya dan suami masih ngakak lihat kamar hotel. Jendela kecil di atas tempat tidur. Satu-satunya jendela yang bisa dibuka dengan view hotel, ada di ujung lorong kamar. 

Setelah ganti baju, dan ngobrol sama suami tentang kejadian di lobi hotel tadi, kamipun terlelap.

Protes? Gak. Kami terlalu capek untuk itu. Lebih baik simpan tenaga buat besok. Toh kalau sudah merem, gak kerasa lagi tidur dimana wkwkwk.

Fasilitas

Keputusan kami menginap disini sebenarnya juga karena fasilitas yang ditawarkan. Ada rumah kurcaci, flying fox, kolam renang dan lapangan futsal.

Wah, ini seru sekali buat anak-anak. Pikir saya. Tapi ternyata, kondisinya tidak seperti yang dibayangkan. Sayang sekali.
  • Rumah kurcaci
Awalnya saya kira seperti rumah hobit di Lord of The Ring. Halah!. Ada padang rumut hijau, rumah-rumah kecil, bunga-bunga mini yang lucu-lucu. Memang ada sih, tapi lebih mirip rumah kelinci yang tidak terawat. Ada tiga rumah kurcaci. Tempatnya gak begitu luas. Ada di seberang hotel. Untuk menuju kesana, bisa lewat jembatan kecil.
Menuju Rumah kurcaci Hotel Wisata Bwalk
Patung dinosaurus ada di ujung paling atas. Serem. Karena kondisinya yang tidak terawat. Tanaman liar tumbuh subur di sekitarnya. Menambah kesan horor. Padahal saya kesana pas pagi hari. Harapannya, menghirup udara sejuk sembari melihat rumah kurcaci. Tapi ternyata, banyak nyamuk!.  Sayang banget! Coba itu dibersihkan, di rawat. Dibikin sesuai yang ada di website Hotel Wisata Bwalk, pasti seru.
  • Flying Fox
Selain rumah kurcaci, ada juga flying fox. Saya tidak tahu apakah fasilitas ini masih berfungsi. Saat itu, masih belum ada petugas yang berjaga. Mungkin karena masih pagi.

Lintasanya tidak terlalu panjang. Membentang dari rumah pohon di kawasan foodcourt. Terletak persis di pinggir sungai menuju ke ujung rumah kurcaci. Kalau di foto ini bagus ya. Itu, tepat di atas motor yang ditumpangi anak-anak.
Start point flying fox Hotel Wisata Bwalk
Start point-nya dibuat seperti rumah pohon. Dengan ornamen jendela-jendela lawas. Bagus sih, kalau terawat dan bersih. 
  • Foodcourt
Tempatnya sangat instagramable di website Hotel Wisata Bwalk. Kenyataannya, kotor. Masih banyak sisa bungkus makanan di atas meja. Awalnya, kita mau sarapan di luar, karena memang pesan hotelnya tidak termasuk sarapan. Tapi kemudian memutuskan untuk makan di foodcourt. Menu dan harga makanan ramah di kantong. Kami pesan nasi pecel, rawon, dan mie goreng buat anak-anak. Minumnya teh hangat.

Maaf gak di foto, saya sibuk sama dua anakonda. Sedangkan si bapaknya lagi rutinitas pagi (BAB) dan lama. fiuh….
  • Kolam renang
Lokasinya ada di ujung hotel. Agak naik. Sepertinya, ini bangunan baru. Terlihat di samping kolam renang sedang ada pembangunan juga. Ada kolam renang anak dan dewasa. Outdor. Kolam renang ini di kelilingi oleh kamar-kamar hotel.
Kolam renang ada di atas lahan parkir Bwalk hotel
Saya juga tidak motret lokasi ini. Belum terbiasa saja. Masih ribet sama anak-anak. Tapi ini ada foto saat mau menuju ke lokasi. Kolam renang tepat berada di atas.
  • Lapangan Futsal
Lokasinya berada di sebelah kiri lobi hotel. Indoor. Pagi itu saya hanya melihat dari luar. Pintunya terbuka separo. Tidak berniat masuk, karena gelap. Mungkin masih pagi. Atau tidak ada orang yang ingin futsal hari itu.

Sayang sekali management Hotel Wisata Bwalk tidak well prepared. Padahal, libur natal dan tahun baru itu ada tiap tahun. Paling tidak, fasilitas-fasilitas yang ada itu diperbaiki. Dibersihkan. Jadi pas saatnya peak season, pengunjung bisa senang dan tenang.

Tidak seperti hari itu, saya lebih sibuk nepokin nyamuk di badan anak-anak daripada melihat rumah kurcaci. Duh!

Setelah checkout, kami melanjutkan perjalanan ke eco green park. Ulasannya setelah ini ya.

Ada yang pernah menginap di Bwalk hotel? seperti inikah pelayanannya?






Tentang Cita-cita #zafranask

2 komentar

Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Sering sekali kan mendengar kata-kata bijak seperti ini. Kalau orang dewasa mungkin ini kalimat paling utopis. Tapi bagi anak-anak, cita-cita itu seru, menyenangkan. Padahal, mereka mungkin belum paham apa itu cita-cita. Tapi, memperkenalkan cita-cita kepada anak sejak dini itu seru. Selain untuk memupuk imajinasinya, anak juga semakin percaya diri atas apa yang dia pilih. Tentu dengan dukungan dari orang tua.

Nah, seperti mas Zafran. Sebelum bisa bertanya tentang arti cita-cita, mas Zafran (6,5y) sudah punya keinginan untuk menjadi supir excavator. Bisa jadi, karena dirumah banyak mainan truk, excavator (dulu dia menyebutnya traktor). Baginya, traktor itu keren, besar, dan akan sangat keren kalau dia bisa mengendalikannya.

Dia juga menyukai beragam alat berat lainnya. Truck molen, dump truck, truck tanki, crane. Saat diajak jalan-jalan, matanya selalu berbinar-binar saat melihat salah satu alat berat itu melintas di jalan. Sambil nunjuk-nunjuk kegirangan.

Kira-kira usia 4 tahun, keinginannya berubah setelah melihat truk pemadam kebakaran. Dia ingin menjadi petugas pemadam kebakaran. Bisa memadamkan api yang besar dan menolong orang yang terjebak dalam kebakaran. Padahal, saat masuk KB dulu, dia takut memadamkan api. Tapi, cita-citanya untuk menjadi pemadam kebakaran masih bertahan.

Imajinasinya terus berkembang. Ia ingin menjadi supir kereta api. Kegandrungannya terhadap kereta api ini pernah bikin saya senewen. Tiap kali di ajak jalan-jalan, pas melewati lintasan kereta, dia selalu minta berhenti. Menunggu kereta datang.

Saat mudik ke Tulungagung, kunjungan pertama adalah stasiun kereta api dekat rumah. Nungguin disitu sampai kereta datang. Kalau kereta datang, dan kebetulan melihat masinis kereta, dia dadah dadah tu kayak putri Indonesia nerima award. Tapi pas klakson bunyi, doi ketakutan. Duh nak…

Yang bikin geleng-geleng lagi, saat saya ajak mudik naik kereta. Saya pikir dia bakal senang dan happy di dalem kereta. Ternyata tidak pemirsa. Dia gak sabar. Katanya lama, dan pengen cepat turun. Padahal masih separuh jalan.

Waktu terus berjalan. Kali ini, dia ingin menjadi polisi. Pakai seragam, mengatur lalu lintas, punya senjata. Suka nangkep orang jahat. Begitu imajinasinya saat itu.

Lambat laun, usianya bertambah. Dia mulai menanyakan apa itu cita-cita.

“Buk, cita-cita itu apa?” begitu dia bertanya

“Cita-cita itu kayak keinginan kamu waktu sudah besar nanti pengen jadi apa” jawab saya

“Aku pengen jadi tentara” jawabnya

“Oke”

Keinginannya ini dipengaruhi oleh kegemarannya melihat super hero. Kemudian, ayahnya memperkenalkan dengan beberapa macam game mobile. Berbaju tentara, membawa senjata, dan berperang. Baginya, itu sangat keren.

Bahkan, saat mendapat hadiah ulang tahun berupa baju corak tentara, ia memakainya berulang kali. Cuci, kering pakai. Sembari membawa tembak dengan bunyi tretet tretet. Anak-anak tetangga juga diajak main serupa perang-perangan.

Suatu hari, saya pernah bertanya.

“Mas kenapa suka perang-perangan?”

“Soalnya bisa bunuh orang jahat buk” (wow, bunuh orang jahat)

“Emangnya kenapa dibunuh?”

“Soalnya dia jahat”

“Emang gak bisa diajak ngomong baik-baik gitu?” (saya mulai khawatir L)

“Ini kan lagi perang”

“Oh, oke”

Baiklah saya biarkan imajinasinya berkembang. Meskipun saya juga takut kalau-kalau adegan perang-perangan itu dia praktekkan juga di rumah sama adiknya. Hem...

Menurut psikolog anak Ratih Zulhaqqi (Kompas.com, 02/11/’14), beragamnya cita-cita anak merupakan sesuatu yang wajar. Mereka juga belum mengetahui bakat dan minatnya. Bahkan, kadang cita-cita mereka nampak tak masuk akal bagi orang dewasa. Seperti ingin menjadi pohon, princess, atau kuda.

“Ini bisa dipengaruhi karena metode belajar yang diterima dan apa yang dilihatnya di lingkungan sekitar” kata Ratih Zulhaqqi.

Menurut Ratih, kebanyakan anak mampu menetapkan cita-citanya di usia 15 tahun. Di usia tersebut mereka mulai menemukan minat dan bakatnya.

Lalu, bagaimana cara menumbuhkan cita-cita pada anak? 

1. Membacakan Cerita

Membacakan cerita pada anak menjadi salah satu cara memupuk imajinasinya. Setelah mengenal potensi anak, kita bisa membacakan buku sesuai yang diminati. Biasanya mas Zafran minta dibacakan buku saat mau tidur. 

Ini beberapa buku yang saya belikan saat mas Zafran sedang sibuk gonta ganti cita-cita.

Misalnya, saat anak saya suka dengan berbagai alat berat, saya membelikan buku tentang truck seperti ini
Atau saat dia ingin menjadi petugas pemadam kebakaran, buku ini bisa menjadi bacaan yang menyenangkan.
Di dalamnya ada puzzle peralatan damkar. Sekaligus cerita tentang aksi pemadam kebakaran

2. Bermain Peran

Luangkan waktu untuk bermain dengan anak. Membuat mainan dari bahan-bahan yang ada di sekitar rumah. Diskusikan dengan anak peran apa yang akan dilakukan dan siapa yang memainkannya. Selain menambah bounding antar orang tua, anak juga belajar untuk bekerja sama.

Seperti saat mas Zafran ingin menjadi super hero. Dia ingin baju perang. lengkap dengan tameng dan senjatanya. Bikinlah kita knight costume. Seperti ini.
Knight costume dari kardus
Saya pernah membuat palang pintu kereta api dari kardus. Ini saat mas Zafran punya cita-cita jadi sopir kereta api (masinis)

Palang pintu kereta api dari kardus

3. Mengenalkan beragam profesi di dunia nyata
Ini bisa dilakukan dengan mengajak anak untuk berkunjung ke rumah saudara yang memiliki profesi berbeda. Tujuannya untuk memberikan gambaran peran-peran orang dewasa. Kunjungan juga bisa dilakukan saat orang dewasa tersebut bekerja. Anak bisa melihat langsung pakaian, peralatan dan situasi yang dihadapi di lingkungan pekerjaan.

Kalau yang ini sih biasanya mas Zafran sering melihat bapak-bapak tentara lewat atau pas jalan sehat. Maklum, rumah berdekatan dengan kompleks TNI. 

Atau saat jalan-jalan ketemu sama polisi. Saat itu sedang mengatur lalu lintas. Dia langsung bertanya tentang tugas dan printilan yang dipakai pak polisi. Seperti peluit, tongkat, sepatu, topi, rompi dll.

4. Mengenalkan tokoh terkenal

Anak-anak biasanya mengagumi tokoh tertentu. Di usianya yang baru 6 tahun, dia menyukai super hero yang biasa ditonton di tv atau youtube. Kondisi ini lantas saya gunakan untuk mengenalkan tokoh superhero sebagai seseorang yang kuat. Namun, kekuatan yang dimiliki tidak serta merta di dapat. Ada usaha dan kesungguhan untuk terus mempertahankan kekuatan tersebut. Pengenalan ini juga bisa dilakukan saat anak membaca buku.

Suatu hari, mas Zafran ingin beli wayang. Werkudoro atau biasa disebut Bima. Saya sendiri tidak begitu hafal dengan tokoh pewayangan. Tapi karena dia mulai melirik mainan ini, saya manfaatkan untuk bercerita lebih jauh tentang si Bima ini. Mulai siapa dia, apa senjatanya, bagaimana kisah kepahlawanannya. Tentu dengan bantuan mesin pencari. hehehe..

5. Beri dukungan

Meskipun cita-cita anak ini masih sering berubah, memberikan dukungan tetaplah penting. Caranya, dengan melakukan keempat langkah yang sudah saya sebutan di atas. Menurut saya, imajinasi yang terus diapresiasi dan didukung bisa meningkatkan kepercayaan diri. Kepercayaan diri ini bekal untuk meraih cita-citanya kelak. Cita-cita yang suatu saat akan membentuknya menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan bermanfaat untuk banyak orang. Amin... 

Jadi, menurut saya, yang tak kalah pentingnya adalah jangan sampai orang tua memaksakan cita-cita kepada anak. Barangkali masih ada orang tua yang belum bisa meraih cita-cita di masa lampau, kemudian memaksakan anak untuk mengikuti keinginannaya. Duh, jangan ya buibu.

Kerena, setiap generasi punya masanya sendiri. Tantangan generasi milenial, sudah berbeda dengan generasi Z atau generasi alpha.

Sebagai orang tua, tugas kita hanyalah memberikan stimulasi, dorongan, dan pendampingan untuk dapat menggapai cita-cita mereka. Jangan lupa berdoa. Usaha dan doa, bisa jadi pasangan ciamik untuk mewujudkan cita-cita.

Anaknya punya cita-cita apa buk? jadi pohon? Princess? Ah menggemaskan sekali… sharing yuk..







Pengasuhan Di Era Digital Liburan dan Gadget time

4 komentar


Selamat datang libur panjang akhir tahun J sudah ada rencana kemana nih buibu buat liburan? Atau mau dirumah saja?! Gegoleran sama anak-anak sambil nonton youtube?! Hehehe…

Sepertinya, liburan dan gadget itu susah dipisahkan ya. Meskipun saya stay at home mom, gadget bukan hal baru buat anak-anak. Toh liburan sekolah selama 2 minggu ini kan gak dihabiskan di tempat liburan semua kan?! Lagian liburan panjang begini yang libur panjang kan cuma anak-anak. Ayahnya masih kerja sampai akhir tahun.

Ini sebenarnya yang menjadi problema buibu jaman sekarang. Tak bisa dipungkiri, untuk menghilangkan gadget sama sekali dirumah menurut saya tidak mungkin. Bayangkan saja, Saya, yang juga berjualan online shop, tiap kali juga pegang gadget untuk menjawab pesanan atau promo produk. Saat telepon dengan ayah atau utinya, juga pakai gadget. Kalau di rumah, kadang, ayahnya main game juga pakai gadget.

Mau lihat tutorial DIY mainan kardus juga pakai gawai. Buka youtube. Bahkan saat saya ingin menjawab pertanyaan ‘sulit’ mas Zafran, buka mesin pencari dulu. Jadi, gadget memang sudah menjadi pemandangan sehari-hari di rumah.


Rencanannya, liburan kali ini saya mau mendampingi screen time mereka lebih serius. Emang biasanya gak?. Gak, hehehe… kenapa begitu?

Begini ceritanya..

Beberapa bulan lalu, saya mengikuti ig tv dari @keluargakitaid. Topik yang diangkat pas banget dengan kegalauan ibu-ibu masa kini. Yaitu tentang pengasuhan di era digital. 4 alasan tidak melarang anak main gadget. Wew!

Pembicaranya adalah Mbak Najela Shihab. Beliau ini adalah founder dari Rumah Main Cikal, penulis berbagai buku tentang pendidikan keluarga dan anak, serta aktif dalam kegiatan sosial khususnya tentang pendidikan anak. Sedangkan bintang tamunya, Sogi Indra Dhuaja. Seorang komedian dan juga bapak dari dua orang anak.

Ternyata, mas Sogi ini juga punya kekhawatiran yang sama dengan buibu diluaran sana. Tentang peggunaan gadget pada anak.

“Bener gak sih mbak Ela, gadget pada anak itu bener-bener negatif banget efeknya?” tanya mas Sogi.

Biasanya, kekhawatiran yang muncul terkait gadget ini seperti, anak jadi anti sosial, susah fokus, atau bahkan berpengaruh di kesehatan karena tidak banyak aktifitas fisik saat anak bermain gadget.

Padahal, menurut mbak Najela, dunia digital itu gak menakutkan sama sekali. Justru yang membuat khawatir adalah ketika anak tidak dipersiapkan untuk menghadapinya. Anak-anak tidak berdaya di dunia digital. Karena dunia digital itu sendiri sudah ada. Bahkan, sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari hari. Jadi, menghindarinya, sepertinya tidak mungkin. Dan kita musti yakin jika anak punya kemampuanya.

“Yang kita lakukan sebenarnya sama, seperti mengajari anak menyeberang jalan, naik sepeda dll” kata mbak Najela.

Biasanya, orang tua hanya fokus pada aturan screen time, apa yang boleh ditoton, apa yang gak boleh dilihat. Ini penting juga. Dan memang harus disampaikan kepada anak-anak. Tapi, itu saja ternyata tidak cukup. Karena dalam melakukan apapun dalam pengasuhan, butuh tujuan. Jadi bukan hanya do dan do not saja. Tapi tujuan kita sama anak untuk menumbuhkan apasih di dunia digital ini?

Jadi, lanjut mbak Ela, interaksi orang tua dan anak tentang gadget ini gak melulu tentang jangan begini dan begitu. Tapi bisa memanfaatkan gadget untuk tujuan yang positif. Karena hampir separuh kehidupan sekarang itu ada di dunia maya. Bisa dibayangkan 10 atau 20 tahun lagi, pasti kemampuan anak untuk survive akan lebih canggih lagi.

Nah, apa saja manfaat yang bisa di dapat dan diajarkan pada anak tentang dunia digital? Begini kata mbak Ela.

1. Kritis

Kemampuan kritis ini sangat penting untuk anak saat ini. Banyaknya informasi, kemudahan akses, bisa dijadikan bahan pembelajaran yang baik. Karena mereka tumbuh dan berkembang di dunia digital.

Misalnya, Kritis saat menghadapi informasi. Dilatih membedakan mana informasi yang dia butuh, mana yang hoax. Mana informasi yang berasal dari sumber terpercaya, mana informasi yang ditulis oleh sembarang orang.


Kapan bisa mengajarkan ini? pada saat menggunakan mesin pencari, saat menerima pesan dari media sosial, dll.

2. Komitmen pada Keamanan

Kata mbak Ela, sedikit sekali orang tua yang mengajarkan bagaimana mengatur notifikasi. Padahal ada batas-batas privasi saat bermain media sosial.

Nah, yang masih sering kelepasan adalah menghargai privasi anak. Hayo, siapa disini yang ijin dulu sama anak kalau mau posting fotonya? Hehehe… saya kadang-kadang saja. duh!

Selain itu, kita juga bisa mengajarkan tentang etika, kapan harus menyebutkan sumber kalau kita misalnya melihat gambar yang menarik untuk diunggah.

3. Melatih Kolaborasi

Dengan siapa? Menurut mbak Ela, dengan sebanyak dan seberagam mungkin orang.  Seperti jika anak ingin belajar tentang sesuatu yang spesifik, maka bisa mencari ahli atau guru di media sosial. Tentu dengan tidak melupakan poin pertama dan kedua.

Anak juga bisa bekerja sama dengan orang baru di sosial media. Ikut kegiatan atau projek tertentu. Hal ini sangat susah dilakukan orang jaman dulu. Gak tahu jalannya, atau caranya seperti apa.

Nah, kemampuan berkolaborasi ini, sangat penting ditanamkan di era digital seperti saat ini. Kata mbak Ela, agar anak tidak hanya berada di lingkungan itu itu saja. Pergaulan di dunia maya sangat luas. Ini bisa dimanfaatkan untuk berkolaborasi dengan beragam orang. Sesuai dengan bakat dan minat yang diinginkan anak.

Kolaborasi ini juga bisa dilakukan untuk membantu banyak orang. Misalnya, crowdfunding. Melalui banyak situs penyedia jasa untuk berdonasi. Ingin menyumbang di lokasi yang jauh. Semuanya menjadi sangat mungkin dilakukan di era digital.

4. Menumbuhkan Kreatifitas

Kalau yang ini banyak sekali contohnya. Misalnya, tahu cara main lego, belajar bahasa inggris, tahu sejarah, tutorial mainan kardus dll. Bisa dikases via youtube. Atau bikin review tentang mainan, buat blog.

Nah, ini biasanya yang saya lakukan dengan si Sulung. Membuat mainan kardus. Cerita seru dibaliknya ada disini.


mianan peraga petir dari kardus
Nah, setelah anak diajari dan dicontohkan untuk melakukan keempat hal diatas, selanjutnya, tinggal berkreasi. Jadi, anak tidak hanya mengkonsumsi informasi yang ada. tapi juga berkreasi dengan apa yang sudah didapat. Wow, keren sekali bukan.

Bayangkan saja, anak yang kritis, punya komitmen pada keamanan, mampu berkolaborasi dan kreatif, akan siap untuk menghadapi tantangan kedepan. Harapannya, mampu menghasilkan karya dan bermanfaat bagi banyak orang.

Gimana nih buibu, mau ngapain liburan kali ini? masih anti sama gadget buat anak?

Menurut saya, yang paling penting dalam dunia digital ini adalah kontrol. Tidak mungkin menghilangkan sama sekali. Perkembangan teknologi makin pesat. So, kita musti punya self control yang bagus. Baik untuk kita, juga anak-anak.

Ada yang punya pengalaman seru dengan gadget? Sharing yuk….





Pertolongan Pertama Saat Anak Kejang Demam

4 komentar

Ini adalah cerita pengalaman pertama saya menangani anak kejang demam. 

Jangan panik!. Begitu biasanya langkah pertama menangani anak kejang demam yang saya baca di beberapa artikel kesehatan. Orang dulu biasa menyebutnya dengan setep. Tapi, apa bisa? Terlebih ini peristiwa pertama.

Tepatnya satu tahun lalu, saat usia Inara, anak kedua saya, belum genap berusia setahun.

Malam sebelum peristiwa kejang, badan Inara panas. Tapi tidak masuk kategori tinggi. Sekitar 37,8°C. Biasanya, jika anak tidak rewel, saya biarkan dia melawan panas, sembari saya gendong atau kompres agar anak nyaman. Alhamdulillah paginya, panas mulai turun sendiri.

Saya pikir saat itu kondisinya sudah membaik. Karena suhu sudah normal, anaknya juga sudah aktif. Berlarian kesana kemari. Tapi ternyata anggapan itu salah. Suhu tubuhnya kembali naik.

Saat itu, kakaknya, minta dijemput di sekolahan. Biasanya, mas Zafran diantar pulang sama yang biasa jemput. Tapi hari itu, dia minta dijemput ibunya. Lagi kangen mungkin. Karena sejak punya adik bayi, saya membayar jasa jemput untuk mas Zafran sekolah.

Pukul 11 kurang, saya berangkat. Siang itu udara lagi panas panasnya. Inara saya gendong depan. Saat menunggu masnya pulang, Inara tertidur. Saya pegang badannya panas. Tapi menurut saya gak terlalu tinggi. Jangan ditiru, aksi kira-kira ini berakibat fatal.

Nah, Setelah sampai di rumah, dia bangun. Langsung saya kasih ASI. Tak lama kemudian, seperti ada kejutan listrik di payudara saya. Jedut! Saya pikir, Inara keselek ASI. Setelah saya perhatikan, dia kejang. Kedua tangannya mengepal. Bola mata hitamnya naik ke atas. Mulutnya terbuka. Tubuhnya kejang. Seperti kesulitan bernafas. PANIK!. Tapi saya bersyukur masih ingat satu hal.

Lihat jam!!! Untuk memastikan dia tidak kejang lebih dari 5 menit. Karena, jika lebih dari itu, berpotensi terjadi kerusakan otak. Tubuhnya saya miringkan, karena saat itu, dia sedang menyusu, takut kesedak. Tapi kejang terus berlanjut. Saya dekap dan gendong. Badanya saya balik dan tepuk-tepuk punggungnya, agar sadar dan bisa bernafas. BERHASIL. Inara tidak lagi kejang. Tapi belum menangis. Tubuhnya lemas, matanya merem. Saya MULAI HEBOH!!.

“Dek, bangun dek!! Inara, bangun dek!!”

Anaknya bergeming. Matanya masih merem.

Saya lari ke tetangga buat antar ke puskesmas terdekat. Beruntung ada tetangga sebelah yang bisa antar. Naik motor dengan kecepatan super. Saat perjalanan ke puskesmas, mata Inara tetap merem!. Saya pegang nadi lehernya masih berdenyut. Untung saya gak ikut pingsan.

Sesampainya di IGD puskesmas, Inara langsung diberi obat penurun panas via dubur. Setelah diukur, suhu badannya mencapai 39°C. itu setelah diberi obat tadi. Dokter jaga menduga, suhu badan Inara lebih dari 40°C saat kejang.

Setelah itu, Inara mulai sadar. Matanya sudah melek. Keluar BAB warna hijau. Sudah bisa eye contact. Saya berulang kali menanyakan pada dokter jaga apakah Inara sudah sadar. Dokter bilang sudah.

Tapi saya baru bisa lega setelah Inara bisa tepuk tangan saat digodai suster. Tak pernah saya sebahagia ini lihat anak tepuk tangan ya Allah…

Lega……. Rasanya. Untung belum terlambat.

Besoknya, saya langsung membawa Inara ke dokter spesialis anak untuk mengecek kondisi Inara, sekaligus membuat rekam medis. Saat itu, suhu tubuh Inara sudah normal.

Begini penjelasan dr. Fauzin, Sp.A dari RS Mitra Keluarga Waru, Sidoarjo.

Kondisi Inara sudah pulih. Dokter menyarankan untuk sedia obat panas, jika sewaktu waktu suhu tubuhnya naik lagi. Tidak usah menunggu sampai tinggi. Karena sudah punya riwayat kejang.

Kedua, anak demam kemudian kejang itu tidak apa-apa. artinya, bukan hal yang membahayakan, jika ditangani dengan baik. Yang berbahaya justru, anak tidak demam, tapi kejang.

Ketiga, suhu tubuh anak kejang, biasanya langsung tinggi. Tidak naik pelan-pelan. Kalau suhu tubuhnya naik pelan-pelan, potensi kejang lebih sedikit. Tapi, karena sudah punya riwayat kejang, saya disuruh waspada, karena sewaktu-waktu, bisa saja mengalami kejang kembali.

Saya pulang dengan perasaan lega. Meskipun masih tetap was was jika terjadi kembali.

Pengalaman menangani kejang demam saya dapat dari Ibu saya.

Dua adik perempuan saya punya riwayat kejang demam. Jadi, saya seperti sudah terbiasa melihat ibu saya memberikan pertolongan pertama saat adik saya kejang. Waktu itu, adik saya usia sekitar 2 tahunan. Usianya memang terpaut jauh dengan saya. saya sudah SMA. Saat adik kejang, ibu biasanya langsung membuka baju adik saya, tubuhnya dibalur minyak telon, sambil ditengkurapkan, sampai anaknya sadar dan menangis. Kalau tak menangis juga, biasanya telapak kaki adik saya dislethik (disentil) sampai nangis. Karena kalau sudah menangis, berarti dia sudah sadar dan bisa bernafas normal.

Begitu cara ibu saya memberikan pertolongan pertama. setelah sadar, baru dibawa ke dokter.
Saya tak pernah menduga, kejadian itu bakal menurun ke anak saya. Saya pikir, anak ASI eksklusif, bakal terhindar dari kejang demam. Tapi ternyata anggapan saya salah. Anak kedua saya, juga mengalami hal yang sama.

Untuk mendapat informasi seputar kejang demam, saya rekomendasikan blognya dokter Apin. Di sana ditulis lengkap penanganan pertama anak kejang demam. Sila googling J

Kalau buibu, anaknya pernah kena kejang demam? Sharing yuk…